Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Apakah Baik-Baik Saja?

Jika manusia menginginkan kehancuran, maka Allah menginginkan kemenanganmu. Iya, kamu harus menang meraih ridho-Nya dan mengalahkan masalah yang ada.

❤❤❤

Apakah aku baik-baik saja?

Jawabannya, tentu saja tidak.


Bagaimana jika aku ingin menghilang?

Bagaimana jika aku ingin pergi?

Dan bagaimana jika aku ingin menyerah?

"Ziya! Ziya, tunggu!" Sang ummi berlari mengejar Ziya yang tampak berlari dengan pandangan kosong. Sahutan tidak ia gubris bahkan panggilan sang Umi tidak sampai pada pendengarannya.


Ziya hanya ingin berdiam diri.

Ziya hanya ingin mengurung diri.

Karena nyatanya dirinya tengah merasakan kehancuran.


Air matapun tidak membuat dirinya baik-baik saja. Ziya membanting pintu dan menabrak apa saja yang berada di dalam rumahnya. Tidak peduli ketika sang umi mengejar. Ziya masuk ke dalam kamar, lalu mengunci pintu.


Dirinya terjatuh di samping lemari. Menekuk lutut dan menerawang ke depan. Masih segar diingatannya, bagaimana pria-pria itu menarik jilbabnya, memegang tubuh dan wajahnya serta cemooh terhadap wajahnya.


Ziya tidak masalah dengan wajahnya yang ternyata tidak sempurna, namun Ziya bermasalah dengan tangan-tangan yang menyentuh tubuhnya secara lancang.


Air matanya tidak berarti apa-apa, karena hatinya terasa mati seketika. Dia meremat rambutnya yang panjang dengan asal. Dirinya kesal, marah dan ingin meluapkan segala emosi yang pernah ada.



"Memalukan!" Ziya menunduk tatkala dirinya mengingat, bahwa ia pulang dengan keadaan yang kacau. Dirinya berlari pulang tanpa mengenakan jilbab. Dirinya berlari dengan helaian rambut yang ter-urai.


"Memalukan!" Ziya memukul kepalanya, perasaan hancur itu membuat ia semakin ingin berteriak marah.



Tidak ada yang peduli ketika dirinya kacau di tengah jalan. Mereka hanya menonton tanpa berminat untuk menaruh rasa simpati. Mereka seakan senang ketika dirinya terjatuh.


Dan mereka bahagia, ketika melihat Ziya hancur.


Ziya berjalan ke arah cermin. Wajah yang murung dan sembab sehabis menangis menjadi pemandangan utamanya. Ziya menatap datar cermin di hadapannya, jika dulu ia selalu tersenyum melihat wajah itu, kini dirinya hanya menatap dengan wajah yang tak berminat.


"Memangnya apa yang salah dengan wanita berjilbab?" Ziya mengambil gunting di dalam laci, lalu mengarahkan gunting itu ke rambutnya yang panjang.

Crassh!


Ziya dengan pandangan kosong, menggunting rambutnya. Kini rambut yang panjang, sudah menjadi rambut pendek sebahu.


Ziya menjatuhkan guntingnya, lalu mulai terduduk. Ada satu trauma yang membuat dirinya belum bisa melupakan hal tersebut.


Sentuhan mereka.

Menjijikkan.

Tubuhnya.

Wajahnya.

Semua tersentuh.

Jilbabnya tertarik dengan paksa.

Dihancurkan.

Ziya menghela napas sejenak, tak mengindahkan suara sang ummi yang terus memanggil dirinya. Ziya sedang ingin sendiri dan tidak mau diganggu oleh siapapun, termasuk uminya.

Ziya ingin menangis namun ia tahan, hingga ketahanannya itu membuahkan kematian.

***

"Kamu sedang apa?" Aisyah yang baru saja keluar dari rumah, melihat Sonya yang berdiri di hadapannya.

Sonya tersenyum hangat, namun tak kunjung bersuara. Ia hanya tersenyum manis dengan mata yang hampir menyipit, membuat Aisyah semakin bingung.

"Apa kamu butuh sesuatu?"

Tidak ada jawaban, karena nyatanya Sonya tetap memasang wajah penuh senyumnya.


"Sonya, ada apa?" Sonya menggelengkan kepalanya, lalu ia berbalik dan melangkah pergi.


Tidak peduli bagaimana Aisyah yang memanggil dirinya, Sonya tetap berjalan menjauh. Dalam hati ia terus tertawa dan menyeringai.

Bukankah ini menyenangkan?

***

"Ziya... buka pintunya, sayang."

"Mbak Ziy, ada apa? Jangan buat kita khawatir."

Ziya mendengar, bagaimana keluarga terus membujuk ia untuk keluar. Tetapi Ziya enggan untuk menampakkan diri kepada siapapun. Hatinya sedang lelah, bahkan untum bicarapun ia tidak ingin. Tubuhnya terasa kaku dan sudah beberapa jam, Ziya terduduk di lantai tanpa peduli bahwa hari sudah memasuki sholat Ashar.

Ziya mendengar suara adzan, namun seakan hatinya mati, ia tidak peduli. Ziya seakan lupa apa tujuan hijrahnya selama ini. Hanya karena satu masalah, ia seakan lupa dengan segalanya.

Ini tidak benar.

Seperti malam yang enggan untuk menyambut pagi. Dia tetap berada pada kegelapan dan enggan menerima terangnya cahaya. Kegelapan itu tertawa dan semakin terobsesi untuk memakan waktu dan tak ingin berbagi dengan si cahaya.

Ziya, bukankah hijrah ini kau jalankan untuk-Nya. Mengapa engkau menghancurkan dirimu sendiri?

Ziya meremat kepalanya. Ada satu perasaan sakit hati dalam dirinya yang tidak bisa digambarkan. Ia tak ingin berada dalam posisi ini dan pada akhirnya terjatuh untuk kesekian kalinya.

Tring!

Sebuah notifikasi dari handphonenya, tidak membuat minat dalam diri Ziya. Namun notifikasi itu tidak hanya berhenti sampai satu kali, terus berlanjut sampai beberapa kali. Dengan enggan, Ziya membuka HPnya.

Dan sesuatu dalam dirinya seperti ditarik paksa, ketika Ziya mendapati sebuah video yang menampilkan dirinya tidak berjilbab tengah tersebar di laman dunia maya, di mana hampir penduduk desanya saling terhubung satu sama lain. Video yang telah terpotong itu, tampak sangat menarik perhatian apalagi dengan wajah Ziya yang tidak baik-baik saja dan jangan lupakan, bahwa di situ Ziya tidak berjilbabnya. Rambut yang berantakan, membuat Ziya menggeram.

"Tidak, ini tidak benar." Ziya mundur, menggelengkan kepala. Laman komentar sudah dipenuhi dengan beberapa hujatan serta candaan yang menyinggung, gawai yang dipegang oleh Ziya terjatuh.


"Mbak Ziya, Amir mohon mbak keluar. Semua bakalan baik-baik saja."

Bagi Ziya tidak ada yang baik-baik saja. Hati, tubuh, dan keadaannya terasa hancur. Ziya tertawa, mengusap pelan air matanya.

Ziya...
Namaku Ziya, bukankah itu indah.
Semua terasa indah namun terasa gelap.

Mereka...
Iya mereka, merasa bahwa semua adalah sebuah permainan yang menyenangkan.

Namun nyatanya...
Aku hanyalah manusia biasa
Yang Allah uji sedemikian rupa

Dan aku juga manusia,
Yang bisa terjatuh
Lemah dan mungkin... menyerah dengan keadaan?











Bersambung



Terimakasih
Salam sayang dan cinta
zeezii23

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro