Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Sepuluh: [Senjata Makan Tuan]

Melody mengganti posisinya menjadi duduk sembari melemaskan otot-ototnya. Tak lama, dia membereskan tempat tidur sembari menyiapkan buku-buku yang akan dibawa nanti. Hari Minggu biasanya dia akan menghabiskan waktunya untuk bermain piano atau sekadar menggoda sang adik, tetapi kali ini berbeda.

*LINE*

Nadira Khansa

Dy, anterin gue ke toko buku ya? 08:15.
Read

Melody Vraynka

Soriii sorii banget Nad, gue enggak bisa. 08:17
Read

Nadira Khansa

Yaahh, kenapa enggak bisa, sih, lo ada acara sama keluarga lo?
08:20
Read

Melody Vraynka

Bukan. Gue harus bimbingan Matematika sama si Kev di rumahnya dia lagi, bete gue! 08:24
Read

Nadira Khansa

Wihhh, ya, udah deh kalau gitu. Lo bimbingan aja deh sama Beruang tercintah haha. Kapan-kapan aja kita ke toko buku sama nagih janji traktiran lo. 08:35
Read

Sungguh, Minggu yang tak baik bagi Melody. Dengan mood pagi yang sudah berantakan dia pun segera melakukan aktivitas paginya membantu sang ibu. Setelah selesai menyapu dan mengepel rumah, dia berjalan menuju kamar. Matanya terbelalak ketika melihat jam yang menunjukkan pukul 09.35. "Mampus! Gue bakalan telat nih, bisa diomelin sama cowok nyebelin itu."

Setelah mandi dan bersiap pergi, Melody mendapati sang ibu sedang di dapur untuk meminta izin pergi belajar di rumah Kevin atas kemauan Bu It, dan kondisi yang tak mendukung. Tak lupa, dia mencium punggung tangan sang ibu lalu segera menjalankan kuda besi miliknya.

Setelah melewati lika-liku perjalanan yang amat mendebarkan, Melody memarkirkan motornya di rumah dengan halaman yang luas, ada taman bunga di sampingnya. Sungguh indah dan asri.

"Ini Melody, ya? Temennya Kevin," ucap wanita paruh baya sambil merangkul bahu Melody sembari mengajak masuk ke ruang tamu yang berukuran cukup luas.

Melody sedikit heran kenapa ibunya Kevin sangat bertolak belakang dengan sifat cowok menyebalkan itu.

"Iya, Tante saya Melody, temennya Kevin yang mau belajar Matematika bareng," balas Melody sembari tersenyum ramah.

"Ternyata yang namanya Melody cantik juga ya."

"Hehe, makasih, Tante. "

"Kevin biasanya cerita ke Tante soal kamu, katanya kamu jago main piano," tanyanya dengan lemah lembut.

"Hehe, iya, Tante. Dari umur empat tahun mulai belajar pianonya."

Ngapain, tuh, cowok cerita ke nyokapnya segala, sih?

Tak lama terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga menuju ke ruang tamu. Dilihat dari ekspresi wajahnya bisa ditebak dia sedang kesal.

"Ma, Kevin sama Melody mau belajar dulu ya," katanya sembari menarik lengan Melody.

"Tante, saya belajar dulu ya. Mari, Tante," kata Melody. Dibalas anggukan mengerti.

Kevin menarik lenganMelozy menuju ke gazebo halaman belakang. Cukup luas, di sana terdapat kolam renang yang berukuran sedang. Banyak tanaman yang menghiasi halaman samping rumah Kevin.

Hening. Dari Melody ataupun Kevin belum ada sepatah kata yang memecah keheningan. Tanpa berpikir panjang dan menghentikan situasi akward, dia pun mengeluarkan kotak pensil dan buku catatan beserta paket Matematika.

"Lo lihat ini jam berapa?" celetuknya tiba-tiba. Melody melihat jam yang melingkar di tangan kirinya, memperlihatkan pukul 10.30.

Melody menatap Kevin dengan tatapan datar, sedangkan Kevin menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. "Iya, gue telat. Sorry."

"Karena lo telat, lo bakal dapet hukuman."

"Bencana apa lagi, sih?" Melody mengembuskan napas kasar. "Karena gue orangnya sportif, gue bakalan terima hukuman dari lo, puas?" ucapnya santai, tetapi menusuk.

"Oke, setelah selesai belajar nanti, lo bakal tahu apa hukuman lo," katanya lalu membuka paket halaman 98. Melody pun mengangguk pelan dan memusatkan perhatian ke buku paket yang dibuka Kevin.

Dalam waktu dua puluh lima menit Melody berhasil mengejarakan lima soal, setelah itu dia menyodorkan buku tulisnya kepada Kev untuk diperiksa. Dengan perasaan was-was akan kena omel lagi, Melody terheran melihat seulas senyum tipis mengembang di sudut bibir cowok menyebalkan itu.

"Good job!" katanya sambil menepuk pundak Melody. Entah kenapa ada respons aneh dalam dirinya, seperti ada kupu-kupu yang menggelitik perutnya.

Tak lama seseorang datang dengan membawa dua jus jeruk, pasti asisten rumah tangganya Kevin. Melody tersenyum simpul dan mengucapkan terima kasih kepadanya begitu pula Kevin.

Setelah istirahat selama dua puluh menit, mereka melanjutkan soal-soal yang ada di buku paket. Kebetulan besok ada kuis Matematika, sekalian mempersiapkan diri untuk besok.

"Oke, bener semua." Melody mengembuskan napas lega, akhirnya usahanya tak sia-sia.

"Terus, apa hukuman gue?" Kevin tampak menimang sebelum akhirnya menarik lengan Melody untuk kesekian kalinya.

🎵🎵🎵🎵

"Dek, ini udah siang, makan dulu, yuk!" ucap Kevin sembari membawa senampan nasi beserta lauknya.

"Aku enggak laper, Kak!" respons sang adik yang masih berkutat di ranjang berukuran besar.

Kevin melirik seseorang di sampingnya, yang ditatap pun peka lalu mengambil alih nampan yang dibawa Kevin. "Halo, Cantik! Kenalin, aku Melody. Ayo, makan dulu, apa mau Kakak suapin?"

Bocah kecil itu mengintip dari balik selimutnya. "Siapa, Kak?"

"Temen, Kakak, Dek."

Kevin melihat Melody sedikit takut, mungkin dia takut salah bicara atau membuat sang adik ketakutan.

"Nah, Kakak, kan, udah kenalin nama Kakak, sekarang giliran kamu. Namanya siapa?" tanya Melody sembari duduk di sisi ranjang.

"Namaku Sasa, Kak," katanya datar.

"Namanya cantik, eh, Sasa mau denger domgeng Cinderella enggak?" Sasa merespons dengan anggukan kepala.

Selagi Melody menceritakan dongeng Cinderella sembari menyuapkan nasi ke mulut sang adik, tak disangka terbit senyuman simpul di sudut bibirnya. Kevin juga heran, mereka bisa cepat akrab. Padahal Sasa orangnya tidak mudah akrab dengan orang baru. Namun, dengan Melody semua itu berbeda.

"Wah, makannya habis, anak pinter," ucap Melody sambil mengusap puncak kepala Sasa.

Sasa tersenyum manis.

"Makasih, ya, Kak Ody, Kakak udah nemenin aku," katanya lalu memeluk Melody, dia pun membalas pelukannya dan mengecup puncak kepalanya. Melihat itu, Kevin tersenyum senang, sang adik tidak murung lagi dan fokus pada penyakitnya.

Dia kira dulu, Melody sang rival tidak sebaik yang dia kira, tetapi memang beberapa pertemuan akhir-akhir ini, serta menghabiskan waktu bersama membuat semuanya berbeda.

"Sama-sama, Cantik. Cepet sembuh, ya, biar bisa main sama Kak Kevin. Kasihan Kak Kevin main sendirian kalau Sasa engggak cepet sembuh."

"Iya, Kak, Sasa janji Sasa bakalan makan yang banyak biar bisa main sama Kak Kevin sama Kakak lagi," katanya sembari menatap Melody dengan senang.

Kevin dan Melody saling bertukar pandang, kemudian Kevin mengalihkan pandangan ke arah lain, sedangkan Melody mengalihkan pandangan ke Sasa.

Kevin mencubit kedua pipi Sasa. "Nah, gitu dong senyum, Dek, kan tambah cantik adeknya Kakak."

Sasa meringis, "Duh, sakit tahu Kak!"

"Dek, mau lihat Kak Ody main piano enggak? Dia jago banget main piano," kata Kevin sembari melirik Melody yang sudah menatapnya sinis.

"Beneran Kak? Mau dong!"

🎵🎵🎵🎵

Setelah memesan nasi goreng dan segelas es jeruk, Melody dan Nadira duduk di pojok kantin, sembari menyantap nasi goreng yang dipesannya Melody pun mencari-cari sosok seseorang yang ingin dia temui. Di mana dia akan menagih janji kepada seseorang itu.

"Lo kenapa sih, Dy? Lagi nyari siapa?" tanyanya sinis karena melihat gelagat aneh pada sahabatnya.

"G-gue nyari, Kev!" ucap Melody keceplosan.

"Ngapain lo nyari Beruang Galak itu? Atau jangan-jangan udah ada sesuatu nih, bener enggak?" godanya.

Melody menatap sahabatnya sinis. "Eh, enak aja lo!"

Hari di mana dia dan Kevin belajar Matematika bersama, Kevin pun memberikan tantangan apabila dia mendapat nilai seratus atau paling tidak di atas 8 dia akan metraktir Melody seharian.

"Gue punya tantangan buat lo."

"Tantangan apaan?" kepo Melody.

"Kalau lo bisa dapet nilai 100 atau paling enggak di atas 8, gue bakal traktir dan ngajak lo jalan-jalan sesuka lo," katanya sambil menyilangkan kedua tangan.

"Oke, siapa takut!" jawab Melody sambil menjabat tangan Kevin.

"Oke, deal, tapi kalau lo dapet nilai dibawah 8, lo harus ngelakuin yang sama. Setuju?"

"Setuju!"

"Oh, gitu, senjata makan tuan tuh," kata Nadira bungah.

Hari ini Melody tidak melihat sosok rivalnya itu, tetapi Melody juga tidak akan melepaskannya untuk menagih janjinya. Dia akan mengabari lewat aplikasi chat.

Senja pun sudah bersembunyi di balik bukit, Melody tak hentinya tersenyum puas hari ini. Pasalnya dia berhasil mengerjai rivalnya, bagaimana tidak jika tantangan yang diberikan menjadi bumerang untuk Kevin.

"Hari ini gue dapet nilai 95, lo enggak lupa sama janji lo, kan?" ucap Melody sembari tersenyum puas.

"Iya, gue enggak pernah ingkar janji. Cepetan, lo mau pesen apa?" katanya sambil membuka buku menu.

"Gue banana cream chocolate," celetuk Melody dan Kevin bersamaan. Tak perlu berpikir panjang, Melody langsung mencatat pesanannya.

"Jangan puas dulu sama apa yang lo capai sekarang, mungkin sekarang lo dapet nilai 95 terus lo ngeremehin dan enggak belajar lagi tentang Matematika," katanya datar sambil menatap ponsel yang dipegangnya.

"Iya, gue tahu, gue tetep harus latihan dan belajar sama lo, kan, Pak?" kata Melody membuat Kevin sedikit tersentak kaget.

"Lo masih butuh bimbingan Matematika lagi?" ucapnya tak percaya.

Melody menatap Kevin bingung. "Emangnya gue salah ngomong, ya?"

"E-enggak, ya, gue kira dengan lo dapat nilai bagus, tugas gue udah selesai."

Melody tersenyum sinis. "Belum selesai, minggu depan, kan, akhir semester. Jadi, lo harus tetep bantuin gue buat dapet nilai bagus."

Netra keduanya bertemu, hening. "Oke!"

"Thanks, Kev."

_________________________________________

Hai, jangan lupa mampir yuk. Tumben nih rada akur. Yakin, bakal akur terus?

Jangan lupa ikuti kisah duo rival ini, ya. :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro