Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Lima: [Bazar Taman Kota]

Jika belum hafal lirik lagu, cobalah cari tahu liriknya, jangan bernyanyi dengan lirik yang salah. Seperti halnya, jangan menyimpulkan sesuatu terlebih dahulu sebelum tahu kebenarannya.

🎵🎵🎵🎵

Clara pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas, sang ibu pasti sedang menikmati sajian hiburan di televisi, sedangkan Melody masih berdiam diri di atas kasur empuknya. Membosankan. Jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam, dia masih merenung di kamar hingga dering ponselnya berbunyi. Terlihat nama penelepon dilayar ponsel. Nadira.

"Halo Dy, pergi yuk! Gue bosen di rumah, Kakak gue lagi pergi juga. Di rumah enggak ada siapa-siapa gue bosen, sumpah."

"Gak mau ah, mager Nad." Melody mencoba menggoda Nadira, dia tahu bagaimana sifat sahabatnya.

"Kok lo gitu sih Dy, gue ada di depan kamar lo, cepettt buka! Kalau enggak gue tendang pintunya."

Dengan perasaan malas, Melody membuka pintu kamarnya, terlihat sosok gadis tersenyum sinis langsung nyelonong masuk ke kamar Melody. Maklum dengan sifat Nadira, sahabat Melody sejak kelas 1 SD, orang tua mereka saling mengenal baik. Nadira bersandar di kursi, mengisyaratkan Melody duduk di atas kasur.

"Apaan sih lo Nad, main udah di depan kamar gue lagi! Enggak ngabarin gue kalau lo mau ke sini," ketus Melody sambil duduk di bibir tempat tidur.

"Cepetan ganti baju sana! Ayo, ke bazar taman kota," jelasnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Mager ah." Melody tetap pada posisinya, tidak berniat berdiri seperti yang dikatakan Nadira.

Tanpa segan Nadira menarik paksa Melody berdiri dan menyuruhnya segera mengganti pakaian rumahnya. Tak lama Melody sudah siap dengan mengenakan kaos polos berwarna navy serta celana jeans berwarna hitam. Sedangkan Nadira mengenakan dress berwarna silver.

"Kuy, berangkat!" Melody hanya menggeleng heran dengan tingkah sahabatnya yang absurd.

Bazar taman kota adalah event yang selalu diadakan enam bulan sekali, dan kali ini lebih meriah dari tahun lalu. Banyak street food, aneka permainan, accesories dan masih banyak stand-stand lain.

Di bazar pasti ada sebuah panggung yang berisikan berbagai alat musik, pasti akan ada yang mengisi acara untuk sajian hiburan. Uniknya, orang umum bisa mengisi acara bazar itu, hebat bukan? Para pengunjung menikmati suguhan acara dari band yang ditampilkan panitia bazar, semua orang ikut menyanyi termasuk dua sejoli yang sedang berdiri di depan panggung itu. Nadira bernyanyi dengan semangat karena lagunya bikin baper, lagu yang dimainkan Stars Band itu Panah Asmara-nya Afgan.

Setengah jam Melody dan Nadira menikmati suguhan berbagai musik, sekarang Melody merasa lapar. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi. Dia berniat mencari makanan, sedangkan Nadira? Jangan tanyakan dia, karena lebih memilih stay di depan panggung untuk melihat vocalist band yang keren.

🎵🎵🎵🎵

"Laper, tapi antriannya gini banget, ya?" Melody bermonolog dengan dirinya sendiri. Dia bimbang, apakah harus mengantre sepanjang ini? Jika tidak, dia mau mengganjal perutnya dengan apa? Yang jelas semua street food ramai pembeli.

"Ody!!" Teriak seseorang membuat Melody menoleh.

Seorang cowok berada di antrean keempat melambaikan tangan ke arahnya. Dengan kikuk, Melody menghampiri cowok itu. "Eh, Diki. Lo ke sini juga?"

Diki mengangguk kemudian tersenyum. "Iya, gue mau lihat acara bazar tahun ini, katanya lebih meriah dari tahun kemarin."

"Iya, katanya, sih, gitu."

"Dy, lo mau beli sosis? Mau berapa biji? Sekalian bentar lagi giliran antrean gue," tawar Diki.

Melody merasa tak enak hati, karena dia baru datang harus menitip kepada Diki yang sudah antre lebih dulu. "Hm, enggak usah deh, Dik. Gue bisa ngantre dari belakang."

Diki terkekeh, "Ada gue, ngapain harus antre dari belakang, sih, Dy? Udah nitip gue aja, santai aja lagi."

"Hm, gue enggak enak sama lo, Dik. Lo kan udah antre dari tadi, masa iya gue dateng-dateng langsung dapet duluan, sedangkan yang lain udah atre sebanyak ini." Melody menoleh antrean sosis yang super duper panjang ini.

"Anggep aja lo dapet keberuntungan hari ini."

"Hm, oke deh. Tapi gue yang gantiin antrean lo, ya." Diki pun mengangguk dan keluar dari antrean yang kini sudah digantikan oleh Melody.

Setelah memesan tiga buah sosis, dia berjalan ke tempat Diki berada. Tak ingin menganggu Diki yang sedang menerima telepon, dia menunggu Diki sebentar. "Eh, udah selesai, Dy?"

Melody mengangguk dan menyodorkan sebungkus sosis pesanan Diki. "Makasih, Dy."

"Gue dong harusnya berterima kasih sama lo, beruntung bisa ketemu lo di sini. Kalau enggak, mungkin gue bisa antre sampai tahun depan," kekeh Melody.

Diki ikut tertawa kecil, "Lo ke sini sendirian?"

"Enggwk, gue ke sini sama Nadira, dia lagi stay deket panggung."

Panjang umur, kini ponsel milik Melody berdering dengan pemanggil siapa lagi jika bukan Nadira. "Nadira udah telepon Dik, lo mau ikut gue atau tetep di sini?"

"Gue di sini aja, Dy. Salam buat Nadira ya." Melody mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Diki.

Setelah mencari seseorang di antara ribuan manusia, akhirnya Melody menemukan sosok yang dia cari sejak tadi. Sedangkan yang dicari masih asyik dengan suguhan lagu dari beberapa penampilan yang mengisi acara malam ini.

"Nad!!" Melody sengaja sedikit berteriak, suaranya nyaris tidak terdengar oleh siapapun, termasuk Nadira yang masih belum menyahut. "Woi, Nad!"

"Ody, lama banget, sih!"

"Lo pikir langsung jadi dan gak antre apa?" kesal Melody dengan sahabatnya ini.

Nadira mengerucutkan bibirnya. "Ya, maaf, habis gue juga laper, Dy."

"Pulang, yuk! Udah malem, besok harus sekolah. Ibu pasti udah nungguin," ajak Melody yang sudah menggandeng tangan Nadira menjauhi depan panggung.

"Eh, tapi ...."

Aku tak mudah mencintai

Tak mudah bilang cinta

Tapi mengapa kini denganmu

Aku jatuh cinta

Tuhan tolong dengarkanku

Beri aku dia

Tapi jika belum jodoh

Aku bisa apa

Suara itu. Langsung saja Melody sedikit berjinjit untuk mengetahui siapa yang bernyanyi di atas sana. Benar saja. Itu dia di sana, dengan seorang gadis, Lisa Adira? Apa hubungan mereka?

"Ody! Lo kenapa berhenti? Penasaran sama yang nyanyi karena lagunya baper?" Melody tak menghiraukan celetukan Nadira barusan, karena dia sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. "Yuk, pulang!"


"Ody, lo kenapa? Lo baik-baik aja?"

Melody sontak menoleh ke sumber suara, di mana dia tahu pasti Nadira melihat gelagat aneh padanya. "Gue enggakpa0a, Nad. Gue pengin pulang, udah capek."

"Yakin? Enggak ada yang lo sembunyiin dari gue?" ucap Nadira menyelidik.

Melody mengembuskan napas berat. "Iya, suwer. Udah, ayo pulang. Udah malem, Nad."


"Serius, kan? Lo enggak kenapa-kenapa?"

"Astaga, Nad! Ini udah malem, lo udah kayak polisi interogasi malem-malem tahu enggak?" kesal Melody lalu berjalan mendahului Nadira menuju parkiran.

"Lo ke sini juga ternyata."

Deg!

____________________________________

Halo update lagi nih. Gimana? Beda kan sama SLS yang dulu? Kasih krisarnya ya. Thanks buat yang udah baca ceritaku sampai detik ini juga. Laffffyu guys. Ditunggu next part ya:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro