Bagian Empat: [Latihan Bagian Dua]
Lagu tanpa irama musik tentu tidak akan lengkap. Layaknya aku tanpamu belum lengkap.
🎵🎵🎵🎵
JAM di tangan Kevin menujukkan pukul sembilan pagi. Dia menyusuri lorong sekolah lalu berhenti di sebuah ruang berpapan ruang musik. Di sana masih sepi, belum ada satu pun yang datang. Merasa bosan, Kevin mengambil gitar lalu memainkan dawai gitar untuk mengisi rasa bosannya sembari menunggu yang lain datang. Tak hanya mahir dalam piano, dia juga mahir dalam memainkan gitar.
In my dreams, you're with me
We'll be everything i want us to be
And from there, who knows?
Permainan gitar Kevin pun terhenti. Seketika dia mengingat kejadian kemarin yang begitu mengusik pikirannya.
Ya, dia melihat Diki mengantarkan Melody pulang, saat itu juga Kevin masih di sana, di tempat yang sama, tanpa sepengetahuan mereka. Merasa aneh dengan dirinya, dia pun melanjutkan irama lagu Imagination-Shawn Mendes.
Or is that me and my imagination
Fokus Kevin terbuyarkan ketukan pintu yang tidak sabaran. Ruangannya dia kunci dari dalam, supaya tidak ada yang menganggunya. Dia melihat jam dinding yang menempel pada dinding ruang musik menunjukkan pukul 09.45. Mungkin yang lain sudah datang, dia berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
🎵🎵🎵🎵
Sangking lamanya pintu tak kunjung di buka Melody mengetuknya lebih keras, lalu tanpa sengaja dia melihat Diki yang datang dari kejauhan. Tak sadar pintu sudah terbuka, tetapi Melody tetap saja mengetuk pintu, tangannya terasa digenggam seseorang. Sontak dia langsung menajamkan netranya kepada sosok di depannya.
"Heh! Lihat-lihat kalau mau ngetuk pintu, ini muka orang bukan pintu!" makinya sambil menurunkan tangan Melody.
"Lo lagi lo lagi! Lo, ya, enggak pernah sekali aja enggak nongol di hadapan gue!" ketusnya sambil masuk ke dalam ruang musik.
"Eh, cewek bawel dasar ya lo! Udah salah ngetuk muka orang, minta maaf enggak, eh, maki gue lagi!" Kevin memaki Melody terus-terusan sembari mengekor di belakangnya.
Melody menutup telinga rapat-rapat lalu duduk di kursi piano. "Apaan sih! Rese banget sih lo Beruang Galak! Kalem dikit kenapa sama cewek? Kan, lo juga salah, siapa suruh lo kunci pintunya."
Diki masuk ke dalam sambil terheran-heran melihat dua sosok yang bertengkar karena masalah sepele. Mood Melody langsung hancur gara- gara Beruang Galak itu.
"Udah-udah, apaan sih ribut kayak anak kecil aja," katanya sambil duduk di samping Kevin yang memainkan gitar asal.
Tak lama, Pak Adi dan yang lain datang bersamaan, kemudian menyuruh tim Clara untuk mengawali latihan kali ini, lagu kedua dari Green Band yaitu Love Story-nya Taylor Swift.
Romeo, take me somewhere we can be alone
I'll be waiting, all there's left to do is run
You'll be the prince and I'll be the princess
It's a love story, baby, just say, "Yes"
Clara dengan apik mengeksekusi lagu bernuansa romance, tak hanya suara apik milik Clara, tetapi Green Band sukses membawakan lagu keduanya dengan apik. Apalagi, semakin dekat dengan jadwal lomba yang akan berlangsung dua minggu ke depan, mereka sudah sangat apik dan kompak.
"Kerenn!" Melody bersuara sembari bertepuk tangan meriah.
"Aa ... makasih, Kak!" sambar Clara dengan sumringah.
Pak Adi memberikan tepuk tangan sebagai pujian. Kini Pak Adi menunjuk giliran Melody dan Kevin untuk memainkan lagu kedua. Melody dan Kevin belum memikirkan lagu kedua untuk lomba, tetapi tiba-tiba saja Kevin melantunkan lagu Rewrite The Stars- Zendaya ft Zac Efron.
What if we rewrite the stars?
Say you were made to be mine
Nothing could keep us apart
You'd be the one I was meant to find
It's up to you, and it's up to me
No one can say what we get to be
So why don't we rewrite the stars?
Maybe the world could be ours
Tonight
Melody belum terlalu hafal liriknya, dia hanya bernyanyi di bagian yang dia bisa. Pak Adi pun mengisyaratkan Kevin untuk berhenti memainkan piano.
"Melody belum hafal?" tanya Pak Adi sembari duduk di samping Iko.
"Hmmm ... belum Pak, saya sama Kev belum rundingin lagu kedua, ini saja dadakan, Pak," terang Melody sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oke, kalian masih punya waktu sekitar dua minggu untuk berlatih. Khususnya kamu Melody, kamu harus latihan yang giat supaya hafal, harus latihan sering-sering."
Wah, bisa gila latihan sering-sering sama Kev!
Melody menahan pergolakan batinnya, ingin rasanya menjitak kepala partner lombanya ini, ralat teman. Yang ditatap hanya diam tak bersuara, tanpa dosa.
Mentari mulai turun untuk bersembunyi, pertanda malam segera tiba. Pak Adi selaku pembimbing ekstrakurikuler serta pelatih lomba menyuruh mereka untuk segera pulang. Satu per satu mulai meninggalkan ruang musik, kakak beradik ini berjalan beriringan.
"Kak, gue tunggu di gerbang, ya? Kakak yang ambil motornya," pinta sang adik.
Dengan tatapan malas Melody berjalan sendirian ke ujung sekolah untuk mengambil kendarannya. Hari yang sangat menyebalkan untuk Melody.
"Hafalin lagunya." Melody berjengit mendengar suara yang begitu dekat dengan telinganya.
Melody menatap lelaki di sampingnya dengan malas. "Gak usah lo kasih tahu, gue juga inget kali!"
"Oh, ya? Manusia itu biangnya lupa, jadi gue cuma ngingetin lagi, apa salahnya?" Melody hanya acuh tak acuh mendengarnya.
"Denger enggak, sih?"
"Bawel amat sih lo jadi cowok! Iya, gue denger kali, gue juga gak budeg," gerutu Melody.
Kevin menahan tawa. "Syukur deh, telinga lo masih berfungsi. Kalau enggak, lagu tanpa irama musik enggak bakal lengkap."
"Maksudnya?"
Tanpa menjawab, Kevin berjalan mendahului Melody, meninggalkan seribu pertanyaan atas ungkapan yang tidak dia mengerti. Aneh bin ajaib!
Melody pun berlari kecil mencoba mensejajarkan langkah Kevin. "Heh! Maksud lo apaan? Enggak jelas banget. Lagian lo, ya, enggak minta pendapat gue soal lagu kedua, main pilih sepihak. Kita, kan, partner lomba, kalau lo enggak lupa."
"Sejak kapan kita jadi partner?"
Skakmat!
Merasa malu, Melody bergegas menaiki kendaraannya, ingin segera menjauh dari sosok menyebalkan itu.
🎵🎵🎵🎵
You think it's easy
You think I don't wanna run to you
But there are mountains
And there are doors that we can't walk through
"Oke, lumayan, lanjut," monolognya sembari menghafal bait pertama yang belum sepenuhnya itu.
You think it's easy
You think it's easy
"Iya, mudah bagi lo dasar Beruang Galak!" kesal Melody sembari membaringkan tubuhnya yang ringan di atas spons ternyamannya.
"Kak," panggil sang adik.
"Kenapa, Ra?"
"Boleh masuk?"
"Hm."
Clara pun ikut membaringkan dirinya di samping sang kakak. Tanpa sepengetahuan Melody, diam-diam Clara mendengar sang kakak berlatih dan sesekali mengutarakan kekesalannya. Tidak salah lagi pasti untuk partner sang kakak.
"Istirahat, Kak. Masih ada besok buat hafalin."
Melody melirik sang adik yang sedang asyik menatap langit-langit kamarnya. "Tapi lomba udah semakin dekat, Ra. Mana tuh orang pilih lagu sepihak, kesel gue, Ra!"
Clara mengembuskan napas kasar. "Iya, tapi Kakak juga butuh istirahat. Kalau lagi suntuk gini percuma mau hafalin sebanyak apa juga enggak bakal masuk. Trust me."
"Iya, juga sih. Lo bener, Ra. Harus dengan pikiran yang fresh," ucap Melody, setuju dengan pernyatan sang adik.
"Eh, tumben lo pinter. Baru kejedot apa tuh kepala lo?"
"Udah baik gini, diledekin mulu! Tau, ah. Sebel. Bye!" kesalnya sembari meninggalkan kamar bernuansa monokrom itu.
"Thanks, Ra!" teriak Melody, entah sang adik masih mendengarnya atau tidak.
Lagu tanpa irama tidak akan lengkap
"Apaan, sih, maksudnya?"
__________________________________
Hai! Jangan lupa vomment ya. Kasih krisarnya ya. Aku tunggu lho, jadi silahkan aja yang mau kasih krisar^^. Selamat membaca, semoga suka ceritanya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro