8. Sah Menikah!
Dia berniat menanyakan hal itu, nanti saat bertemu langsung atau lewat chat.
"Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh," salam Azka, memulai acara.
Semuanya menjawab salam.
"Kami ucapkan terima kasih kepada keluarga dan sanak saudara yang bersedia hadir malam ini, untuk menyaksikan acara lamaran Keisha dengan pemuda pilihannya, sekaligus yang direstui oleh saya dan Mamanya. Baskara, pria yang akan melamar Keisha, sudah datang. Langsung saja, silakan mengutarakan maksud kamu kepada putri kami," lanjut Azka, membuat semua ikut bahagia mendengarnya.
"Terima kasih, saya sangat bahagia karena Bapak Azka dan Ibu Fara merestui kami berdua. Dengan mengharap rida Allah, tujuan saya datang ke sini, untuk melamar putri Bapak dan Ibu. Keisha Yunia Putri, maukah kamu menjadi pendamping hidupku, menikah denganku dan merajut kebahagiaan bersama? Bersediakah kamu, jika aku mengucapkan ijab kabul atas namamu di depan penghulu, untuk kemudian membangun mahligai rumah tangga?" Ucapan sekaligus permintaan dari Baskara, terdengar indah dan begitu puitis.
Pria itu celingukan, karena biasanya calon tunangan perempuan duduk berhadapan di kursi itu, tetapi Keisha tak ada. Beberapa saat kemudian, terdengar suara wanita yang menjawab lamarannya.
"Alhamdulillaah. Terima kasih, Baskara Putra. Engkau telah meminangku dengan cara yang baik. Oleh karena itu, aku akan menjawabnya dengan cara yang sopan pula. Aku, Keisha Yunia Putri, bersedia menerima lamaranmu dan menjadi pendamping hidupmu, menikah secara sah di mata agama dan negara. Kita memang tidak saling berhadapan saat ini, untuk sama-sama menjaga diri, tetapi selalu satu hati. Jangan lupa, saling mendoakan agar cinta kita berdua tetap utuh dan diridai oleh Allah," jawab Keisha, dengan lancar dan penuh kelembutan.
Ternyata perempuan itu menjawab dari dalam rumah, supaya calonnya penasaran. Meski tak melihat secara langsung, tetapi hati Bas sangat bahagia mendengarnya dan kini penuh angan-angan menikah dengan perempuan pujaannya. Semua orang mengucap tahmid tak henti-hentinya. Lebih-lebih, Azka dan Fara.
"Alhamdulillaah. Semuanya berjalan lancar, Pa. InsyaaAllaah, Bas adalah imam yang tepat untuk Keisha," kata Fara, menyentuh tangan Azka.
Suaminya mangut-mangut dan tersenyum. "Alhamdulillaah. Semoga saja, Ma. Kita berdoa yang terbaik untuk mereka."
Acara dilanjutkan dengan makan siang bersama. Namun, terdengar desas-desus yang menanyakan di mana keluarga Bas? Keisha hanya terdiam.
Azka mendekati keluarganya yang bisik-bisik. "Aku memang tidak tahu di mana keluarganya, karena tidak merestui kalau Bas sama Keisha. Tentu saja sudah dimaklumi, sebab berbeda agama. Namun, kami yakin Bas adalah orang baik dan bertanggung jawab. Bersedia masuk Islam dan mengambil resiko besar dalam hidupnya. Salat tak pernah putus di masjid. Kalau pas aku kerja, ada mata-mata suruhanku yang mengintainya."
Semua yang mendengar pun mangut-mangut dan tak mempermasalahkan tentang keluarga Bas lagi.
Keisha senyum-senyum saat menyodorkan makanan yang sudah disiapkannya, pada sang kekasih. "Ini, makan siang buat kamu, Sayang!"
Baskara yang sedang berdiri untuk mengantre makanan prasmanan, hampir tak berkedip melihat kecantikan wajah Keisha dalam balutan hijab biru muda, serta riasan tipis yang tak biasanya.
"Ka-kamu Keisha? Cantik sekali, calon istriku!" puji Bas, menelan salivanya, karena sangat terpesona.
Anak perempuan Fara tertawa kecil. "Kamu ini! Kayak nggak pernah lihat aku pake jilbab aja. Iya, aku Keisha, calon suamiku!"
"Abisnya kamu beda banget dari biasanya. Sebelum-sebelumnya, kan, nggak pernah pakai make up." Bas menerima piring berisi makanan dari tangan Keisha.
"Ya masa, mau dilamar, nggak dandan? Sekali-sekali, lah! Hehe. Aku ambil makanan dulu." Pacarnya mengalihkan pandangan untuk mengambil piring yang lain.
Baskara masih memandangi Keisha, sampai ada seseorang yang berdeham di belakangnya.
"Bas! Jangan diliatin terus, nanti kalau udah halal, kamu bisa menatapnya seharian penuh," ujar orang itu, membuat Bas tersadar dan menoleh.
"Eh, Om Azka?" Kekasih Keisha jadi merasa tak enak.
Suami Fara hanya geleng-geleng sambil terkekeh, lalu beliau mengambil piring untuk ikut makan. Baskara pun memilih tempat duduk yang agak jauh dari keluarga Azka dan Fara.
"Udah lengkap semuanya!" seru Keisha, lalu mencari Bas. "Itu dia!"
Perempuan itu segera mendekat dan duduk di samping calon suaminya.
"Eh, ayo makan! Aku malah duluan." Bas terlihat salah tingkah.
Keisha menyahut, "Kamu kenapa, sih, jadi aneh begitu? Nggak usah grogi kali, Yang!"
"Ha? Enggak, kok." Bas mengelak.
"Ya sudah, makan aja dulu, ntar kesedak lagi," jawab Keisha, lalu berdoa dan menyantap suapan pertamanya.
Mereka menyelesaikan makan masing-masing. Suasana bahagia menyelimuti seisi rumah.
Setelah semua selesai, Keisha mengajak Bas menuju deretan kursi yang saling berhadapan tadi. Azka mengambil mikrofon dan berbicara kembali.
"Baik, hadirin sekalian. Acara selanjutnya adalah pemasangan cincin dari Baskara kepada Keisha, sebagai pertanda mereka berdua sudah diikat oleh lamaran hari ini. Memang, tadi kami menyuruh Keisha menjawab dari belakang, sebagai kejutan untuk Bas. Jadi, pemberian simbolis cincin diaktifkan, setelah makan siang. Silakan." Beliau memberi kode pada salah seorang untuk membawakan tempat cincin dari Bas.
"Dengan simbol ini, mereka telah terikat sebelum menikah. Baskara tak boleh melamar perempuan lain selain Keisha, begitu pula sebaliknya. Putri saya tak boleh menerima pinangan lelaki lain," lanjut Azka.
Calon menantu Azka mengambil cincin itu dan bersimpuh di hadapan Keisha. "Duhai calon istriku. Hari ini, aku melamarmu dan mengikatmu dengan simbol cincin ini. Kuharap, kamu menjaga cintaku dan tidak diperkenankan menerima lamaran dari pria lain."
"Terima kasih, calon suamiku. Silakan pasangkan cincin itu di jari manisku. Aku berjanji akan menjaga cinta kita sampai terucap ijab kabul. Tak akan ada lelaki lain yang bisa meminangku, selain dirimu. InsyaaAllaah," jawab Keisha, dengan tersenyum.
Bas memasangkan cincin itu, lalu berdiri. Acara dilanjutkan dengan foto-foto, mulai dari Bas dan Keisha, kemudian dilanjutkan bersama sebagian anggota keluarga.
Azan Asar berkumandang. Azka mengajak Bas untuk salat berjamaah di masjid.
**
Satu pekan kemudian. Baskara duduk di samping Keisha dengan pakaian serba putih, berhadapan dengan Azka dan seorang penghulu. Di kanan kiri mereka, ada dua orang saksi.
"Saya terima nikahnya, Keisha Yunia Putri binti Azka Nugroho, dengan seperangkat alat salat dibayar tunai," kata Baskara dengan lantang, dalam satu tarikan napas, menjawab ijab kabul dari Azka.
Kini, pemuda itu telah sah menikahi Keisha secara agama dan negara. Azka sendiri yang berjabat tangan untuk menikahkannya. Semua sangat bahagia, meskipun acara pernikahan digelar secara sederhana.
Penghulu mengucapkan doa untuk kedua mempelai, lalu lanjut memberikan beberapa dokumen untuk ditandatangani oleh Keisha, Bas dan Azka.
"Terima kasih, sudah selesai," kata penghulu.
Bas pun menoleh ke arah perempuan yang telah menjadi istrinya. "Aku sangat beruntung memilikimu." Dia mengulurkan tangannya.
"Aku pun demikian. Alhamdulillaah," jawab Keisha, meraih dan mencium punggung tangan Bas.
"Boleh aku kecup keningmu?" tanya Bas.
Kesiha mengangguk dan tersenyum. Pria yang kini menjadi suaminya, mendekat untuk mencium dahinya dengan penuh kasih sayang. Seorang fotografer sibuk memotret mereka, karena dia tak boleh kehilangan satu detik pun momen indah, sesuai permintaan kliennya, yakni Keisha.
Seorang MC membacakan rangkaian acara selanjutnya. Baskara dan Keisha diantar oleh Azka dan Fara menuju pelaminan untuk foto bersama. Para tamu undangan dipersilakan mengambil makanan prasmanan yang tersedia. Ada beberapa outlet di sekeliling ruangan resepsi pernikahan. Di antaranya menyediakan sate padang, rendang, es buah dan lain-lain.
Keisha dan Bas benar-benar bagaikan raja dan ratu hari ini. Keisha terpukau dengan ketampanan Bas, begitu pula sebaliknya. Mempelai pria yang hampir tak mau mengalihkan pandangan dari istrinya.
**
Malam hari, setelah Bas pulang dari masjid dan Keisha salat di musala dalam rumah, keduanya masuk ke kamar. Azka dan Fara tak mau mengganggu, memberi waktu untuk pengantin baru.
Bas dan Keisha berbaring, saling berhadapan.
"Nggak nyangka, aku bisa menikahimu, Istriku. Kamu cantik sekali," puji Bas.
"Kamu juga tampan. Akhirnya, kelak kalau anak kita lahir, dia akan mempunyai Papa," jawab Keisha.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro