Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Mulai Ramai Pembeli

"Assalaamu'alaikum!" salam seseorang dari luar kontrakan Bas, diiringi ketukan pintu.
"Wa'alaikumussalaam," jawab Bas yang sedang menaruh piring kotor di wastafel.
Keisha yang sedang menikmati sarapan, mengerutkan dahi. "Siapa itu, Mas?"
Bas menoleh dan tersenyum. "Ada kejutan buat kamu, biar tambah semangat jualannya." Dia berjalan ke arah pintu.
"Kejutan?" gumam wanitanya, pelan, tetapi dia terus melanjutkan makannya.
Bas tampak berbincang-bincang dengan seorang pria. Setelah beberapa saat, Bas memberikan sejumlah uang pada orang itu, lalu mereka bersalaman. Tak berapa lama, lelaki itu pun pamit pergi.
Keisha sudah selesai mencuci piring dan gelas kotor. Dia segera menghampiri sang suami di depan rumah.
"Surprise!" seru Bas, merentangkan tangannya.
"Gerobak?" Keisha tampak terkejut.
Pria di sampingnya mengangguk. "Iya, jadi kemarin aku pesan gerobak buat kita jualan dan baru kasih DP-nya. Hari ini orangnya nganterin, sekalian aku lunasin."
Putri Azka mengitari gerobak itu, bertuliskan "Nasi Goreng Rasha" dan bercat merah menyala berpadu dengan garis hitam-putih. "Cakep banget ini, Yang! Aku suka. Tapi, Rasha itu nama siapa?"
"Gabungan nama kita, lah! Ra dari nama Baskara, terus Sha kependekan dari Keisha," sahut Bas, dengan bangga.
"Mm, cocok juga! Aku jadi nggak sabar buat jualan nanti sore," jawab Keisha, dengan mata berbinar.
**
"Mas, aku punya ide!" seru Keisha, yang sudah selesai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat es teh di atas gerobak baru.
Bas yang sudah selesai menyiapkan nasi dan bumbu rahasia, menyahut, "Ide apa?"
"Mm, tolong kamu memasak satu porsi dulu! Aku akan merekam semua prosesnya sampai menjadi nasi goreng yang lezat. Terus, diunggah di semua media sosialku. Sekalian kasih caption alamat lengkap kontrakan kita," usul Keisha.
"Wah! Ide bagus itu! Ayo kita mulai! Memang nggak salah pilih istri, hehe." Suaminya tampak sumringah.
Keisha tertawa kecil. "Kamu ini bisa aja, Yang!"
Bas mulai memasak seporsi nasi goreng, sambil direkam oleh Keisha.
"Nah, cakep kalau gini!" seru putri Azka, sambil melihat hasil rekaman di ponselnya.
Bas tersenyum. "Makasih, Sayang. Kamu selalu nggak kehabisan ide. Mudah-mudahan setelah banyak yang lihat, pembeli berdatangan, ya?"
"Aamiin."
Keisha pun mengedit video tadi sebagus mungkin, lalu mengunggahnya ke semua sosial media. Perempuan itu yakin akan ada feedback bagus, sebab pengikutnya selalu saling berinteraksi dengan baik, meskipun jumlahnya baru sedikit.
"Es tehnya juga perlu direkam, Mas! Biar yang haus, langsung ke sini dan beli!" Keisha tampak bersemangat.
"Boleh juga, tuh! Perlu aku bantu rekam, nggak?" tawar Bas.
Keisha menggeleng. "Nggak perlu, kok. Aku bisa, hehe." Dia menaruh ponselnya di atas tripod dengan mode video camera on, lalu mulai membuat es teh yang tampaknya sangat melegakan haus di sore yang panas ini.
Baskara memuji, "Kamu memang jago soal promosi di medsos!"
"Aamiin. Aku masih tahap belajar, belum ahli di bidang ini," jawab Keisha, lalu mengedit video ke dua dan langsung mengunggahnya.
Setengah jam berlalu. Banyak yang memberikan like, komentar dan share pada video jualan tadi. Kemudian, beberapa orang yang melihat unggahan Keisha, segera datang dan membeli nasi goreng.
Orang-orang mengantri di depan kontrakan Bas, untuk membeli nasgor, atau sekadar beli es teh karena haus. Sebagian di antara mereka, ada yang ingin makan di tempat. Sayangnya, Bas belum menyiapkan tempat untuk dine in.
"Mohon maaf, ya, Pak, Bu. Lain waktu, kami akan berusaha untuk membuat tempat makan yang nyaman sesuai permintaan Anda semua. Kami belum terpikir untuk itu, sebab baru dua hari ini jualannya," ujar putra Danu, sopan.
"Oh, iya. Nggak papa, Nak. Semangat jualannya, ya! Saya salut sama anak muda yang mau merintis usaha dari nol seperti ini," sahut seorang bapak, dengan ramah.
Bas menjawab, "Terima kasih, Pak. InsyaaAllaah kami selalu semangat!"
Ada orang lain di belakang yang menimpali, "Mudah-mudahan nasgornya enak. Mm, tapi kalau boleh tahu, kenapa tiba-tiba jualan? Maaf, apa kena PHK dari kantor? Saya lihat selama ini, Nak Bas pakai kemeja dan celana panjang rapi kalau berangkat."
Semua orang menoleh ke sumber suara, ternyata dia seseibu yang memang sering julid pada tetangga.
Keisha yang emosi hendak menjawab, "I-iya, Bu. Anu ..."
"Benar, Bu," potong Bas cepat, "ada PHK massal di kantor, sebab atasan saya bangkrut. Alhamdulillaah kami punya modal untuk jualan nasgor. Mohon doanya, ya, Bu."
Orang-orang pun saling berbisik. Bas tak peduli dan masih melanjutkan pekerjaannya. Dia melirik ke arah Keisha, khawatir kalau istrinya itu stres dan berpengaruh ke kandungan.
"Kei, kamu ke belakang aja dulu sebentar, biar lebih tenang," ujar Bas, berbisik.
Keisha mengangguk, lalu beranjak ke dalam. "Julid banget, sih, ibu itu! Dia belum pernah ngalamin suami bangkrut apa? Wajar, dong, ada ujian ekonomi di awal pernikahan." Dia uring-uringan di dapur.
"Mbak! Es tehnya mana?" teriak salah seorang pembeli.
"Iya, sebentar!" sahut Keisha dengan suara keras.
Wanita itu mengambil segelas air putih, lalu duduk dan meminumnya. Setelah itu, dia mengembuskan napas panjang berulang kali.
"Bismillaah. Aku harus tahan emosi, supaya tetap dapat uang. Duh! Kenapa juga telingaku cepat panas? Si ibu tadi paling cuma iseng, nggak bener-bener pengen tahu. Sampai rumah dia juga lupa, karena keenakan makan nasgor!" gumamnya lagi, mengusap dada yang tertutup hijab, agar lebih tenang.
Ada pembeli lagi yang teriak minta es teh. Keisha segera berdiri, lalu keluar.
"Maaf, baru ke belakang tadi," kata Keisha, berusaha tetap sopan.
"Saya udah haus banget dari tadi," jawab si pembeli, tampak kesal.
Bas menimpali, "Saya memohon kelapangan hati Anda semua. Maklum, masih baru jualannya. Mungkin, Dik Keisha agak grogi, jadi harus ke belakang supaya lebih siap melayani pembeli. Ambil minum mungkin."
Orang tadi menyahut, "Iya, dimaafin. Sekarang, mana esnya? Namanya jualan, harus siap capek."
Keisha diam. Tangannya sibuk menyiapkan es teh. Orang tadi pun pergi setelah membayar sejumlah uang.
'Kalau bukan karena jualan yang bikin aku harus jaga sikap, udah kubalas ucapan dia. Sekalian kasih sambal di es tehnya!' batin istri Baskara, sambil terus melayani orang-orang yang mengantri.
Pembeli terus berdatangan. "Warung Nasi Goreng Rasha" itu semakin ramai, hingga dua puluh menit berlalu. Semua pembeli sudah selesai dilayani dan pulang ke rumah masing-masing.
"Alhamdulillaah, akhirnya selesai juga. Capek banget, Mas," kata Keisha, menyeka keringat di keningnya.
Bas mengusap rambut perempuan itu. "Makasih, Sayang. Kamu rela berjuang sama aku, sampai kecapekan gini. Istirahat, gih!"
Istrinya mengangguk. "Baik, Mas. Nanti kalau ada yang mau es teh lagi, takarannya segini dan segini." Dia menunjukkan sebuah centong untuk es batu, juga satu gelas takaran teh.
"Siap! Kamu yang sabar, ya, kalau ada suara julid kayak tadi," pesan putra Danu.
"Tenang aja, Mas! Aku memang harus menebalkan kuping. Yang penting, kita dapat uang! Ye!" seru Keisha, seraya membuka laci yang menyatu dengan gerobak.
"Alhamdulillaah, Ya Allah." Bas mengambil uang itu dan menghitungnya. "Kamu bawa ini ke dalam aja, taruh di dompetmu di lemari. Kita atur lagi besok." Dia menyerahkan dua lembar seratus ribuan.
Keisha menerimanya. "Siap, Sayang!" Dia berlalu ke dalam.
Kini, hanya tertinggal uang pecahan puluhan ribu dan lima ribu. Bas menyimpannya lagi di laci. Lelaki itu membuat es teh untuk dirinya dan meneguknya sampai habis. Dia lelah, tetapi juga senang jualannya laris.
**

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro