Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Penyesalan

Cahaya mentari tampak cerah, menembus gorden jendela kamar Keisha. Namun sebaliknya, raut wajah dua manusia di dalamnya sangat pucat. Bas turun dari ranjang, lalu terduduk di lantai.

"Bodoh sekali aku! Bodoh!" sesalnya, memukuli kepala sendiri, berulang kali.

Di atas ranjang, pacar Bas menangis sambil memandang noda darah pada seprai.

"Hancur sudah hidup kita setelah ini, Yang. Gimana nasib kita nanti?" Suara Keisha terdengar parau.

Bas menunduk dalam. "Entahlah, Yang. Maafkan kekhilafanku."

Perempuan yang bekerja sebagai sekretaris di PT. Anugerah Jaya itu mengembuskan napas panjang. "Aku juga, kenapa harus .... terlambat kalau kita mau menyesali semuanya."

"Aku bersihkan badan dulu. Mungkin setelah itu, kita bisa berpikir jernih," ujar Bas, lalu keluar menuju kamar mandi.

"Huh ... aw!" Keisha meringis, lalu mencoba berdiri, merasakan betapa sakit dan ngilunya pada area bawah perut.

Perlahan, dia tertatih menuju kamar mandi dalam kamarnya. Di bawah guyuran air shower, dia menangis karena merasa jijik pada diri sendiri. Mengapa bisa melakukan sesuatu di luar batas, dengan pacar beda agama pula. Jika kelak di hari pengadilan, mungkin Keisha adalah manusia yang paling banyak dosanya.

**

"Keisha! Aku bawa makanan, nih, buat kamu!" seru Baskara, masuk ke kontrakan sambil menenteng plastik berwarna putih.

Gadisnya sedang merenung di ruang tamu, kedua netranya tampak bengkak dan wajahnya pucat.

Bas duduk sampingnya, lalu menaruh plastik itu di atas meja. "Kita makan dulu, ya? Aku akan bertanggung jawab karena sudah menodai kehormatanmu sebelum kita resmi menikah."

Keisha mendongak. "Kamu serius?"

"Iya. Nggak mungkin aku meninggalkan kamu dalam keadaan seperti ini," sahut Bas, menyunggingkan senyum di bibir.

"Baiklah." Keisha menoleh ke arah bungkusan plastik. "Kamu beli apa? Tadi aku cariin nggak ada."

"Oh, aku buru-buru beli bakso tadi. Takut kamu kelaparan hehe. Aku siapkan mangkuk sama air putihnya. Tunggu di sini!"

Putra Danu itu segera beranjak. Dia tak mungkin membiarkan Keisha menyiapkan sarapan sendiri, karena dia menebak kalau Keisha masih kesakitan dan jalannya sulit. Bas tak perlu menanyakan hal itu, karena tak mau membuat Keisha malu.

Beberapa saat kemudian, Bas sudah selesai menyiapkan dua porsi bakso lengkap dengan air putihnya.

"Makasih, ya? Kamu baik banget sama aku." Keisha mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas.

"Kamu ini kayak sama siapa aja! Ini udah kewajibanku melindungi dan bertanggung jawab atasmu. Keputusanku sudah bulat, untuk memperjuangkan hubungan kita sampai ke pernikahan," jawab Bas.

Keisha bertanya, "Kenapa, sih, kok, kamu milih aku buat jadi pendamping hidup?"

"Ya karena, kamu perempuan terbaik yang selama ini aku cari. Udah, ayo makan! Keburu dingin." Bas segera mencampurkan saus dan kecap ke dalam bakso miliknya.

"Iya."

Mereka menikmati bakso berdua, kadang diiringi saling senyum. Bila sudah begini, keduanya seolah lupa dengan masalah besar yang melanda.

"Alhamdulillaah. Makasih, Sayang. Aku kenyang banget sekarang!" seru Keisha, setelah keduanya selesai makan.

Bas mengacak rambut pacarnya pelan. "Kamu ini lucu banget, sih! Kalau gitu, aku cuci piring dulu." Bas hendak menumpuk mangkuk bakso yang telah kosong, tetapi langsung dicegah oleh Keisha.

"Udah! Nanti aja, kita pikirkan dulu, solusi supaya kita bisa segera menikah. Kalau aku tiba-tiba hamil gimana? Aku nggak mau punya anak tanpa ada suami!"

Lelaki di sampingnya mengangguk. "Oke. Jadi, menurutmu, gimana solusinya?

Pikiran Keisha buntu. Dia hanya menggeleng lemah.

"Menurutku gini, tapi kalau kamunya setuju. Aku akan nekat memberi tahu Ayah dan Ibu, bahwa aku akan segera masuk Islam, lalu menikahimu. Tak peduli mereka merestui atau tidak."

Keisha membelalakkan mata. "Kamu serius? Jangan membangkang sama orang tua, Bas!"

"Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur yakin," sahut pria itu.

"Tapi aku minta tunda sepekan lagi, ya? Aku belum siap kalau nanti kedua orang tuamu memaki-maki aku dan ..." Kekasihnya tak sanggup melanjutkan kalimat, dengan ekspresi khawatir.

"Aku paham, Sayang," potong Bas cepat.

"Ya sudah, kalau memang itu kemauanmu. Namun, jangan salahkan aku jika kelak kamu menyesal, karena itu pilihanmu sendiri." Keisha mengingatkan.

Bas memegang kedua tangan perempuan itu supaya lebih tenang. "Pasti, dong, Sayang!"

**

Siang hari, setelah makan bersama, Keisha kembali tidur karena dia merasa sangat mengantuk. Bas menemui pemilik kontrakan, lalu menyewa rumah, tepat di samping kontrakan Keisha.

Bas masih punya simpanan uang untuk satu bulan ke depan, juga tabungan khusus untuk persiapan menikah dengan Keisha yang dirahasiakan dari Danu dan Jovita.

[Yang, kamu istirahat dulu aja, ya? Aku udah sewa kontrakan di samping rumah yang kamu tempati. Biar nggak difitnah sama tetangga kalau kita tinggal bareng. Nggak usah ke sini. Nanti, kalau udah bangun dan butuh apa-apa, chat aja! Aku siap membantu.] Bas mengirim pesan pada Keisha.

Selama beberapa jam, tidak ada balasan. Bas mulai membersihkan kontrakan dengan susah payah, karena sepertinya sudah lama tak ada yang menghuni di sini. Setelah selesai, pria itu sangat berkeringat, sehingga memilih untuk mandi.

Usai berpakaian rapi dan badan merasa segar kembali, Bas membuka ponselnya. Ada balasan dari Keisha.

[Iya, Yang. Makasih banget, kamu udah mau tanggung jawab sampai segitunya. Tapi, nanti malam jangan ke sini! Takut kalau kejadian semalam terulang lagi. Aku udah merasa berdosa banget.]

Isi pesan itu membuat Bas mengembangkan senyum. Dia langsung mengirim balasan.

[Sama-sama, Sayangku. Iya paham. Aku kirim makanan aja ke situ, ya?]

Keisha membalas, [Nggak usah, Yang. Nanti pesan makanan sendiri lewat Go F**d aja. O ya, mulai besok aku mau cuti dulu beberapa hari. Ntar orang-orang pasti pada gosipin, kalau melihat cara jalanku yang kayak pengantin baru abis bulan madu, padahal kenyataannya, aku belum menikah.]

Putra Jovita merasa bersalah setelah membaca pesan itu, lalu dia membalas, [Baiklah. Aku minta maaf, ya. Gara-gara aku, hidup dan kerjaan kamu jadi berantakan.]

[Nggak, kok. Tenang aja! Udah dulu, aku mau siap-siap Salat Asar.]

[Oke, Sayang,] balas Bas.

**

Satu pekan kemudian. Keisha mondar-mandir dengan membawa kantong kresek putih di ruang tamu. Sudah lima hari dia tak mendapatkan haid. Perempuan itu baru saja pulang dari apotek untuk membeli test pack.

Beberapa menit berlalu. Keisha pun menuju toilet dalam kamarnya. Setelah dicek, perlahan, satu garis merah terlihat jelas. Namun, ada garis lain di sampingnya yang tampak samar. Jantung Keisha berdebar menunggu hasilnya.

"Jangan hamil! Jangan hamil, please!" harapnya.

Sayang sekali, hasilnya Keisha positif hamil. Dia pun menangis pilu. Bas yang hendak berangkat kerja dan berpamitan pada kekasihnya, mendengar tangisan itu.

"Sayang?" panggil Bas, sambil melangkah masuk.

Suara Keisha semakin jelas. Bas langsung masuk ke kamar pacarnya dan menggedor-gedor pintu toilet.

"Ada apa, Kei? Ini aku, Bas," panggil pria itu, merasa sangat khawatir.

Keisha keluar, masih dengan tangisannya. Dia menunjukkan alat tes kehamilan di tangannya.

"Aku hamil, Yang!"

"Apa?" Bas sangat terkejut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro