Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18. Nasi Goreng

"Aku cuma mau mengembalikan mukena, Mas. Kita bicara di ruang makan."

Mendengar jawaban Keisha, Bas bernapas lega.

"Baiklah," sahut Bas.
Tiga puluh detik kemudian, Keisha dan Bas duduk berhadapan, dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa kecewa, sedih, tetapi juga menyimpan harapan besar untuk kelangsungan rumah tangga mereka.

"Aku tadi di kamar, merenung dan baru paham bahwa PHK itu bukan kemauanmu. Butuh proses untuk berdamai dengan keadaan, sekaligus menyiapkan mental supaya bisa bicara denganmu lagi. Aku sadar, cintaku lebih besar daripada rasa kecewa yang melanda. Semuanya demi keutuhan rumah tangga kita." Keisha mulai mengungkapkan perasaannya.

Bas bernapas sedikit lega. "Makasih banyak, Sayang. Aku ... akan cari kerjaan lagi setelah ini. Sebelumnya, lihat aku bawa apa?" Dia memperlihatkan satu kantong kresek putih yang tadi disembunyikan di balik punggungnya.

Kedua mata Keisha melebar kala melihat tiga bungkus pisang coklat yang baunya sangat menggoda. "Ini ... buat aku? Kok, tadi aku nggak lihat kamu bawa sesuatu?"

"Hehe, kejutan dikit. Kamu mau?" Bas tersenyum senang sambil menyodorkan kresek itu.

"Mau." Istrinya mengangguk mantap sambil menerimanya.

Putra Jovita membatin, 'Sepertinya, nasihat Ustaz manjur juga buat diterapkan.'

Keisha membuka salah satu bungkus, berisi lima potong pisang coklat. Dia mulai makan. Sesaat suasana hening.

Dia melirik ke arah Bas. "Kamu nggak makan juga?"

Bas menggeleng. "Lihat kamu makan aja udah kenyang."

Anak Fara tak begitu peduli pada suaminya atapun suasana hatinya setelah pertengkaran singkat tadi sore. Yang penting saat ini, perutnya lapar dan butuh diisi.

Baskara puas melihat wanitanya makan dengan lahap, sambil berharap setelah ini, semua akan baik-baik saja dan kembali damai. Tanpa diminta, pria itu berdiri untuk mengambil segelas air putih dan memberikannya pada Keisha.

Menit demi menit berlalu, sampai Keisha menghabiskan dua bungkus pisang coklat, sesekali diselingi dengan minum. Itu berarti, sudah sepuluh potong dia makan.

"Alhamdulillaah. Kenyang sekali. Dedek bayi pasti sangat senang." Perempuan itu tampak bahagia seraya mengelus perut sendiri.
"Masih ada satu, nggak sekalian?" tawar Bas.

Keisha menggeleng. "Enggak, buat kamu aja. Makasih, Mas. Piscoknya enak banget!"

Suaminya mengelus puncak kepala Keisha dengan lembut. "Sama-sama, Sayang. Beneran buat aku? Maafkan aku, tentang kejadian tadi sore."

"Hihi, aku udah kenyang banget. Sudahlah, jangan dibahas lagi! Yang berlalu biarlah berlalu. Aku punya ide bagus buat kelangsungan pernikahan kita!" seru Keisha, dengan pandangan berbinar.

"O ya? Apa itu?" Bas jadi penasaran.

"Kalau kamu dipecat, berarti ada pesangonnya, kan?" tebak Keisha.

"Iya." Suaminya mengangguk, lalu mulai membuka pisang coklat yang masih terbungkus dan memakannya.

Keisha berkata, "Kalau buat sewa kontrakan sebulan, terus listrik, air dan semacamnya cukup, kita bikin usaha sendiri aja!"

Anak Danu mengernyitkan dahi. "Usaha apa?"

"Kamu, kan, pintar bikin nasi goreng. Kita coba jualan di depan rumah aja, nanti aku promosiin ke teman-temanku pas masih kerja dulu. Selain itu, buat status jualan, supaya bisa dilihat sama para tetangga yang jarang lewat sini, tapi nomor mereka tersimpan di ponselku. Mau nggak mau, kita butuh uang untuk bertahan hidup. Gimana?" tanya Keisha.

"Wah! Ide bagus, Yang! Aku setuju. Nggak nyangka banget kamu punya saran seperti itu. Love you," puji Bas, merasa beruntung karena sebelumnya tak pernah terbersit pemikiran seperti itu di kepalanya.

"Love you too. Sabar, ya, Sayang. Kita rintis usaha dari nol. Sedikit demi sedikit, insyaaAllaah nanti juga jadi besar," harap putri Azka, sambil memegang kedua tangan suaminya.

Putra Jovita tersenyum lebar. "Aamiin. Kamu juga yang sabar, ya? Kita lewatin ini sama-sama. Pernikahan kita yang baru seumur jagung, harus dipertahankan.

Mereka pun saling berpelukan, untuk menyalurkan kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup.

**

Keesokan harinya, perut Keisha kembali kram.
"Aw! Sakit banget, Yang. Astagfirullaah," rintih Keisha, sambil memegangi perutnya di balik selimut.

Bas terbangun. "Kram lagi, Yang?"

"Iya. Tolongin aku, dong!"

"Sebentar." Baskara segera mengambil minyak angin dan mengoleskannya ke perut sang istri. "Kita ke dokter, yuk! Ada baiknya juga aku dipecat, bisa antar kamu ke mana pun tanpa harus cuti. Udah nggak ada lagi rasa sungkan sama bos."

Keisha menggeleng. "Aduh! Enggak, ah! Kita ke klinik aja, biar lebih sedikit pengeluarannya."

"Ya udah. Ayo! Aku cari taksi dulu, ya?" Bas setuju, lalu mengambil tas untuk diisi dengan dompet, ponselnya dan ponsel Keisha.

"Jangan pakai taksi! Naik motor aja," pinta perempuan yang masih terbaring di kasur.

Suaminya membuang napas panjang. "Baiklah kalau itu maumu."

Keisha berusaha bangun dan Bas segera membopongnya. Mereka keluar dengan perlahan.

"Hati-hati! Duduk sini dulu." Bas mendudukkan istrinya di kursi teras.

Di tengah kesakitan, Keisha terus memandangi suaminya yang begitu setia dan penyayang. Satu detik pun tak dia lewatkan, mulai dari mengambil motor, mengunci pintu, sampai memakaikan helm.

Bas menyunggingkan senyum. "Kamu kenapa mandangin aku segitunya?"

"Nggak papa. Kamu ganteng!" Keisha malu untuk mengakui rasa kagumnya.

"Dari dulu. Hihi! Ayo!"

Mereka segera pergi ke klinik. Bas membawa motor dengan sangat hati-hati. Sampai di sana, Keisha diperiksa. Bidan berkata, penyebabnya adalah stres. Setelah mendapatkan obat, mereka pun pulang.

Di tengah perjalanan, Bas mampir untuk beli ayam goreng untuk sarapan sekaligus makan siang mereka berdua. Untung saja perut Keisha sudah tidak kram lagi, sehingga tidak terburu-buru.

"Akhirnya, sampai di rumah," ucap Keisha, sambil mengistirahatkan badan di sofa ruang tamu.

"Kita makan dulu. Abis itu, kamu minum obat," ajak Bas, lalu beranjak ke dapur.

Beberapa saat kemudian, pria itu kembali dengan dua mangkok berisi nasi hangat di tangan.

Keisha mengelus perutnya. "Hmm. Jadi lapar, nih! Makasih banyak, calon Papa!"

"Hihi, lucu juga dipanggil begitu. Sama-sama, tapi maaf, kamu jadi sarapan sekaligus makan siang ini." Bas merasa tak enak.

"Gak masalah! Tenang aja!" Istrinya mulai menikmati makanan.

Baskara mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas, menampilkan wajah rupawan. "Syukurlah."

Sesi sarapan sekaligus makan siang pasangan itu berlangsung hening tetapi romantis. Setelah selesai, Keisha mengambilkan minum untuk dia dan suaminya, karena tubuhnya sudah merasa mendingan. Perempuan itu segera minum obat, lalu beranjak tidur.
Bas menyingkirkan piring dan gelas ke dapur, lalu pamit pada Keisha untuk berbelanja ke pasar.

**

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Bas baru pulang dengan membawa banyak barang.

"Assalaamu'alaikum. Key?" salamnya, sambil masuk.

Tak ada jawaban. Bas mengecek ke kamar yang pintunya setengah tertutup, ternyata Keisha masih tidur.

Bas menuju dapur. Dia mulai menanak nasi putih dalam porsi besar. Setelah itu, dia menyiapkan bumbu rahasia nasi goreng yang enak.

'Dengan resep rahasia ini, mudah-mudahan kelak nasi goreng buatanku laris-manis, harapnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro