Bagian 19
Berhubung vote Miss Possesive belum mencapai target, kita stay di babang Zander aj dulu, ya😘😘
Semoga suka!🥰
__________________________
Meghan berlari kecil memasuki lobi. Sapaan Demira ditanggapinya dengan lambaian tangan saja, ia tak sempat berbasa-basi lagi. Sial baginya pagi ini ia terlambat bangun. Ia tidak bisa marah ke Igor karena tidak membangunkannya, pasalnya pria tua itupun terlambat bangun juga.
Begitu sampai di mejanya, Meghan segera memesan kopi Zander. Meghan bersiap untuk amarah bosnya itu.
Belum ada lima menit dirinya duduk, komputernyapun masih dalam proses menyala, telepon di sudut mejanya berbunyi. Ia menebak itu pasti dari Zander.
"Halo."
"Ke ruanganku sekarang." Benar saja.
Meghan meringis mendengar perintah pendek tersebut. Apakah Zander akan memecatnya? Meghan menarik napas perlahan, kemudian menghembuskannya dengan perlahan juga. Sekilas ia merapikan kemeja dan roknya.
Karena Zander sudah menyuruhnya datang, Meghan tak lagi mengetuk pintu. Ia langsung masuk. Zander tengah berdiri di depan dinding kaca. Dengan kedua tangan berada di saku celana, lelaki tersebut menatap ke padatnya ibukota.
Meghan melangkah masuk. "Bapak memanggil saya?" Meghan membuat nada bicaranya seformal mungkin, takut Zander tiba-tiba tersulut emosi.
"Datanglah ke sini," perintah Zander tanpa berbalik. Meghan melangkah lebih ke depan hingga ia berada di samping Zander. "Kemana kau tadi malam?"
Apakah Zander terbentur sesuatu hingga lupa mereka bertemu tadi malam. "Kau tahu aku di klub yang sama denganmu."
"Setelahnya?"
Meghan tidak tahu ke mana arah pembicaraan Zander. "Aku pulang."
"Ke rumah?"
"Tentu saja."
Rahang Zander mengeras, ia mendorong tubuh Meghan ke dinding kaca. "Di mana kau setelah dari klub, Meg?" Zander tidak suka dibohongi, Meghan membuat paginya mengerikan. Ia nyaris tidak tidur karena memikirkan gadis itu.
"Zan." Meghan hampir terjatuh karena gerakan pria itu yang tiba-tiba, ia harus memegang kedua lengan Zander agar tidak berakhir di lantai. Meghan tak bisa bergerak, Zander tak memberinya ruang.
Menunduk, Zander mendesis di wajah Meghan. "Kau tidak pulang tadi malam. Kemana bajingan itu membawamu."
Cukup terkejut Meghan mendengar Zander tahu ia tidak pulang. Ataukah Zander membuntutinya. "Zan, kau membuatku kesulitan bernapas." Gadis itu berusah menjauhkan tubuh Zander darinya, namun sedikitpun dada bidang tersebut tidak bergerak. Tubuh Zander keras seperti besi, apalagi jika sedang marah seperti sekarang. Jika ditantang bergulat, Zander pasti menang.
"Aku menunggu di depan rumahmu sampai pagi, Meg." Zander meletakkan kedua tangan di kedua sisi kepala Meghan, posisi itu semakin menekan Meghan. "Kau tidur dengan David?"
"Aku benar-benar tidak bisa bernapas." Meghan tidak mengerti dengan kemarahan Zander. Padahal tadi malam tak sedikitpun pria itu memedulikannya. Yang ada Zander mengobrol dengan teman wanitanya. Sekarang Zander mencecar Meghan?
"Jawab aku, sialan." Napas Zander memburu, tatapannya mengerikan.
Meghan mengerjap, tidak menyangka Zander semarah ini. "Kau menungguku di depan di rumahku?"
Tangan Zander di turunkan ke leher Meghan. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Meg."
"Kenapa penting untukmu tahu aku tidur dengan David atau tidak, hhmm?" Zander begitu kuat dan besar, dengan mudah tangannya dapat mematahkan leher Meghan yang mungil, tapi gadis tersebut memiliki keberanian yang besar.
Perlahan sekali, Zander mengusap pipi Meghan. "Aku tidak suka sisa-sisa, Meg. Kau tahu itu."
Jadi sekarang harga dirinya terluka, begitu? Zander begitu pongah dengan dirinya sendiri. Meghan tertantang menjatuhkan egonya yang setinggi langit. "Kalau begitu kau harus menelan pil pahit, Zan. Nyatanya tadi malam aku menghangatkan ranjang David," ujar Meghan dengan nada yang begitu lembut, sentuhan tangannya naik ke bahu Zander. "Di perjanjian kita aku hanya perlu ada jika kau ingin memuaskan hasratmu, tak ada larangan untukku bersama pria lain." Meghan menjerit ketika kepalan tangan Zander memukul kaca tepat di samping kepalanya. Jantung Meghan bertalu-talu, ia mengira tembok kaca tersebut pecah. Meghan menelan ludah dengan susah payah, sebenarnya pria seperti apa Zander?
"Kau tidak tidur dengan David! Kau berbohong." Pria itu menggeram, tatapannya kian menajam seiring amarahnya yang menggelora. "Katakan kau berbohong."
Meghan mengerjap, sesaat lidahnya keluh. Tapi ia belum ingin berhenti meruntuhkan ego Zander. "Sepanjang malam aku bersama David. Kau boleh percaya atau tidak. Tidak ada ruginya untukku."
Zander mengumpat, pria itu membalik badan memunggungi Meghan. "Keluar!"
Meghan tercengang. "Kau marah karena aku tidur dengan David sementara kau boleh bergonta-ganti wanita setiap malam?" Itu tidak adil. Mungkin Zander adalah sipemegang kemudi, namun ia juga tak boleh sesuka hati memperlakukan Meghan layaknya selingan.
"Kubilang keluar, sialan!" Memejamkan mata, Zander berusaha meredakan degup kencang jantungnya. Saat ini dirinya terlalu marah untuk dapat bertindak semestinya.
Meghan pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Sisa hari itu Zander terus di ruangannya, ia tidak mengganggu Meghan. Setelah sore tiba, Zander keluar dari ruangannya. Berjalan pergi, pria itu melalui Meghan begitu saja tanpa menatapnya.
Meghan jadi bimbang, apakah berkata bohong pada Zander adalah sikap yang salah? Jika ia tidak memancing emosi Zander, saat ini Zander tidak marah padanya. Meghan menghela napas, mulai bersiap-siap pulang juga.
*****
Jam satu malam. Meghan baru saja selesai mendengar musik. Di depan meja riasnya ia duduk dengan earphone di telinga. Lagu-lagu klasik berputar dari ponselnya. Ia begitu menikmati ayunan lembut serta syair cinta yang menenangkan hati.
Seperti apakah cinta itu harus berakhir? Pahit atau manis? Bahagia ataukah sebaliknya.
Sepanjang alunan suara merdu mendayu di telinga, Meghan belum menemukan jawaban untuk amarah Zander pagi tadi. Zander terlalu sulit dipahami. Tak peduli betapa serius ia mempelajarinya, hasilnya nihil. Zander tetaplah Zander. Pria dengan sejuta keanehan.
Meghan menguap. Mempelajari sikap Zander cukup sampai di sini dulu! Biarkan pagi benar-benar datang dan kembali memikirkannya. Mungkin saja setelah beristitahat, Meghan dapat menemukan jawabannya. Mungkin.
Ketika ia hendak mematikan ponselnya, terdengar suara pintu depan diketuk. Kening Meghan mengernyit membentuk lipatan, ia tak salah melihat waktu. Saat ini telah tengah malam. Siapa orang kurang kerjaakan yang mengetuk pintu itu?
Meghan menggeleng, berpikir dirinya salah mendengar. Hayalan tentang Zander terlalu merasukinya hingga membuatnya berhalusinasi. Ia membaringkan tubuh di kasur, sebelum mendengar musik tadi lebih dulu ia mengganti pakaiannya ke pakaian tidur hingga tak perlu lagi berganti pakaian sekarang. Kaos kebesaran dan celana katun pendek selalu membuatnya nyaman.
Lagi-lagi pintu depan diketuk, kali ini lebih kuat. Meghan beranjak dari berbaringnya. Meghan tidak langsung membuka pintu, lebih dulu ia mengintip dari jendela. Bisa saja yang datang adalah orang asing yang bermaksud jelek. Sebelumnya tak ada yang bertamu ke rumahnya tengah malam begini, bahkan David sekalipun.
Meghan menyibak gorden, ternyata sedang turun gerimis. Ia membuka gorden lebih lebar, melirik ke depan pintu. Mulutnya terbuka, terkejut.
"Zander?" Ucapnya tanpa suara. Untuk apa pria itu datang? Meghan menutup cepat gorden yang dibukanya tadi, disandarkannya punggu di besi jendela. Apakah Zander datang untuk melampiaskan amarahnya yang belum terpuaskan?
Meghan melirik pintu kamar Tere. Semoga saja adiknya tidak terbangun.
Zander mengusap rambutnya yang basah terkena hujan. Ia mendengus, menertawakan ketololannya. Kenapa pula ia berhujan-hujan hanya untuk bertemu Meghan. Zander telah berkeliling kota dengan motor besarnya karena tidak bisa tidur. Ia mengira setelah merasakan angin malam sejenak dan menikmati suasana ibu kota, pikirannya bisa lebih tenang kemudian bisa tidur. Zander salah mengira kekuatan Meghan demikian saja, Zander tetap tidak bisa tidur. Akhirnya ia kembali mengeluarkan motornya dari garasi, lantas membawanya ke rumah Meghan.
Samantha akan menertawainya jika tahu hal ini. Sangat tak terbayangkan apa yang telah dilakukan Meghan padanya.
Setelah pulang dari kantor, Zander merasa bersalah karena telah memuntahkan emosinya pada Meghan. Hingga saat ini hal itu masih mengganggunya, terlebih perihal hubungan Meghan dan David. Yang satu itulah yang lebih meresahkannya. Bisa dibilang, karena itulah Zander menembus hujan. Ia belum bisa bernapas lega jika belum mendapatkan jawaban yang sebenarnya dari Meghan.
Zander melirik pintu yang masih tertutup. "Kenapa lama sekali dibuka?" Batinnya kesal. Pakaiannya dan rambutnya lembab, di luar sini udaranya dingin sekali, terus berdiri di sana akan membuatnya flu. Motor besarnya sudah basah kuyup, rumah Meghan tidak memiliki garasi. Tadinya Zander akan menaikkannya ke teras, namun urung karena mengingat Meghan. Gadis itu pasti marah kalau terasnya jadi kotor.
"Ck, lagi-lagi aku memikirkannya! Harusnya kumasukkan saja tadi. Biar saja dia marah!" Zander masih bersungut-sungut dalam hati. Rasa kesalnya kian bertambah ketika pintu tak kunjung di buka.
Zander menaikkan kepalan tangannya, bermaksud memukul pintu tersebut kuat. Dia tak lagi peduli jika ketukannya menimbulkan keributan. Saat itulah kenop pintu bergerak, disusul pintu yang terbuka. Gadis yang membuatnya berubah bodoh ada di depan pintu, menatapnya.
"Kau gila?" Meghan tidak membiarkan pintu sepenuhnya terbuka. "Atau kau kurang kerjaan?"
Rambut Meghan tergerai berantakan. Gadis itu memakai kaos kebesaran sepanjang paha, Zander tidak bisa menebak apakah ada celana di baliknya. Dan ia bertelanjang kaki.
"Aku menyukai bagaimana kau memperlakukan tamumu," sarkas Zander.
Meghan mensesis. "Tamu yang baik tidak berkunjung tengah malam!"
Zander meletakkan satu tangan di pintu dan tangan yang lain di pinggang, ia memandang tepat ke mata Meghan yang bulat. "Baik tidaknya tamu, dia tetaplah tamu." Meghan memutar bola mata. "Di luar hujan," tambah Zander, seolah Meghan tidak tahu. "Kau tidak menyuruhku masuk?"
"Sebaiknya kau kembali besok." Meghan mendorong pintu namun Zander menahannya.
"Kalau begitu kau yang keluar?"
"Zander!" Meghan benar-benar tak dapat menebak pikiran pria itu. Tadi pagi Zander marah-marah seperti orang gila, dan sekarang ia datang mengganggu tidurnya.
"Aku masuk atau kau yang keluar? Pilihlah! Aku menyukai keduanya."
Bersambung...
Ada yang merasa digantung???🤣🤣
Vote dan komen banyak2, biar hari ini aku dobel apdet!!💋💋💋😘
Selamat berkesal2 ria..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro