My husband is Kazekage-sama
Foto media by Gaara hiden
AUTHOR'S NOTE: Saya disini bakalan pake visual Shinki aja sebagai anaknya Gaara ya ahaha, terus aku mungkin bakalan pake POV Reader atau Author
Keterangan: [Yourname] is [nama kamu] cerita ini khusus buat ngehalu jadi kalau ada yang masih nanya Gaara sama siapa? Ceweknya siapa? Aku udh kasih tau ya kalo Ini Gaara X Readers, ini imajinasi kalian aku hanya ngembangin, kalau ngerasa aneh, silahkan cari cerita lain hehehe.
Happy Reading
.
.
.
Sunagakure, Akademi
"Shinki"
Anak laki-laki berusia delapan tahun itu menoleh, matanya yang berawarna hijau itu tampak meneliti dua orang yang memanggilnya.
"?"
"Oh ekspresimu pasti seperti itu." Yang tadi memanggilnya berseru, menyikut anak perempuan disampingnya. "Aku sudah bilangkan pasti ekspresinya begitu"
Anak perempuan disampingnya membalas menyikut. "Diamlah Araya"
Shinki yang sedari tadi melihat dua orang satu akademinya itu sama sekali tidak mengatakan hal yang penting kepadanya, akhirnya dia memutuskan kembali berjalan.
"Oitt Shinki, tunggu"
Araya berlari diikuti Yodo, anak perempuan yang ada disampingnya. "Aku hanya ingin menyampaikan pesan, katanya kita disuruh ke kantor Kazegake-sama, semua genin, termasuk kita." Kata Araya sedikit berteriak karena takut Shinki tidak mendengar karena suasana angin yang cukup kencang.
Shinki melirik dua teman akademi sekaligus se-teamnya itu dengan datar. "Aku tidak ikut"
"Kau mau kemana?" Yodo yang sedari tadi hanya melihat, angkat bicara.
"Ke rumah"
"Anak Kazekage sih bebas...huwaa"
Trang
Sebuah kunai nyaris mengenai Araya kalau saja sang pemilik kunai sekaligus yang melempar tidak membelokkannya.
"Shinki!" Yodo berseru tapi Shinki mengacuhkan, dia sama sekali tidak peduli.
Setelah punggung Shinki perlahan makin menjauh, dua temannya itu hanya bisa saling pandang.
•••••••••
Readers'Pov
"Okaeri"
Kamu bisa melihat Shinki yang baru saja menutup pintu langsung terkejut walau itu hanya beberapa detik, bahkan kamu yakin hanya dengan kedipan mata saja ekspresinya akan hilang.
"Tadaima Okaa-san" Dia kembali ke mode tanpa ekspresinya, tanpa sadar kamu jadi gemas sendiri.
"Bagaimana sekolah?" Tanya kamu sambil melepas sarung tangan karet karena kamu habis membereskan ruangan-ruangan yang sudah berdebu.
"Biasa saja." Ucap Shinki sambil melepas alas kakinya. Kamu bisa melihat matanya yang semakin redup, cahaya hijau dari matanya itu memang beda dari milik Gaara, lebih redup dan lebih tajam. Untung saja rambutnya sama denganmu kalau tidak mungkin sudah kloning total dari Gaara.
"Aku ingin ke kamar"
Tanpa sadar kamu melamun dan sekarang anakmu sudah ada didepanmu dengan tatapan meminta izin. Kamu mengangguk. "Jangan lupa mandi dan turun ketika jam makan malam, kamu mau makan apa?" Tanyamu dengan lembut.
"Soup dan telur goreng."
Setelah mengucapkan itu Shinki langsung naik keatas untuk ke kamarnya, kamu hanya berdecak tidak habis pikir karena memiliki anak yang pendiam sama seperti suami.
"Kalau begini terus bisa-bisa aku paham bahasa telepati." Katamu dengan pelan, sedikit tertawa kecil karena hanya kamu yang banyak bicara disini.
Setelah itu kamu memutuskan untuk kembali merapihkan yang belum selesai dan tentu saja mandi.
........
Ketika kamu berada di dapur untuk menyiapkan makan malam, tiba-tiba telepon rumah berdering. Kamu langsung bergegas kearah telepon dan mengangkatnya.
"Disini kediaman Sabaku"
"Ini aku [Yourname]"
Kamu langsung mengenal suara yang terdengar datar ini.
"Ah, Gaara"
"Shinki sudah pulang?"
"Iya sekarang dia ada di kamarnya"
Hening beberapa saat hingga kamu tidak yakin Gaara masih mendengarkan disana.
"Gaara?"
"Aku akan pulang saat makan malam"
Kamu terkejut tidak biasanya Gaara pulang saat makan malam.
"Kau yakin?"
"Iya"
"Baiklah aku akan siapkan juga untukmu," kamu tersenyum walau tidak terlihat entah kenapa kamu merasa sangat bahagia mendengar suamimu akan pulang untuk makan malam.
"[Yourname]"
"Ah.. iya ada apa?"
Terjadi keheningan lagi hingga kamu terheran-heran kenapa Gaara tidak to the point seperti biasa.
"Aku akan tutup teleponnya"
"Baiklah"
Setelah itu telepon ditutup, kamu tanpa sadar tersenyum.
"Okaa-san?"
Terkejut, kamu langsung membalik badanmu. "Y-ya?" Ternyata Shinki sudah ada dibelakangmu dengan pakaian santainya.
"Okaa-san kenapa?"
Ah sepertinya tingkahmu terlalu mencolok hingga anak tunggalmu terheran-heran dengan tingkah ibunya.
"Otousanmu akan pulang saat makan malam, kaa-san harus memasak lebih banyak untuk malam ini." Senyummu lembut sambil mengusap-ngusap rambut anakmu.
Tapi bukannya senang, anakmu terlihat tanpa ekspresi.
"Memangnya dia datang?" Tanyanya dingin. Kamu langsung menangkap bahwa Shinki meragukan ayahnya sendiri.
"Shinki, otou-sanmu pasti akan datang" kamu meyakinkan.
"Apakah okaa-san lupa kalau dia selalu memikirkan urusannya, dia selalu melindungi orang lain tapi dia tidak pernah peduli pada kita." Ucapan Shinki tidak salah, tapi memang itu resikonya, anak seumur Shinki masih belum paham.
"Shinki.."
Kamu menunduk untuk mensejajarkan tinggimu dengannya. "Dengarkan Kaa-san, kita ini keluarga yang selalu dilihat oleh orang lain, ayahmu itu seorang Kazekage, dan memang prioritas utama seorang pemimpin itu adalah untuk warganya, kita sebagai keluarganya hanya bisa mendukung otou-sanmu"
Shinki menatapmu beberapa saat, lalu mengalihkan padangannya, tanpa bicara apa-apa lagi dia berjalan kearah meja makan, duduk disana seperti tidak terjadi apa-apa, padahal kamu tau bahwa Shinki masih sangat kecewa dengan ayahnya. Kamu jadi merasa serba salah.
"Maafkan Kaa-san, Shinki." Katamu dalam hati, semoga saja suatu saat Shinki bisa mengerti.
••••••
Pukul tujuh lewat kamu menunggu di meja makan bersama dengan Shinki yang sedari tadi hanya diam. Bahkan bunyi jampun terdengar membuatmu sedikit cemas. Semoga saja Gaara datang dan tidak membuat Shinki semakin kecewa dengannya. Setelah kamu sedikit merapalkan doa untuk Gaara dan Shinki, seperti sebuah kebetulan, pintu depan terbuka, dan langsung saja kamu berlari untuk mengecek siapa yang datang.
"Okaerinasai"
Kamu tersenyum melihat Gaara yang sedang melepas alas kakinya.
"Tadaima"
Gaara tersenyum tipis, hingga membuatmu seperti melayang karena melihat ciptaan Tuhan yang sangat tampan.
"Maaf aku sedikit terlambat." Katanya yang langsung membuatmu menggeleng. "Tidak apa-apa." Katamu lalu membantu Gaara untuk melepas jubah kagenya.
"Ingin makan malam atau mau mandi dulu?" Kamu bisa melihat Gaara yang wajahnya tampak lelah walau dia berusaha menutupinya.
"Aku ingin mandi"
"Aku siapkan air hangatnya," katamu dengan senyuman hangat, sepertinya hari ini kamu terlalu banyak tersenyum. Tapi biarlah.
Kamu berjalan di depan Gaara hingga ketika kalian sudah di dekat ruang makan, Shinki melihat kalian.
Kamu menatap ayah dan anak itu yang hanya saling tatap hingga sang anak yang mengalihkan wajah duluan.
Oh. Apakah mereka sedang telepati? Kamu bertanya-tanya dalam hati, walaupun penasaran tapi kamu lebih mementingkan untuk menyiapkan air hangat untuk Gaara.
Setelah Gaara sudah berada di kamar mandi, tugas kamu saat ini meletakkan sup dan telur goreng di meja serta beberapa makanan lain yang masih mengepul, karena memang kamu sudah memperhitungkannya, kalian memang biasanya makan malam tepat pukul tujuh, karena Gaara mau makan bareng, jadinya tanpa sadar kamu lebih cepat dari biasanya, hanya beberapa menit, mungkin karena saking bahagianya.
Lima belas menit berlalu hingga saat ini Gaara sudah rapih dengan pakaian rumahnya yang jarang di pakai, baju merah maroon lengan panjang dengan celana panjang senada.
Kamu dengan sigap meletakkan mangkuk berisi nasi putih kearah Gaara. Setelah itu mengisi mangkuk untuk Shinki.
"Kalian makan yang banyak." Katamu mencoba mencairkan suasana yang kembali kaku lagi.
Setelah itu kalian makan tanpa suara, ya mau bagaimana lagi, memang begitulah ketika kamu diantara orang-orang yang pendiam.
Beberapa menit hingga kamu melihat Shinki yang sudah meletakkan sumpitnya diatas mangkuk, tanda selesai makan.
"Terimakasih atas makanannya." Dia berucap pelan, kamu mengangguk ketika melihat Shinki ingin pamit untuk ke kamarnya.
"Shinki"
Langkah Shinki terhenti ketika mendengar suara berat yang berasal dari orang nomor satu di Suna.
"Ayah ingin bicara" Gaara meletakkan sumpitnya dan menatap Shinki seolah menyuruhnya duduk. Dengan langkah yang malas, Shinki akhirnya duduk kembali di kursinya.
Diam-diam kamu mendengarkan karena penasaran, lagipula Gaara tidak menyuruhmu untuk pergi, jadi kamu yakin Gaara memang sengaja supaya kamu ikut mendengarkan.
"Setelah pulang sekolah, kenapa kau tidak menemui ayah seperti teman-temanmu."
Kamu terkejut, jadi Shinki melarikan diri, pantas saja Gaara memutuskan makan malam di rumah, biasanya dia lebih banyak di kantor daripada di rumah. Jadi ini salah satu alasannya.
"Apakah itu penting?"
Shinki menatap datar Gaara, kamu tanpa sadar melihat mereka dengan tatapan harap-harap cemas takut terjadi hal yang tidak terduga.
"Shinki, ketika teman-temanmu ada disana, kau juga harus ada."
"Apa karena aku anak seorang Kazekage, jadi aku harus ada disana? Memberikan contoh mereka?"
Kamu langsung menatap Shinki. "Shinki." mencoba untuk mengingatkan Shinki bahwa dia sedang bicara dengan ayahnya.
"Lebih baik otou-sama mengurusi warga desa, jangan ikut campur urusanku, aku lebih tau apa yang aku mau." Shinki berdiri dan memutuskan untuk meninggalkan kamu dan Gaara.
Kamu mencoba untuk mengusap lengan Gaara yang hanya diam, merespon itu Gaara menatapmu dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.
••••••
Kamu memasuki kamarmu setelah mengecek keadaan Shinki di kamarnya, seperti yang kamu duga, Shinki hanya berbaring dan tidak mau bicara, dan sekarang kamu menghadapi sosok versi besarnya.
"Gaara"
Kamu bisa melihat Gaara terduduk di tepi kasur menatap jendela yang langsung menghadap rumah-rumah warga Suna yang dibalut oleh pasir, keadaan malam memang dingin, anginpun tampak kencang walaupun jendela tertutup tapi kamu bisa merasakannya walau hanya dengan melihat saja.
"Apa aku gagal?"
"Hm?" Tanyamu tidak mengerti. Kamu memutuskan untuk duduk disebelah Gaara.
Gaara menunduk. "Aku... Tidak tau bagaimana cara menghadapi Shinki." Ucapnya dengan nada yang penuh akan kesedihan.
"Gaara"
Kamu menyentuh pundak sang suami, membuat Gaara mendongak menatapmu. "Kau hanya belum tau, bukan tidak tau" katamu menenangkan.
"Shinki hanya belum paham dengan situasi kita, aku pelan-pelan akan mengajarkan dia." Lanjutmu lagi dengan senyuman.
"Terimakasih [Yourname]"
Kamu mengangguk. "Itu memang sudah jadi kewajibanku."
"Aku selalu menyusahkanmu, aku belum benar-benar membahagiakanmu, maafkan aku." Perkataan Gaara membuatmu menggeleng.
"Aku sudah lebih dari bahagia mempunyaimu dan Shinki." Kamu menangkup wajah Gaara. "Dengarkan aku, kita sudah kenal sedari Chuunin, dan aku sudah tau kau bagaimana, jadi tidak perlu merasa kau seperti tidak melakukan apa-apa." Katamu lagi.
Gaara tersenyum tipis. "Aku hanya tidak ingin kalian susah dan terbebani, aku tidak ingin seperti ayahku"
Kamu bisa melihat sorot mata Gaara yang sedih, sorot mata yang sudah ada dari dia kecil dan ditutupi oleh rasa kebenciannya, dan sekarang kembali muncul.
"Gaara"
Tanganmu kini berpindah untuk merengkuh Gaara, memberikan dorongan semangat.
"Kau tidak seperti ayahmu, kau adalah suami dan ayah terhebat." Katamu menyemangati.
"Terimakasih"
Gaara mencium keningmu lembut. Bagaimana bisa Gaara menyamakan dirinya seperti ayahnya, jelas-jelas mereka berbeda.
"[Yourname]"
"Hm?"
"Tetaplah berada disisiku"
Kamu kembali melihat kedua mata Gaara dan tersenyum lembut. "Tentu Kazegake-sama"
Kalian berdua sama-sama menatap dan memuja masing-masing, sorot mata kalian seperti menyimpan rasa rindu yang terdalam. Memang rindu sih, tapi takut berat.
Gaara menarik kepalamu dengan lembut dan kali ini menempelkan bibirnya tepat dibibirmu. Menyalurkan kerinduan tanpa kata-kata sekaligus dorongan semangat yang tidak bisa didefinisikan.
Kamu tau Gaara sedang dalam kondisi yang tidak baik, rasa cemas, rasa takut, seperti bisa kamu rasakan. Bahkan seorang Kazekagepun bisa merasakan semua hal itu.
Tanpa sadar saat ini kamu sudah berbaring dan Gaara sudah ada diatasmu. Keadaan ini seperti dejavu dan membuatmu teringat bahwa Gaara sempat kebingungan bagaimana cara memulainya.
"Kenapa kau tertawa?"
"Tertawa?" Ternyata kamu mengeluarkan kekehan kecil. "Maaf aku teringat dulu"
Beberapa saat kerutan tampak hadir dikening Gaara sebelum dia menatapmu lagi dengan pandangan tidak suka.
"Jangan diingat"
Kamu bisa melihat semburat merah hadir dikedua pipinya.
"Bagaimana kalau malam ini kau bersantai, aku akan mengusap kepalamu." Mencoba mengalihkan supaya Gaara tidak ngambek.
Walaupun ingin menolak karena tidak suka dianggap seperti anak kecil tapi Gaara menurut, dia berbaring di sampingmu dan kamu memposisikan kepalamu diatas lengannya, dan tanganmu mulai berada dikepalanya, mengusap pelan.
Gaara menatapmu beberapa detik tapi kemudian dia mulai memejamkan matanya, tangan yang satunya merengkuh pinggangmu. Kamu merasa hangat dan nyaman.
Rasanya rindu sekali bisa seperti ini. Kamu berharap bisa seperti ini lagi dan lagi, bisa membuat keluarga yang bahagia dengan Gaara, membuat sang sabaku merasakan cinta yang sesungguhnya.
Kamu tidak ingin Gaara menulis cinta di dahinya seperti dulu, tapi dihatinya. Karena cinta tidak bisa ditulis, melainkan dirasakan.
Semoga selamanya seperti ini.
(Source: Deviantart)
The end or Tbc?
Hayoo the end or tbc nih, mohon maap ya aku sedikit agak rombak disini aku buat rambut [Yourname] sama kayak shinki hehe. Jadi gimana? Udah puas atau.... Masih mau lanjut
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro