Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

// MTDP // Bab 21. Kencan Kedua Yang Gagal

30 Maret 2018...

Kencan?!
Apa Aku Akan Berkencan?!

Melati...


Aku Update Lagi...

Maaf  ya... Yang sebelumnya di update itu, saya up lagi. Karena sebelumnya nggak sengaja ke publis. Dan sekarang adalah part lengkapnya. Maaf Aku ganti judulnya. Oke...!!!
Satu lagi. Jika kedepannya ada masalah seperti diatas, tolong dimaklumi ya... Jari telunjuk ikut rempong soalnya.

Happy Reading...
Sorry For Typo...

Dengan masih menggenggam tangan Melati, Alex membawa wanita itu berjalan melewati Villa tersebut dan berakhir di taman belakang dengan pemandangan air mancur yang begitu indah di tengah danau buatan.
"Alex... Taman ini sangat cantik." gumam Melati senang.
"Tapi tidak secantik dirimu." sela Alex. Melati menoleh menatap Alex dengan bingung.
"Apa kau barusan mencoba untuk menggombal?!"
"Aku tidak sedang menggombal. Aku mengatakan yang sejujurnya. Kau sangat cantik hari ini." Melati tersipu malu. Pipinya langsung merah dan Ia langsung menundukkan kepalanya. "Jangan menggombal seperti itu Alex.. Kau membuat pipiku seperti kepiting rebus saja." protes Melati.

Jujur, Melati malu saat mendengar perkataan Alex itu.
"Justru wajahmu yang seperti itulah, yang membuatmu semakin cantik."
"Oh tidak !!! Kau benar-benar menyebalkan Alex. Kau membuatku ingin mengubur diriku di dalam tanah, karena pipiku terus memerah seperti ini."
"Hei jika kau menguburkan dirimu didalam tanah, lalu aku dengan..."
"Alex...!" Melati langsung memotong perkataannya, karena ia tahu itu adalah gombalan selanjutnya dari pria itu. Dan ia tidak mau pipinya semakin memerah.

Untunglah Alex menghentikan perkataannya itu sehingga Melati merasa lega. Mereka mengelilingi danau buatan yang di tengahnya ada air mancur itu, lalu berakhir di bawah pohon rindang yang menyejukkan di tempat itu. Di situ sudah ada sebuah tikar yang di bentangkan di atas tanah. Bukan cuma itu saja disitu juga ada beberapa cemilan yang sudah disiapkan oleh Alex. Ia membeli cemilan itu saat dalam perjalanan menuju ke Villa. Melati yang melihat ada tikar di atas tanah di bawah pohon yang rindang dengan pemandangan Danau buatan serta air mancur yang indah itu, membuatnya berpikir kalau tempat itu adalah paket lengkap dari sebuah piknik kecil yang indah. Lalu,

"Alex? apa Sekarang kita sedang berpiknik?" "Anak pintar. Kau menjawabnya dengan sangat cepat. Kita memang sedang piknik. Kau sangat menyukai hal-hal sederhana seperti api unggun, duduk santai sambil bakar jagung, perkemahan. Karena itu aku rasa pasti kau juga menyukai acara piknik karena itu aku menyiapkan semua ini untukmu."

"Ini sangat indah dan juga sangat sempurna. Terima kasih Alex." ucap Melati dan kembali mencoba mencuri ciuman Alex. Tapi saat ia hendak melepaskan ciuman itu Alex malah menahan nya dan sekarang giliran Alex yang mencium Melati.

Ciuman itu berawal dengan ciuman lembut dan manis tapi berapa saat kemudian gahira mulai menguasai dan cium itu berubah menjadi bergairah. Alex melumat bibir Melati yang terasa seperti candu baginya dengan sedikit kasar namun bergairah. Melati yang awalnya hanya pasrah pelan tapi pasti mulai membalas ciuman itu. Ia bahkan mengangkat kedua tangannya dan mengalungkan di atas leher Alex dan itu membuat Alex semakin bersemangat melumat bibir Mungil itu.

Beberapa saat kemudian Alex menghentikan ciuman itu agar mereka bisa mengambil nafas. Kening mereka beradu dengan nafas mereka yang masih memburu.
"Melati Jasmine, Jangan pernah mencuri menciumku seperti itu lagi. Kau tahu, kau membuatku hilang akal" Ucap Alex disela-sela napasnya yang masih tersenggal-senggal, tanpa menyadari ucapannya itu membuat terdiam. Melati terpana dengan kata-kata yang baru saja Alex ucapkan. Baru kali ini ia mendengar Alex memanggil namanya dengan sebutan Melati dan ia menambahkan Jasmine dibelakangnya.

Entah Alex sadar atau tidak saat ia menyebut nama Melati seperti itu, Melati tidak peduli. Ia sangat bahagia dan tersenyum sendiri seperti orang bodoh.
"Jangan bengong seperti itu." Alex menyadarkan Melati dari senyum bodohnya. "sebaiknya kita makan sekarang sebelum aku yang beralih untuk memakanmu." lanjut Alex,yang langsung dihadiai cubit gemas ditangannya oleh Melati. Meskipun begitu, semua itu tidak menghentikan rona merah yang mulai menyebar di pipi Melati.

Mereka pun duduk di atas tikar itu dan Melati langsung mengeluarkan makanan yang sudah disiapkan lalu mengambilnya untuk Alex. Setelah itu ia mengambil untuk dirinya sendiri. Mereka kemudian mulai menikmati makanan itu sambil sesekali berbincang dan tertawa lepas. Selesai makan, Melati membereskan semua peralatan bekas makan lalu mereka duduk santai sambil berpelukan, menatap ke air mancur. Mereka duduk dalam posisi seperti itu sekitar satu jam lamanya, diam tanpa berbicara apapun dan hanya membiarkan diri mereka menikmati kebersamaan tersebut.

Sorenya Alex mengajak melati jalan-jalan di sekitar Villa tersebut. Jalan-jalan dalam arti yang sebenarnya. Jalan bergandengan tangan menyusuri Jalan Raya sambil bercerita.
"Alex..." panggil Melati.
"Iya ada apa?!" jawab Alex.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu." tanya Melati sedikit ragu. "Boleh. Tanya saja apa yang ingin kamu tanyakan." Jawaban Alex menghilangkan keraguan Melati. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Kau berubah. Maksudku,  kau berubah setelah Lima hari belakangan ini kau marah dan mengabaikanku karena aku membaca buku harian ibumu. Aku tidak akan membahas tentang buku harian ibumu itu. Tapi yang aku tanyakan adalah, setelah hari itu, kau marah padaku dan mengabaikanku. Tapi kenapa kau berubah menjadi baik padaku, setelah kemarahan itu?!" tanya Melati penuh kehati- hatian. Melati merasakan genggaman tangan Alex sedikit mengerat.

Pria itu menghela nafasnya dan tanpa menoleh Ia pun mulai berbicara pada Melati.
"Tapi aku ingin membicarakan hal itu." jawab Alex jujur.
"Alex... Aku tidak memaksamu jika itu membuatmu sedih."
Alex menggelengkan kepalanya.
"Kau benar, itu memang membuatku sedih. Tapi, Aku ingin mengatakannya padamu karena itu juga berkaitan dengan kenapa aku berubah."
"Baiklah. Jika kau memang ingin menceritakan masalalumu padaku. kau bisa melakukanya." ujar Melati pada Alex.

"Jika kau bertanya, semua yang kau baca dalam buku harian Ibuku itu adalah kebenaran, maka itu benar. Itulah kehidupanku, saat aku masih kecil dulu." ucap Alex serak. Ada nada sedih dalam nada suara Pria itu. Mendengar itu, Melati meremas pelan tangan Alex, untuk memberikan kekuatan pada pria itu. Alex tersenyum Getir. tanpa menatap Melati, ia kembali melanjutkan ceritanya.

"Aku tidak perlu mengatakan secara rinci tentang masa kecilku. Tapi saat melihat kau membaca buku harian ibuku, Aku merasa marah dan aku harus menahan diriku untuk tidak melampiaskan kemarahan itu padamu, karena aku takut aku bisa membunuhmu." Melati kembali mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Alex, karena Ia tahu, apa yang Alex katakan itu memang benar.

"Setelah memarahimu, aku masuk ke ruang kerjaku. Dan ya... Kau tau sendiri kan, aku berakhir dengan melukai diriku sendiri dengan punggung tangan ini. Saat itu aku merasa terpuruk. Tapi, tiba-tiba kau masuk ke ruang kerjaku dan memarahiku karena aku memukul meja kaca itu. Dan untuk pertama kalinya aku merasa dipedulikan oleh seseorang selain dari bibi Elina. Tapi saat itu aku belum mempercayaimu karena kau sebelumnya sangat membenciku. Kau begitu ngotot ingin mengobati lukaku dan memperhatikanku. Padahal aku sudah memberikanmu kebebasan untuk pergi dariku. Tapi kau tidak memilih kebebasan itu." Alex menarik napas pelan lalu ia melanjutkan ceritanya.

"Awalnya aku berpikir jika aku menghinamu, mengabaikanmu danenyakitimu, akan membuatmu menyerah dan pergi. Tapi yang aku lihat, kau terus saja berusaha untuk mendapatkan maaf dariku, padahal yang seharusnya minta maaf adalah aku. Aku sudah banyak sekali melakukan kesalahan padamu. Dalam 5 hari itu kau menungguku dengan menghabiskan bercangkir- cangkir kopi, minuman yang tidak terlalu Kau sukai agar tetap terjaga menungguku pulang. Aku selalu pulang dalam keadaan mabuk. Tapi yang sebenarnya adalah aku tidak mabuk. Sama sekali tidak. Aku memang hidup tapi itu tidak membuatku mabuk. Kau dengan telatennya, membawaku masuk ke kamar dan mengobati lukaku agar tidak infeksi. Pada akhirnya aku merasa cukup untuk terus mengabaikanmu karena aku sudah melihat ketulusan mu. Dan pada saat yang bersamaan, Samantha menelponku dan mengatakan akan mengirimkan tiket pertunjukan balet nya dan menyuruhku untuk membawamu juga. Aku mengambil kesempatan itu untuk menebus kesalahanku." ucap Alex sambil tersenyum hangat kearah Melati.

"Melati Jasmine... Aku tidak tahu entah Sejak kapan kau menjadi penting bagiku. Tapi satu hal yang harus kau tahu, sekarang kau menjadi penting bagiku. Kau adalah milikku dan tidak boleh berdekatan dengan pria lain lagi. Kau tahu, aku cemburu setiap kali melihat kedekatanmu dengan ketujuh pria menyebalkan yang kau sebut dengan Seven Squad itu. Terlebih lagi saat Louis sepupuku yang terang-terangan mengatakan kalau ia menyukaimu." Alex menutup ceritanya dengan menampilkan wajah kesal dengan sangat kentara.

Melati tidak mampu berkata apa-apa setelah mendengar pengakuan dari Alex. Yang mampu ia lakukan hanyalah terdiam. Ia terus menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya. Meliha itu, Alex pun berkata...
"Aku tidak akan memaksamu untuk menerima apa yang baru saja aku katakan padamu Melati. Tapi satu hal yang pasti, semua yang baru saja aku katakan itu adalah kebenaran." tutup Alex sambil mencuri sebuah ciuman singkat di bibir Melati.

"Dan mulai saat ini, aku tidak akan pernah menyentuhmu sampai kau benar-benar menerimaku." janji Alex. Ia kemudian mengambil tangan Melati dan mengaitkan kedua kelingking mereka.
"Pinky promise" ucapnya kemudian. "Aku tidak tahu harus berkata apa." kata Melati jujur.
"Kau tidak perlu berkata apapun. Biarkan aku yang akan membuatmu menerimaku pelan-pelan. Aku tidak akan terburu-buru tentang perasaanmu." Melati menggangguk

"Ayo kita kembali..." Ajak Alex karena hari semakin sore.
"Apa kau tidak mau kita bermalam di sini sebentar? Hanya malam ini saja. " "kau mau di sini."
"Iya. Disini suasananya damai dan indah. Itu pun jika kau mau. "
"Tentu saja aku mau."
"Benarkah?! Terima kasih Alex." ujar Melati senang. Tapi kemudian, "Bukankah kau ada pekerjaan?! Aku tidak mau  mengganggu  pekerjaanmu."

"Kau sama sekali tidak mengganggu pekerjaanku, karena aku sudah menyelesaikannya dan sisa beberapa hari ini, akan aku gunakan untuk berkencan denganmu."
"Berkencan?!" Melati menoleh tidak percaya.
"Tentu saja berkencan. Setelah seorang pria menyatakan perasaannya, Bukankah dia akan mengajak gadisnya untuk berkencan."
Kau hanya mengatakan kalau aku penting bagimu dan aku adalah milikmu Alex. Kau belum mengatakan kalau kau mencintaku. Ucap Melati dalam hati

Meskipun begitu, Melati tetap tersipu malu dan menundukan kepalanya,saat mendengar perkataan Alex. Alex mengangkat dagu Melati sehingga membuat wanita itu menatap tepat ke arah netra hijau Alex. Alex menunduk pelan lalu mengecup kedua pipi Melati yang memerah.
"kau seperti Snow White" ucap Alex pelan.
"Jangan menggombal Alex. Kulitku tidak seputih kulit Snow White." elak Melati.
"Tapi  pipimu  seperti pipi Snow White." ucap Alex.

"Sebanyak apa sih, kata-kata gombal yang kau miliki. Sebelumnya kau memanggilku dengan sebutan Sleeping Beauty dan sekarang kau memanggilku dengan sebutan Snow White. Setelah ini kamu akan memanggil ku dengan sebutan apa...?" "Princess Jasmine." potong Alex.
"Bukankah itu namamu? Kau tahu, aku merasa cemburu saat semua orang memiliki panggilan khusus untukmu. Simon dengan sebutan Jasmine arti lain dari nama mu. Lalu kemudian Nico mengikutinya. Setelah itu ke tujuh pria menyebalkan itu datang ke Mansion dan kau memanggil mereka dengan sebutan Seven Squad dan mereka memanggilmu dengan nama beautiful Jasmine."

"Dan sekarang kau memanggilku dengan sebutan Putri Jasmine?" "Tidak. Tidak. Aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan itu, karena aku akan memanggilmu dengan sebutan Melati Jasmine Aku ingin beda dari mereka."
"Itu sama saja Alex...."
"Tidak. Bagiku itu beda."
"Terserah kamu saja Alex. Karena aku tau, aku akan kalah jika berdebat denganmu." tutup Melati tidak mau berdebat lagi.

Melati dan Alex  terus berjalan  menaiki bukit.  Dari atas bukit, mereka melihat dengan jelas pemandangan kota London dibawanya. Sungai thames London Eye dan juga gedung-gedung pencakar langit lainnya. Melati takjub melihat semua itu. Apalagi saat ini dengan pemandangan Sunset yang sebentar lagi akan terjadi.

"Alex ini benar-benar indah. Aku tidak menyangka kau membawaku ke tempat seperti ini. Dan lihatlah, sebentar lagi Sunset akan dimulai."
"Kau suka melihat Sunset."
"Iya. Aku sangat suka saat melihat Sunset. Aku juga suka saat melihat Sunrise." jujur Melatih.
"Kalau begitu, Ayo! sebentar lagi Sunset akan dimulai. kau tidak mau ketinggalan kan...?" tanya Alex.
"Tentu saja tidak. Ayo!" balas Melati. Ia kembali menggenggam tangan Alex. Tapi Alex melepaskan genggaman tangannya.

"No, no, no. bukan kau yang harus menggenggam tanganku. Tapi aku yang harus menggenggam tanganmu." jelas Alex sembari menggenggam tangan Melati. "Ayo!" ucapnya kemudian. Mereka pun melangkah bersama menaiki bukit yang lebih tinggi. Tapi beberapa saat kemudian,mereka memutuskan untuk berlari bersama. Berlari bersama, menaiki bukit yang lebih tinggi. Beberapa saat kemudian Alex dan Melati sampai ke atas bukit yang cukup tinggi itu.

Napas mereka tersenggal-senggal akibat dari berlarian menaiki bukit. Setelah napas mereka kembali normal, mereka pun memutuskan untuk mencari tempat yang bagus untuk melihat  sunset. Melati dan Alex mengedarkan pandang ke sekeliling tempat itu dan Alex akhirnya menemukan spot yang bagus untuk duduk melihat sunset. "Melati aku sudah menemukan spot tempat yang bagus untuk duduk santai sambil melihat Sunset." ucap Alex memberitahukan kepada Melati. "Ayo ikut aku. " ajak Alex kemudian, tapi ajakan Alex langsung di tolak oleh Melati.

"Kenapa kau menolak ku?". Tanya Alex penasaran.
"Karena aku sudah punya spot yang lebih bagus Alex... Ayo ikutlah dengan ku." ucap Melati sembari menggandeng tangan Alex. Mereka kemudian berjalan mengikuti langkah kaki Melati yang membawa mereka menuju ke sebuah pohon yang sangat rindang. Alex marasa heran saat Melati membawanya ke tempat itu,karena ia tidak melihat ada batu yang bisa mereka duduk dibawa pohon itu. "Melati... Di sini tidak ada batu yang bisa kita duduki untuk melihat Sunset." ujar Alex pada Melati.

"siapa bilang kita akan duduk di Batu" "Maksudnya?"
"Kita tidak akan duduk di batu. Tapi kita akan duduk di atas pohon. Maksudku di atas dahan pohon itu." ucap Melati sambil menunjukkan cabang pohon yang cukup besar diatas kepala mereka.
"Lihatlah... bukan ini spot duduk yang paling bagus di atas pohon." lanjut Melati senang. Alex tidak percaya dengan pilihan.
"Melati... Apa tidak salah? Di atas pohon?! Yang benar saja?"
"Alex ini tidak salah. Ini bahkan lebih menyenangkan lebih dari apa pun. Kau tau, di atas pohon kita bisa duduk dengan kaki bergantung diatas dahan pohon itu. Dan itu adalah spot terbaik" jelas Melati panjang lebar.

"Ayo...!" ajak Melati sambil menggamit tangan Alex. Ia kemudian naik ke atas pohon. Ia dengan sangat mudah naik ke atas pohon, kemudian mengambil tempat yang cukup strategis di dahan yang menjorok ke arah tebing.
"Ini indah sekali." gumam Melati pelan. Melati lihat ke bawah dan mendapati Alex menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa kau bengong saja tuan Muda. Ayo naiklah dan kau bisa lihat apakah aku benar atau tidak tentang hal ini." Alex yang memang tidak terbiasa naik pohon cukup kesulitan berusaha untuk menaiki pohon itu. untunglah Melati dengan Sigap membantunya naik. Jadi, meskipun kesulitan Alex akhirnya sampai di atas pohon.

Melati menggeserkan badannya agar ia bisa memberikan tempat untuk Alex. Dan Alex pun duduk di atas pohon itu tepat disamping Melati.
"Lihatlah.... Bukankah dari sini terlihat mengagumkan." Melati meminta Alex untuk melihat pemandangan kota London dibawahnya. Alex menatap pemandangan di hadapannya. Harus dia akui, apa yang dikatakan oleh Melati memang benar.

Pemadangan dari atas pohon itu terlihat sangat indah. Apalagi dengan latar sunset yang pelan-pelan mulai terjadi.
"kau benar Melati Jasmine, ini adalah Spot terbaik untuk melihat pemandangan kota London dibawa sana dan juga Sunset. Dari sini semuanya terlihat sangat jelas dan indah. Tangan kanan Alex menggenggam tangan kanan Melati. Sedangkan tangan kirinya merangkul pundak Melati dan Melati langsung menyandarkan kepalanya di bahu Alex.

Mereka dalam posisi itu sambil menikmati pemandangan Sunset, hingga matahari benar-benar hilang dari pandangan dan menampilkan Langit Jingga yang begitu indah,  kemudian berganti malam bertabur bintang-bintang. Saat itulah, mereka pun memutuskan untuk kembali ke Villa.

Selesai mandi, Melati ke ruang tamu. Tapi tangannya malah ditarik oleh Alex dan membawanya ke halaman belakang Villa. Mereka berjalan menuju ke pohon yang tadi siang mereka duduk untuk berpiknik. Tapi kali ini Melati menemukan sesuatu yang berbeda di di bawah pohon itu. Dibawa pohon tersebut, sudah tersedia sebuah meja dengan 2 buah kursi. Di atas meja sudah tersaji makanan yang sangat lezat menurut Melati.

Bukan cuma itu saja, disitu juga ada lilin yang menyalah. Dan sebuket bunga Melati. Alex menggambil buket bunga tersebut dan  memberikannya kepada Melati. Melati menerima buket bunga tersebut dan menghirup wanginya. "Ini wangi sekali." lalu, "Dari mana kau tau, kalau aku menyukai bunga Melati."
"Aku tidak tau, kalau kau menyukai bunga Melati? Aku memberikan bunga itu karena namamu sama seperti nama bunga itu. Melati."
"Namaku memang Melati. Tapi aku menyukai Melati bukan karena nama kami sama. Tapi karena aku memang menyukai bunga ini."

Alex menarik sebuah kursi  dan mempersilakan Melati untuk duduk di atasnya. Kemudian Alex menarik kursi untuk dirinya sendiri lalu, Ia pun duduk. Melati hendak melayani Alex. Tapi pria itu langsung menahan tangannya.
"Tidak Melati Jasmine... Kali ini akulah yang melayanimu. Setelah tadi siang aku menyatakan perasaan ku dan memintamu untuk menerimaku perlahan jadi sekarang ini adalah kencan pertama kita. Dan disetiap kencan pertama, seorang pria akan selalu memanjakan wanitanya, dan membuat kencan pertama mereka berkesan. Begitu juga aku. Aku ingin malam ini menjadi kencan pertama kita yang berkesan dan tidak akan pernah dilupakan sampai kapanpun."

Setelah mengatakan hal tersebut, Alex melakukan apa yang ia katakan. Ia benar-benar melayani Melati, bak seorang Ratu. Ada alunan musik Biola yang lembut menemani mereka selama mereka makan. Selasai makan, Alex mengajak Melati jalan-jalan dan duduk di bangku taman.
"Apa kita akan menghitung bintang."
"Tidak! Lebih dari itu. Yang kamu lakukan hanyalah lihatlah ke langit dan tetaplah seperti itu. Beberapa saat lagi, kau akan lihat apa yang aku maksud." jelas Alex pada Melati.

Melati pun mengangkat kepalanya dan menatap langit. Beberapa saat kemudian sebuah kembang api melayang ke udara dan meletus, memperlihatkan warna warni yang indah di langit malam.

Melati sangat senang dengan kejutan yang diberikan oleh Alex padanya. Kembang api. Dia sangat menyukai kembang api. Melati kemudian menoleh ke arah Alex yang saat ini juga sedang menatap ke arahnya
"Alex... Ini benar-benar indah dan aku sangat bahagia."
"Aku senang kau menyukainya sebelumnya, aku sedikit merasa cemas. Aku takut kau tidak menyukai dengan apa yang aku berikan padamu malam ini."

"Psst Jangan pernah berkata seperti itu. Kau melakukannya dengan sangat baik dan aku menyukai hal ini. Aku menyukai kembang api sejak aku masih kecil. Dulu setiap ulang tahunku, Ayahku selalu menyalakan kembang api dan aku serta ibuku saling berpelukan sambil menatap langit melihat kembang api itu berpendar di atas langit."

" Apakah yang dulu sering dilakukan oleh keluargamu, sama seperti yang kita lakukan sekarang ini?! Duduk bersama sambil berpelukan seperti ini?!" ucap Alex menyadarkan Melati, kalau apa yang dikatakan oleh Alex memang benar. Saat ini dia sedang duduk dan di samping Alex. Duduk sambil berpelukan. Melati langsung tersenyum hangat kearah Alex.
"Melihat senyummu seperti ini, aku rasa yang aku katakan itu benar.." ucap Alex sambil terus menatap wajah Melati. Melati langsung menunduk Karena sekarang ini ia menyadari kalau pipinya mulai memerah lagi.

"Jangan mencoba untuk menggoda ku lagi Tuan iblis. Jika kau mencoba melakukannya lagi, aku akan meninggalkanmu di sini dan kembali ke kamarku."
"Tidak boleh. Kau tetap di sini dan aku tidak akan menggoda mu lagi." janji Alex. Melati dan Alex tidak berbicara lagi mereka setelah itu. Mereka memilih untuk diam dan saling berpelukan. Menikmati langit malam yang dipenuhi kembang api dan juga bintang-bintang yang berada jauh di atas langit.

Paginya, Melati lagi lagi bangun kesiangan. Mencuci muka lalu kumur-kumur sebentar. Tapi wangi masakan yang tercium di hidungnya, membuat perutnya langsung merasa lapar mint di isi. Melati keluar dari kamarnya. Ia mendapati Alex sedang berada di dapur dengan apron di tubuhnya dan spatula di tangannya. Pria itu sepertinya sedang memasak di dapur itu. Melati punmenghampiri Alex.

"Selamat pagi Melati Jasmine...?" sapa Alex tanpa menoleh kebelakang. Melati bingung, dari mana Alex tau ia sedang berjalan ke arahnya.
"Pasti kau sedang bertanya-tanya kenapa aku tahu kau sedang berjalan ke arahku. Jawabannya adalah kaca itu." Alex menunjukkan ke arah kaca lemari piring yang ada di dinding dapur.

"Aku pikir, kau memiliki indra keenam."
"Aku tidak seperti Queen."
"Iya... Aku tahu." jawab Melati Singkat.
"Duduklah... Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." mengikuti perkataan Alex, Melati duduk dikursi Meja dapur tersebut.
"Kau bisa masak?"
"Tentu saja. Saat aku berada di London dan saat berada di Amerika aku tidak tinggal sendiri di Apertemen. Karena itu aku belajar memasak karena aku tidak terlalu menyukai masakan cepat saji ataupun masakan restoran. Aku lebih suka masakan rumahan Karena itulah aku memperkerjakan banyak koki dan chef di setiap Mansion ku karena saat aku berkunjung aku bisa makan makanan rumahan."
"Kau tidak mempekerjakan seseorang koki di Villa ini?"

"Tidak. Karena aku jarang datang kesini. Tapi amempekerjakan seseorang yang seminggu sekali datang membersihkan Villa ini. Aku memilinya, karena selain membersihkan villa ini, Masakannya juga enak."
"Lalu dia sekarang ada di mana? Kenapa dia tidak datang ke sini?!"
"Sebenarnya hari ini jadwalnya untuk membersihkan Villa ini. Tapi Aku sengaja meliburkan dia hari ini aku meminta dia untuk datang besok saja karena hari ini aku ingin memasak untukmu."

"Jadi ceritanya kau ingin pamer padaku, kalau kau juga bisa masak? Begitu?"
"Hei... aku tidak pamer. Aku hanya ingin memanjakanmu. Itu saja. Bukankah itu yang selalu dilakukan oleh pasangan." Melati tersenyum hangat pada Alex.
"Jangan menggombal pagi-pagi Alex."
"Aku sedang tidak menggombal. Aku mengatakan hal yang sebenarnya."
"Yah... Terserah padamu lah. Jadi apakah kita bisa sarapan sekarang?
"Wait a minute... Alex mengambil piring dan menyajikan makanan yang yang baru ia masak itu ke atas piring tersebut, Lalu meletakkannya di atas meja tepat di depan Melati.  Dan satu lagi di depannya sendiri. Mereka pun mulai sarapan bersama.

Selesai sarapan, Melati memucuci piring dan menyuruh Alex untuk mandi.
"Karena kau sudah memasak aku yang akan mencuci piring bekas makan kita."
"Biar aku saja." ucap Alex.
"Kau sudah memasak kali ini. Karena itu, giliran aku untuk mencuci piring. Jadi, sebaiknya kau mandi saja. Setelah selesai mencuci piring, aku akan mandi."
"Dan kita akan kembali ke kota." sambung Alex. "Dan ya... Ada satu lagi. Pakailah pakaian santai karena kita tidak akan langsung kembali ke Mansion. Aku akan mengajakmu jalan-jalan keliling London. Kau bisa memakai baju lama Queen yang ada di kamarmu itu."

"Yang ada di kamar Itu, bajunya Queen?" tanya Melati tidak percaya.
"Iya... Karena kamar yang kau tempati itu adalah kamar yang dulu biasa ditempati oleh Queen kalau ia datang ke sini."
"Memangnya Queen sering datang ke sini?"
"Iya... 5 dari 7 Seven Squad mu itu, sering datang ke sini untuk menghabiskan liburan atau akhir pekan saat masih kuliah di London dulu."
"Mereka yang kau maksud itu, siapa saja?" selidik Melati

"Louis, Gabe, Erick, Ethan dan Dominic. Yang terakhir adalah Queen. Mereka menjadi sahabat saat mereka masuk Oxford University. Mereka itu kumpulan dari orang-orang pintar. Mereka mendapatkan gelar S2 mereka di umur yang masih terbilang muda yaitu 20 tahun."
"Wow...!!!" ucap Melati terpanah. Ia tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar fakta baru dari ke-6 orang tersebut.

"Mereka Pasti sangat pintar karena bisa meraih gelar seperti itu di usia yang masih muda. Oh ya, aku ingin bertanya kenapa saat berpamitan Kak Lou mengatakan, sampai bertemu enam bulan lagi. Mereka sering ke Mansion enam bulan sekali ya?"
"Kau benar."
"kenapa mereka melakukan itu?"
"Entahlah.. . Aku juga tidak tahu. sampai sekarang pun, aku tidak tahu Apa alasan mereka melakukan hal tersebut. Tapi satu hal yang pasti, mereka melakukan itu sejak mereka masih kuliah di London."

Tanpa terasa, Melati sudah menyelesaikan cuci piring. Saat itulah, iya baru sadar kalau sejak tadi Ia terus mengajak Alex berbicara sehingga pria tidak pernah beranjak dari tempat duduknya.
"Lihatlah... karena kau terus saja mengajakku berbicara, dari tadi aku hanya duduk dan tidak pernah beranjak dari disini. Apa kau melakukan agar kita mandi bersama?" Alex menggoda Melati. "Dalam mimpimu karena aku tidak akan pernah melakukannya. Pergi sana. Aku juga harus mandi." ucap Melati Seraya meninggalkan Alex yang duduk sendiri di dapur.

Selesai mandi Melati mencari baju yang cocok ia pakai untuk jalan-jalan bersama Alex. Sekitar 30 menit sudah berlalu, dan Melati sudah mengeluarkan hampir semua pakaian dari lemari dan menggelarnya di atas ranjang karena ia belum menemukan yang cocok untuk dipakai. Lalu matanya tertuju pada sebuah kaos berwarna putih dan sebuah rok berwarna putih dengan gadrasi pink pudar.

Melati lalu memakai pakaian itu. Setelah itu ia beralih ke meja rias dan mulai memakai make up. Selesai make up, Melati pun mematutkan dirinya di depan cermin dan melihat penampilannya. Melati merasa cukup karena itu ia kemudian ia keluar dari kamar itu. Tapi saat ia hendak keluar, matanya menangkap sesuatu di pojok meja rias. Di sana ada sebuah gelang berwarna putih. Melati mengambil gelang tersebut dan memakainya.


Melati mendapati Alex sudah menunggunya di depan pintu, saat ia membuka pintu kamar. Melati sedikit terkejut.
"Astaga Tuan pemaksa... Apa yang kau lakukan disini?"
"Tentu saja menunggumu, Apalagi coba?"
"Kau bisa menungguku di ruang tamu, bukannya berdiri di depan pintu kamar. Kau membuatku kaget." "Maaf jika aku membuatmu kaget. Tapi aku sudah menunggumu selama di ruang tengah dan kau tidak muncul juga. Karena itu aku naik ke sini untuk melihat mu, Apa kau sudah siap atau belum. Apa kau ketiduran di bathtube atau tidak, karena tidak biasanya kau menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk mandi dan berganti pakaian." jelas Alex panjang lebar.

Saat itu juga Melati merutuk dirinya sendiri dengan apa yang dikatakan oleh Alex. Karena yang terjadi sebenarnya adalah Ia  membutuhkan waktu yang cukup banyak hanya untuk mencoba baju yang cocok untuk berkencan. Sampai akhirnya Ia memutuskan untuk memakai pakaian yang sekarang ia kenakan itu. Untunglah ia tidak berdandan seperti para wanita lain. Jika tidak, maka ia tidak tahu Berapa waktu lagi yang harus dihabiskan untuk mempercantik dirinya.
"Maafkan aku... Memang benar, aku tadi memang hampir ketiduran di kamar mandi." bohong Melati.

Lihatlah melati untuk menutupi Kebodohan mu itu, kau malah berbohong. Sekarang apa yang kau dapatkan dengan kebohongan itu. Batin Melati kesal.

Mengabaikan kata Suara Hatinya, Melati tersenyum kearah Alex dengan menampilkan senyum menawannya."Sekarang aku sudah siap. Ayo, kita pergi." ajak Melati.
"Baiklah ayo!" Alex menggandeng tangan Melati dan menakutkan jari-jari mereka. Mereka melangkah bersama, menuruni tangga lalu keluar dari Villa tersebut. Di depan Villa Melati melihat sebuah mobil sport berwarna putih yang sangat mewah.

Melati tidak mau mengira-ngira, berapa harga dari mobil tersebut. Karena dari tampilannya saja, Melati tahu kalau harga mobil itu sangat fantastis dan dia tidak mau mendadak terkena serangan jantung saat mendengar nominal harga yang sebenarnya dari mobil tersebut. Satu hal yang sekarang ia takutkan adalah ia sangat takut untuk mengotori bagian dalam mobil tersebut.

Alex menekan kunci dan membuka mobil tersebut. Ia mengambil tangan Melati, membuka pintu penumpang mobil itu, lalu mempersilakan Melati masuk. Saat Melati menempatkan bokongnya ke atas jok mobil, ia merasakan kalau jok mobil yang Iya duduki sekarang itu begitu lembut seperti kapas. Melati ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian ia takut terlihat bodoh didepan Alex. Oleh karena itu, ia pun mengurungkan niatnya.
"Apa kau sudah siap untuk kecan hari ini Melati Jasmine..." tanya Alex pada Melati sambil tersenyum hangat, saat pria itu sudah duduk dengan anggunya dibalik kemudian. Ia benar-benar terlihat sangat tampan dan Melati mengakuinya.

"Ya... Aku sudah siap untuk berkencan Hari ini. Aku harap kau membuatku terkesan dengan kencan kedua kita." jawab Melati mantap.
"Tentu saja... Aku akan melakukan apa saja untuk mewujudkannya.Kencan pertama kita semalam begitu sempurna dan aku ingin kencan kedua kita hari ini juga sempurna." tutur Alex dan mulai menjalankan mobilnya. Perlahan-lahan Mobil itu bergerak menjauh dari Villa. Pemandangan yang awalnya hanyalah hutan, perkebunan anggur, perkebunan bunga dan yang lainnya, kini berubah menjadi pemandangan perkotaan yang sangat kompleks, dengan pejalan kaki yang berlalu Lalang. Para pengamen yang sedang bernyanyi dan memamerkan suara merdu mereka. Pemandangan restoran yang mulai terlihat Sibuk karena Beberapa pelanggan mulai memasuki restoran-restoran tersebut
Dan juga pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang selalu ada di setiap bagian kota.

"Sekarang Tuan Muda, saat ini aku ingin bertanya padamu tempat Apa yang ingin kau jadikan sebagai tempat pertama untuk kencan kita hari ini"
"Aku ingin sekali memberitahumu Melati Jasmine. Tapi, aku tidak ingin merusak kejutannya. Biarlah ini tetap menjadi kejutan, karena aku ingin melihatmu menampilkan wajah terkejutmu itu, saat kita sampai di tempat itu."
"Kau tahu, itu terlihat sangat menarik. Apa kau ingin menggodaku?"
"Aku tidak sedang menggoda mu. Tapi, mengingat kau mengatakan hal itu, aku rasa menggodamu sedikit, mungkin bisa aku lakukan. Mengingat, semalam kau mengancamku untuk meninggalkanku jika aku menggodamu."
"Bagaimana kalau aku juga akan melakukannya sekarang jika kau benar-benar ingin menggodaku."
"Aku rasa, kau tidak akan melakukan hal itu karena kau ingin sekali berkeliling kota ini."

Sial...!!! Umpat Melati dalam hati.

"Bagaimana mungkin kau tahu apa yang ada di pikiranku. Apa kau bisa membaca pikiran orang."
"Tidak. Bukankah aku pernah bilang seperti itu padamu."
"Ya. Ya. Ya... Kau benar. Sudahlah... Lupakan saja. Aku tidak akan bertanya lagi padamu tentang tujuan kita, karena seperti yang kau katakan, kau ingin aku menampilkan ekspresi keterkejutan ku, maka aku akan melakukannya. Apa kau sekarang sudah merasa puas?"
"Tentu saja tidak ada hal yang lebih menarik daripada melihatmu seperti itu." Alex tersenyum penuh kemenangan.

Tapi sepertinya mereka tidak bisa melakukan keinginan mereka, karena beberapa saat kemudian mereka melihat sebuah Kecelakaan terjadi tepat di depan mereka. Sebuah mobil dengan kecepatan sedang melintasi dari arah berlawanan. Mobil itu melaju normal dan berada pada jalurnya yang sebenarnya. Yang salah adalah, dari arah berlawanan ada sebuah truk besar melintasi jalan tersebut yang merupakan jalur satu arah. Truk itu sepertinya sedang menghindari pengejaran polisi. Karena, tepat dibelakangnya, Melati melihat ada beberapa mobil polisi yang tengah mengejarnya. Naasnya truk itu menalami rem blong, sehingga membuat mobil tersebut menabrak mobil yang ada di depannya.

Melati menutup mata saat kecelakaan itu terjadi. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan. Ingatannya kembali ke masa kecilnya. Tepatnya, saat kecelakaan yang menimpa kedua orangtuanya. Kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Kecelakaan itu terjadi seperti sekarang ini. Terjadi tepat didepannya.
"Alex... Hentikan mobilnya."pinta Melati. Alex yang dari tadi melihat kecelakaan itu, tidak menyadari apa yang terjadi pada Melati. Ia langsung menoleh kearahnya dan melihat Melati menangis. Alex langsung menghentikan mobilnya.
"Melati Jasmine... Are you oke?! " tanya Alex panik saat melihat Melati menangis.
"I'am oke, Alex. Tapi bisakah kau membuka pintu mobilnya?"
"What...?! No Melati. Kau tidak lihat. Barusan ada kecelakaan."
"Aku tau Alex. Please... " pinta Melati memelas.

Ia ingin keluar dari mobil. Karena saat itu, ia melihat sopir dan penumpang mobil tersebut, terjebak di dalam mobil itu. Melati ingin menolong orang-orang itu, karena ia tidak mau orang-orang itu, mengalami nasib yang sama seperti kedua orangtuanya. Saat Alex membuka pintu, Melati tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia langsung berlari keluar dari mobil dan berlari ke arah mobil yang kecelakaan tersebut. Beberapa kali ia mendengar klakson dari mobil yang lewat.

Dibelakangnya, Alex ikut berlari mengejar Melati. Melati akhirnya sampai di mobil yang sedang Terbalik itu. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil batu lalu berlari ke arah pintu mobil. Dengan segala kekuatannya, Melati memecahkan pintu mobil, lalu berusaha membuka pintu mobil tersebut. Setelah itu, ia berusaha untuk menarik orang yang ada di dalam mobil tersebut. Bagian belakang mobil tersebut sudah mulai terbakar semua orang berteriak menyuruh dia untuk menjauh, tapi Melati tidak peduli. Yang hanya ada dalam pikirannya sekarang adalah ia harus menyelamatkan siapapun orang yang ada di dalamnya. Orang yang ada di dalam mobil tersebut sedang pingsan karena itu Melati sedikit kesusahan untuk menariknya keluar. Setelah berada di luar, Ia berlari ke arah pintu penumpang samping kanan tapi Iya langsung dihentikan oleh Alex.
"Melati Jangan lakukan ini. Ini sangat berbahaya."
"Tidak bisa Alex. Aku mohon lepaskan aku. Aku harus menyelamatkannya..!" pinta Melati tegas. Entah Ia mendapat kekuatan dari mana, Melati sendiri juga tidak tahu. Yang ia tahu sekarang adalah ia berhasil melepaskan diri dari tangan Alex dan kemudian berlari kencang memutari mobil dan berakhir di pintu samping kanan mobil tersebut. Api semakin membesar. seperti yang dilakukan pada pintu sebelumnya Ia pun memukul pintu kaca itu hingga pecah dan membuka pintu itu. Ia melakukannya dengan cepat. Dan ia baru sadar kalau yang ada di dalam mobil itu ada seorang anak kecil Melati langsung menarik luar anak kecil tersebut dan berlari menjauh. Tepat saat itu juga, mobil itu langsung meledak. Membungkus tubuh anak kecil tersebut dengan tubuhnya sendiri. Melati pun menangis saat mengetahui fakta, bahwa ia berhasil menyelamatkan dua nyawa yang ada dalam mobil tersebut.

TBC....

Jangan Lupa Vote And Coment Ya...

See U The Next...

Thank's For Reading....

02 April 2018....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro