Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

// MTDP // Bab. 15. Setelah Lima Hari.

10 Maret 2018....

~Kembali pada kenyataan.
Dan Aku kembali tersakiti.~

Melati...

Sorry For Typo....
Happy Reading....

Selesai makan malam, Melati dan Seven Squad, panggilan yang disematkan Melati Untuk ke 7 Pria itu, saat di meja makan tadi. Dan Untungnya semua Pria itu setuju. Jadi mereka semua resmi dipanggil dengan sebutan Seven Squad. Dan sekarang, Melati dan Seven Squad, berjalan ke arah belakang Mansion. Sebenarnya tadi sore, Melati memutuskan untuk memasak dulu sebelum bersiap siap. Bukan cuma itu saja. Ia juga menyiapkan kayu untuk dijadikan sebagai kayu api unggun. Dan Untunglah kayu untuk api unggun sudah ada. Jadi ia tidak susah mencarinya. Melati juga meminta bantuan pada Savina dan Savira serta beberapa pelayan yang cukup ia kenal agar mereka bisa membantunya mendekorasi tempatnya. Kayu untuk api unggun di susun dengan bentuk Gunung. Alhasil  tempat di mana mereka melakukan api unggun terlihat sangat indah. saat semua memasuki area api unggun mereka semua terpanah dengan dekorasi yang ada.

"Siapa  yang  mendekorasi  tempat  ini....?"
"Savina,Savira dan para pelayan A yang mendekorasinya.Tapi mereka medekorasinya sesuai intruksiku." jawab melati.
"Wow... Ini terlihat sangat indah. Dan untukmu Melati, astaga.... Sebenarnya, talenta apa saja yang kau miliki sehingga kau terus saja mengejutkan kami...?" tanya Gabe penuh selidik.
"Entahlah... Aku tidak tahu. Aku hanya melakukan apa yang aku suka. Tapi jika itu mengejutkan kalian, maka maafkan aku. Dan sekarang ayo duduk." Melati mempersilakan mereka semua duduk mengelilingi tumpukan kayu bakar yang disusun menyerupai bentuk gunung itu.
"Kita semua sudah ada disini. Lalu, apa yang harus kita lakukan di sini..?"
"Hei... Kalian baru saja duduk. Nikmati saja dulu suasana tempat ini. Setelah itu baru aku akan memberitahukan apa saja yang harus kita lakukan di sini. Oke...!" sergah Melati.
"Baiklah. Karena kau yang membuat acara ini, maka aku rasa, kau sudah memiliki ide untuk meramaikan acara ini." ujar Jonathan.
"Sebenarnya belum Kak Jo... Tapi kita lihat saja nanti, mungkin dengan berjalannya waktu, sebuah ide bisa muncul. Tapi pertama-tama aku sudah membuat dessert untuk kita semua. Maaf ya... Aku memang sengaja tidak memberikan dessert di meja makan tadi. Karena aku ingin kita menikmati dessert nya di sini sambil menyalakan api unggun." jelas Melati.

Semua orang pun setuju. Mereka duduk di tempat masing-masing mengelilingi api unggun yang belum  dinyalakan.
"Tunggu dulu. Apa kalian tidak merasa ada yang sedikit berbeda...? " ingat Gabe dengan senyum jahilnya.
"Ada yang berbeda gimana maksudnya...?" Louis balik bertanya. Ia menyipitkan matanya kearah Gabe. Gabe mengabaikan hal itu.
"Astaga... Kalian Semua ini, benar -benar ya... Sepertinya hanya aku saja yang menyadarinya." ucap Gabe Kesal. Ia menatap satu persatu Pria itu. Tapi dasar mereka yang tidak peka, mereka semua tidak menyadari ada yang berbeda. Gabe berdecak kesal.

"Ck... Aku pikir kalian menyadarinya.Tapi ternyata, cuma aku  saja yang menyadarinya."
"Memangnya apa maksudmu...? "
"Apa kalian tidak dengar tadi, Melati memanggil Jo dengan sebutan Kak Jo." "Astaga... Aku kira apaan. Memangnya salah kalau Aku manggil kalian dengan sebutan Kakak. Kalian kan  lebih tua dari ku. "
"Sebenarnya tidak salah Melati. Hanya saja sedikit aneh, mengingat pertemuan pertama kita seperti apa. " jelas Gabe.
"Aku tau. Tapi setelah itu, hubungan kita berjalan kearah yang baik. Dan kalian semua sangat baik pada ku. Jadi, aku hanya ingin membuat kalian nyaman bersama ku. Memanggil kalian dengan sebutan Kakak, adalah langkah awal ku. " jelas Melati panjang lebar. Ia menarik napas perlahan kemudian..
"Jadi jangan mempermasalahkan ini lagi Gabe karena mulai hari ini aku akan memanggil kalian dengan sebutan kakak" tegas Melati.

Gabe hendak membuka mulutnya untuk merespon, namun ia kembali menutup mulutnya saat ia melihat Melati menatap tajam.
"Astaga Melati... Kau terlihat keren sekali. " pekik Nickholas dan langsung dihadiai tatapan tajam dari Gabe.
"Hey... Apa yang kalian lakukan. Kita berkumpul di sini untuk bersenang senang bukan untuk perang Dunia ke 3. Oke. Jadi hentikan sekarang juga perang tatap tatapan kalian." tegas Jonathan .
" Sekarang kita nyalakan api unggunnya ya. "seru Melati senang. Ia pun menyalahkan api unggunnya.

Melati melangkah kembali ke tempatnya. Dan sesuai dengan janjinya ia mengambil Gitar milik Simon yang memang sudah ia letakan di tempat duduknya tadi. Setelah itu, Ia pun melangkah ke sebuah kursi yang sengaja di letakan di bagian ujung lingkaran itu. Melati meminta mereka semua untuk merequest sebuah lagu, agar Ia bisa menyanyikan lagu itu untuk mereka semua. Gabe yang pertama kali merequest lagu. Dan ia meminta lagu One Call Away milik charlie Puth. Melati pun menyanyi lagu itu diiringin petikan senar gitar yang dia petik sendiri. Lagu ke dua diminta oleh Louis. Dan ia meminta lagu, Don't You Remember milik Adele. Saat Louis mengungkapkan pilihannya itu, ke 6 pria yang lain dan juga Queen memprotes kesal kearahnya.
Melati tidak menghiraukan Protesan itu. Ia menyanyikan lagu yang diminta oleh Louis.

Setelah lagu berakhir Queen langsung mengajukan diri untuk meminta lagu dan ia pun meminta lagu Better when I'm dancing bilik Meghan Trainor. semua orang pun melupakan kekesalan yang mereka rasakan pada Louis tadi. Melati kembali menyanyi. Dan Ia terus menyanyi lagu yang dipilih oleh semua orang yang hadir di situ. Setelah Queen kini giliran Ethan yang meminta lagu. Dan Maps milik Maroon Five menjadi pilihannya. Giliran selanjutnya adalah Jonathan. Dan ia memilih hymn for the weekend milik Coldplay. Erick memilih lagu Brave milik Sarah Braille. Nicholas memilih lagu Can't Stop The Feeling milik Justin Timberlake dan Terakhir Dominic memilih lagu scared to Be Lonely milik dua Lipa. Dan Melati sendiri, ia memilih menyanyikan lagu Sleeping Child dari MLTR. Lagu yang biasa dinyanyikan ayahnya, saat ia masih kecil. Lagu itu selalu dinyanyikan sebelum ia tidur. Melati sangat menyukai lagu itu. Dan ia menyanyikannya dengan penuh perasaan. Acara nyanyi menyanyi selesai dan mereka semua terhibur.

Meskipun begitu, mereka semua belum ingin beranjak dari tempat itu. Karena itu mereka pun melakukan permainan Truth or Dare. Permainan itu membuat suasana menjadi ramai. Apalagi mereka yang mendapatkan gilirannya untuk sebuah tantangan atau pun sebuah kebenaran. Tantangan yang diberikan selalu saja mengenai hal hal konyol yang mereka harus lakukan. Dan Untunglah saat giliran Melati, dia ditantang Gabe untuk mengajak Louis berdansa jadi ia melakukannya dengan sangat baik. Melati bangun dari duduknya. Ia lalu berjalan ke arah Louis. Melati menghela napas perlahan lalu,
"Mr. Louis Rocardo Wiliams, mau kah anda berdansa dengan ku. " ucap Melati dengan sangat sopan.
" Tentu saja M'Lady. " balas Louis tak kalah sopan.

Mereka pun berjalan ke area yang memang sudah disiapkan. Sampai di area itu, Melati dan Louis mulai mengatur posisi dansa. Louis meletakan kedua tangannya di atas pinggang Melati, sedangkan Melati, mengalungkan kedua tangannya dileher Louis. pun  mulai berdansa diiringi lagu My Heart Will Go On. Selama mereka berdansa, tidak ada yang bersuara sama sekali. Mereka menikmati dansa yang di suguhkan oleh Melati dan Louis. Mereka menghentikan dansa mereka. Semua orang langsung bertepuk tangan mengiringi langkah Melati dan Louis, kembali ke tempat duduk mereka masing masing.
"Apa kalian tau, kalian terlihat sangat serasi saat berdansa tadi. " ujar Gabe. Ia melihat ada yang lain dari cara Louis memandang Melati. Pipi Melati merona mendengar perkataan Gabe. Dan itu tidak luput dari penglihatan Gabe.
" Kak Gabe... Kau membuat ku malu saja..." serga Melati yang masih dengan wajah meronanya.

Sisa malam itu mereka habiskan dengan melanjutkan permainan Truth or Dare. puku Sebelas malam permainan itu mereka hentikan karena, mereka semua sudah mengantuk. Melati langsung berjalan kembali ke Mansion dan masuk ke kamarnya. Sampai di dalam kamar, Melati langsung masuk ke dalam kamar mandi membersihkan diri sebentar sebelum tidur. Setelah membersihkan diri, Melati keluar dari kamar mandi dan masuk kedalam Walk in closet. Melati menganti bajunya dengan piyama tipis yang membungkus tubuhnya dengan nyaman. Piyama itu tidak memiliki kancing. Ia memiliki tali yang berfungsi untuk mengikat Piyama itu, agar tidak terlepas dari tubuhnya.

"Waktu 5 hari ini sudah selesai. Dan hari ini adalah, hari bebas mu." kata-kata itu langsung menyambut Melati saat dia keluar dari Walk in closet. Melati bersiap untuk tidur. Tapi, semuanya tertunda saat Ia keluar dari Walk in closet dan menemukan Alex berdiri 2 langkah dari pintu Walk in closet. Pria itu sedang melipat tangan di dada dan menatap kearah Melati. Melati cukup risih dengan tatapan tajam yang ditunjukkan Alex padanya, karena ia sangat mengenal arti dari tatapan itu. Melati  mengabaikan Alex. Wajah Simon yang terluka parah, masih jelas di ingatan Melati. Dan hal itu membuat Melati sangat Marah. Ia berjalan ke arah ranjang dan bersiap-siap untuk tidur. Alex yang melihat hal itu merasa sangat kesal.

Hari ini cukup melelahkan. Pagi hari melihat pemandangan sangat menyebalkan, yang dilakukan oleh Melati bersama Simon dan Nico. Setelah itu dilanjutkan dengan perjanjian konyol yang dilakukan Melati dan Gabe yang membuat ia harus bertengkar dengan Melati, dan berakhir dengan pemukulan yang dilakukannya pada Simon. Bukan cuma itu saja. Ia juga harus disuguhkan dengan pemandangan yang sangat menyebalkan. Saat ia pulang dari kantor tadi, ia melihat Melati berdansa dengan Louis.

Dia bukan orang bodoh yang tidak tau, apa arti tatapan yang ditunjukkan oleh Louis pada Melati tadi. Dan pemandangan itu membuatnya begitu kesal. Sekarang, gadis di hadapannya itu mengabaikannya. Dan Alex tidak bisa menerima itu. Ia pun menghampiri Melati yang bersiap-siap untuk tidur. Dan sekali sentakan ia pun menarik Melati ke arahnya. Wajah Melati langsung menubruk dada bidang itu. Melati hendak menjauh, tapi Alex mempertahankan wanita itu dalam pelukannya. Karena tidak bisa, Melati pun langsung mendongakan wajahnya dan menatap tepat ke dalam netra hijau milik Alex . Netra hijau yang membuatnya terpesona saat pertemuan pertama mereka. Melati kesal. Karena, lagi lagi ia terpesona pada mata itu. Saat menyadari itu, Melati langsung menundukkan kepalanya.

"Kau sudah mendapatkan hari bebasmu dan aku tidak akan pernah melepaskanmu." tegas Alex. Tangannya langsung beralih ke piyama milik Melati. Dan ia bersyukur karena malam ini Melati memakai piyama yang hanya ditutup dengan cara diikat saja. Dan itu sangat mempermudah Alex untuk membukanya. Meskipun, begitu Alex sedikit kesulitan karena Melati berusaha untuk memberontak. Dan seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, setiap kali ia menyentuh Melati, Melati selalu melawannya dan itu membuat Alex mulai marah. Ia pun memasuki melati dengan sangat kasar seperti malam-malam sebelumnya.

Meskipun Melati terus memberontak melawannya, ia sama sekali tidak bisa melawan nafsu binatang yang ada dalam diri Alex. Alex terus memasuki Melati dengan kasar dan melakukan itu hingga pagi menjelang.  Apa yang dilakukan oleh Alex padanya, membuat Melati hanya bisa menangis dalam diam. Ia tidak bisa menangis dihadapkan Alex. Karena ia tahu, hal itu akan membuat Alex merasa kalau dirinya berkuasa atas diri Melati.
Pagi ini. Seperti biasa, Melati mendapati dirinya bangun dalam keadaan naked dan dalam keadaan tubuh yang terasa begitu sakit. Apalagi daerah kewanitaannya. Daerah Kewanitaannya, terasa sangat sakit. Padahal, dia bukan seorang perawan lagi. Meskipun begitu, Melati tidak ingin terlihat lemah. Ia harus menunjukkan, kalau ia baik-baik saja. Apalagi di hadapan ketujuh pria yang baru saja menjadi sahabat. 

Dan mengingat hal itu membuat Melati kembali teringat dengan janjinya sendiri. Ia berjanji akan membuatkan sarapan untuk mereka semua. Entah ia mendapatkan kekuatan dari mana, Melati langsung bangun dari tempat tidurnya. mengabaikan rasa sakit yang mendera tubuhnya dan berlari kearah kamar mandi untuk mandi. Hanya butuh waktu 15 menit. Rekor baru kecepatan mandinya. Ia yang sudah bersiap, langsung keluar dari kamar yang di tempatinya. Di depan kamarnya, Savina dan Savira sudah menunggunya. Merekapun turun ke lantai bawah bersama-sama. Saat memasuki ruang Makan, Melati mendengar obrolan dari dalam ruang makan.

"sial aku sudah terlambat." gumam Melati pada dirinya sendiri. Melati  merapikan dirinya, yang sebenarnya tidak perlu dirapikan lagi, karena Ia sendiri sudah rapi. Melati memasang senyum di wajahnya lalu bergerak masuk ke dalam ruang makan.
"Selamat pagi semuanya..." sapa Melati dengan senyum menawan. Semua orang yang ada di dalam situ langsung menoleh ke arahnya tak terkecuali Alex.
"Pagi juga.... Melati." balas mereka bersama-sama. Sedangkan Alex hanya menatapnya sekilas dan kembali mengabaikannya. Melati kembali tersenyum.
"Kalian kompak sekali." ucap Melati.
"Tentu saja. " balas Ethan.
"Maaf karena aku belum bisa menepati janjiku."
"Janji..?!" Louis mengangkat sebelah alisnya.

"Astaga... Apa kalian semua sudah lupa. Ck... Bukankah kemarin aku sudah berjanji akan memasak untuk kalian semua selama kalian berada di sini...?"
"Oh itu, tidak apa-apa Melati. Kami ngerti kok. Kau bisa memasak untuk makan siang kami."
"Benarkah... Baiklah kalau begitu. Aku berjanji untuk makan siang nanti aku akan memasak untuk kalian semua."
"Apa semalam tidurmu nyenyak..?!" Gabe bertanya. Sebenarnya Melati ingin menjawab jujur. Tapi, ia merasa sedikit malu, padahal Ia tahu kalau semua orang yang ada di dalam ruangan ini sudah tahu tentang dirinya. Karena itu...

"Sebenarnya tidurku cukup baik. Tapi tiba-tiba, ada iblis yang masuk ke dalam kamarku, dan mengatakan lima hari mu sudah lewat." Melati menyindir Alex, yang dari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara Melati dan ketujuh orang yang ada di hadapannya itu.
"Lima hari sudah lewat..?! maksudnya apa..?!"
"Lupakan saja. Itu tidak terlalu penting. Dan untuk makan siang nanti kalian ingin aku masak apa untuk kalian..? " tanya Melati mengalihkan pembicaraan.
"Kami semua sudah sepakat. Dan kami ingin kau memasakan untuk kami, masakan Italy. Apa kau bisa..?" ucap Ethan
"Tentu saja aku bisa. Karena kalian sudah sepakat, maka untuk makan siang nanti aku akan memasak masakan Italia untuk kalian." tutup melati dengan tersenyum.

Ia menarik kursi untuk duduk dan bersiap untuk sarapan. Tapi kemudian ia ingat sesuatu.
"Bagaimana keadaan Ariana...?" tanya Melati pada Savina dan Savira.
"Dia sudah lebih baik dan dia sudah sarapan." Queen yang menjawab pertanyaan Melati.
" Terimakasih Kak Q. aku rasa kau juga ikut ambil bagian dalam hal ini." ujar Melati.
"Tentu." balas Queen singkat. Melati mulai mengambil makanan untuk sarapan. Satu hal yang pasti, ia benar-benar mengabaikan keberadaan Alex yang ada di situ. Mereka semua sarapan sambil berbincang bincang.

Melati menanggapi perbincangan mereka dengan serius. kadang di sela dengan tawa, jika Gabe membuat lelucon.
"Oh ya Melati.... Selesai sarapan nanti, kau mau ke mana." Louis bertanya.
"Aku tidak kemana-mana. Apa kalian lupa, aku kan tidak pernah keluar dari pintu gerbang. Kemarin keluar pun, hanya 2 kilo dari sini. Itu pun karena kalian. Tapi karena Kak Lou sudah bertanya, maka aku akan manjawab. Aku ingin mengunjungi kakak ku. Maksudku Kak Simon. Dari kemarin aku belum mengunjunginya. Sekarang aku merasa tidak enak. Karena terlalu senang bersama kalian kemarin, aku malah melupakan kakakku yang sedang sakit, akibat kena pukulan dari iblis gila." Melati menyindir Alex terang terangan.
"Tapi kalian jangan merasa tidak enak. Mungkin kalian berpikir karena kalian aku melupakan kakakku. Itu tidak benar sama sekali. Karena ini memang salahku sendiri. Jadi, aku rasa setelah ini, aku akan mengunjunginya. Dan aku sangat beharap, aku mendapatkan kabar baik hari ini." Melati tersenyum misterius.

Semua orang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Jangan tanyakan Kenapa. Karena, aku rasa Kalian juga tidak perlu mengetahuinya. Atau kalian ingin tahu."
"Ya... Kami ingin tahu." sahut Jonathan penasaran.
"Baiklah. Kakakku itu, dia menyukai seseorang. Dan kabar baik yang aku maksud adalah, Aku harap mereka sudah menjadi pasangan kekasih saat aku mengunjungi kakakku nanti."
"Oh begitu. Kalau begitu baguslah untuk kakakmu."
"Terima kasih." ucap melati dengan ekspresi genit dan semua orang yang melihatnya,menertawakan tingkahnya.
"Astaga Melati.... Kau terlihat sangat cantik dengan ekspresi seperti itu." celatuk Dominic. Melati hanya tersenyum. Tapi senyumnya kemudian  menghilangkan dan berubah menjadi kekesalan, saat mendengar Deheman Alex.

"Ehem..!!!" Alex berdehem.

Melati hanya memutarkan bola matanya Jengah, saat mendengar deheman itu. Ia sama sekali tidak menoleh ke arah Alex. Tapi yang lainnya menoleh dan mendapatkan pelototan tajam sebagai balasannya. Selesai makan, Seperti yang dikatakannya tadi. Melati keluar dari Mansion dan berjalan ke arah Pondok. Ia melihat Gwen baru keluar dari sana.
"Pagi Gwen." sapa Melati.
"Pagi juga Melati." balas Gwen.
"Maaf..."
"Maaf..? untuk apa...?"
"Kemarin aku tidak mengunjungi Simon."
"Jangan meminta maaf untuk itu. Aku rasa Simon juga mengerti. Kau butuh bersenang-senang ditengah semua masalah yang kuhadapi ini. Jadi, jangan pernah merasa bersalah. Oke! Masuklah... Kakakmu pasti menunggumu." Melati mengangguk.

Ia pun hendak masuk ke dalam pondok. Tapi matanya tertuju pada sangkar burung yang kosong.
"Hei ini... maksudku burungnya sudah dilepas...?" tanya Melati penuh selidik.
"Iya... Kemarin. anak-anak yang melepaskan burung itu." sahut Gwen.
"Yah... padahal aku ingin sekali ikut melepas burung itu. Tapi dia benar-benar sudah sembuh kan...?"
"Ya iyalah. Kalau belum sembuh, untuk apa aku mengizinkan mereka melepaskan burung itu."
"Iya. Kau benar. Baiklah aku masuk sekarang." tutup melati. Ia meminta Savina dan Savira untuk menunggunya di luar. Mereka pun menunggu di luar dan memberikan Melati privasi bersama kakaknya.

"Selamat pagi Kak..." sapa Melati saat masuk ke kamar Simon.
"Pagi juga Melati. Kau ada disini."
"Tentu saja. Ayolah Kak Si. Apa aku tidak boleh  mengunjungi  Kakak ku sendiri..?"
"Tentu saja boleh."
"Syukurlah. Karena jika Kak Si tidak mau, maka aku akan langsung keluar dari sini. Oh iya... Aku hampir lupa. Apa kakak sudah sarapan...?"
"Sudah Gwen baru saja memberiku ku sarapan."
"Syukurlah kalau begitu. Bagaimana kabar Kakak hari ini..?. Sudah lebih baik dari kemarin..?. Apa luka-luka itu masih sakit..?"
"Astaga Melati. Bisakah pertanyaannya satu satu aja. Kakak tidak mungkin menjawab semua pertanyaan mu sekaligus kan..?  Lukanya tidak begitu sakit lagi."
"Syukurlah. Aku senang mendengarnya. Apa Kakak sudah mengobati lukanya..?"
"Belum." jawab Simon.
"Baiklah. Biarkan aku yang membantu Kakak." pinta Melati.

Simon yang hendak mengobati lukanya itu hanya bisa pasrah, saat Melati mengambil obat itu dan mulai mengobati luka-lukanya.
"Selesai..." ucap Melati, saat ia selesai mengobati luka-luka Simon.
"Kakak ingin makan apa, untuk nanti siang. Karena aku akan memasak."
"Apa kau memasak untuk ke-7 tamu Tuan muda." bukan menjawab, Simon malah bertanya.
"Iya..." sahut Melati.
"Kalau begitu Tidak usah saja. "
"Kenapa..?" Melati tidak mengerti.
"Kau memasak untuk mereka. Itu sangat tidak sopan, jika aku ikut memakan masakanmu."
"Hei... Aku yang memasak bukan mereka. Mereka hanya tinggal makan saja. Jadi jangan protes. Aku akan memasak untuk kakak. Kalau perlu aku akan memasak yang lain untuk Kakak. Jadi kakak tidak perlu memprotesnya lagi." tegas Melati.

Dan lagi-lagi Simon hanya bisa pasrah pada semua perkataan Melati.
"Baiklah. Terserah kau saja." ucapnya Kemudian. Melati tersenyum penuh kemenangan. Ia pun pamit lalu keluar dari Pondok. Ia berjalan kembali ke Mansion. Hal pertama yang ingin dilakukan oleh Melati adalah ia melihat bahan makanan untuk masakan Italy yang akan ia buat.
"Pagi menjelang siang..." sapa Melati Saat memasuki dapur. Semua orang yang ada di dapur langsung tersenyum melihatnya.
"Maaf ya... Hari ini aku tidak membantu kalian untuk memasak sarapan. Dan sekarang aku ingin memasak untuk makan siang. Aku sudah berjanji pada Seven Squad untuk memasak masakan Italy untuk makan siang mereka. Apa kalian bisa membantuku."
"Tentu saja." jawab mereka semua kompak.

"Oh ya... Bagaimana dengan bahan makanannya."
"Kau tenang saja Melati. Untuk bahan makanannya aku rasa cukup banyak, karena tuan muda memang menyukai masakan Italy."
"Oh baiklah. Aku rasa kita harus mulai masak sekarang, mengingat Jamnya sudah mau menuju ke arah jam makan siang."
Setelah mengatakan itu, para chef dan koki mulai menyiapkan bahan makanan dan mulai memasak bersama melati. Tepat 30 menit sebelum jam makan siang. Semua masakan sudah terhidang di atas meja. Wangi masakan itu tercium hingga di luar dapur Mansion. Nicholas dan Gabe yang sedang berada di luar Mansion, lebih tepatnya berada di beranda Mansion,sampai masuk ke dalam dapur saat mencium wangi masakan tersebut.

Setelah makan pagi tadi, 5 dari 7 orang Seven Squad pergi keluar karena ada urusan. Sedangkan Nicholas dan Gabe yang tidak memiliki urusan, tetap tinggal di Mansion. Mereka sedang berkutat dengan laptopnya, saat wangi masakan itu tercium oleh mereka. Dan sekarang, mereka hanya berdiri diam di tempat saat melihat semua masakan yang sudah tersaji rapi di atas meja di dapur.

"Astaga Melati wangi Masakanmu sangat lezat." ucap Gabe.
"Iya. Itu benar sekali. Dan lihatlah, dari tampilannya saja masakanmu terlihat sangat lezat." tambah Nickholas.
"Dan sekarang aku sudah sangat lapar aku rasa kita bisa makan sekarang." lanjut Gabe.
"No... No.... No... Tidak ada makan sekarang. Kita harus menunggu yang lain datang dulu, baru kita sama-sama makan. Lagi pula jam makan siang 30 menit lagi. Jadi, kau harus menunggu sampai semuanya berkumpul, baru kita makan bersama-sama." sergah Melati cepat. Nicholas berdecak kesal.
"Oh Ayolah Melati... Kami berdua sudah sangat lapar. Dan sampai sekarang mereka belum pulang juga. Kenapa kita harus  menunggu mereka."
"Karena, ini adalah makan bersama bukan makan sendiri-sendiri." jelas Melati.
"Bagaimana kalau, 30 menit lagi mereka belum juga datang.?" tanya Nickholas.
"Maka kita akan menunggu sampai jam 01.00 siang." what jam 01.00 siang." putus Melati.

"Hei itu satu setengah jam lagi itu Melati. Tidak bisa. Itu terlalu lama. Bagaimana mungkin Kau membiarkan kami kelaparan hingga satu setengah jam ke depan. Padahal, makanannya sudah tersaji dengan lezat di depan kami." Gabe memprotes.
"Ayolah... aku rasa kalian punya ini dan punya itu." ucap Melati sambil menunjuk kepala yang berarti otak, dan menunjuk handphone yang mereka pegang. Mereka pun akhirnya tersadar dan dengan cepat, mereka mengambil gambar dari makanan yang sudah tersedia di meja dan mengirimkannya pada kelima orang yang ada di luar. Bukan hanya 5 orang saja, mereka juga mengirimkannya pada Queen dan juga Alex. Mereka tidak hanya mengirimkan gambar Mereka pun membuat ultimatum yang mengatakan kalau 30 menit lagi mereka semua belum sampai di Mansion, maka semua makanan itu akan habis mereka makan sendiri.

Hal itu tentu saja membuatbNicholas dan Gabe langsung mendapat telepon seketika itu juga secara bersamaan.
"Awas kalau kalian  menghabiskannya." Itu teriakan dari Ethan saat Nicholas mengangkat teleponnya. Nicholas pun langsung menutup telepon setelah mendapat teriakan itu. Teriakan yang membuat kupingnya hampir pecah. Bukan cuma Nicholas saja, Gabe pun mendapatkan hal serupa.
"Aku akan membakar Mansion mu jika kau berani menghabiskan makanan itu." dan itu adalah teriakan dari Queen. Melati hanya tertawa mendengar teriakan itu.
"Nah kalian bisa lihat sendiri kan. Sekarang aku ingin tau, apa yang akan mereka lakukan pada kalian berdua, jika kalian makan lebih dahulu." ucap Melati.
"Baiklah kami mangalah." putus Nickholas
"Dan kami akan bersabar." timpal Gabe. Tapi kemudian...
"Tapi, bisa kami mencicipinya sedikit. Please... hanya sedikit aja. " Gabe memohon. Seperti anak kecil. Dan hal itu membuat Melati hanya menggelengkan kepala tanda menyerah.
"Baiklah Kak Gabe... Karena kau hanya ingin mencicipinya saja, makabaku akan mengijinkan." ucap Melati pasrah.
"Kau tau, jau yang terhebat Melati. " puji Gabe.

Melati pun mengambil dua piring dan mengambil sedikit-sedikit makanan, dari setiap masakan yang ia buat dan Ia berikan kepada kedua pria yang terlihat sangat kelaparan itu. Mereka menerimanya dengan sangat cepat dan mulai memakannya.
"Ya Tuhan Melati... Kau benar-benar yang terbaik. Masakan ini sangat sangat lezat. Astaga aku rasa Aku mungkin tidak akan bisa menahan diriku untuk memakan makanan ini." ujar Gabe yang langsung mendapat plototan tajam dari Melati.
"Kak Gabe... Kalian sudah berjanji padaku. Dan aku rasa, sekarang kalian harus keluar dari dapur ini." usir Melati sambil mendorong kedua pria itu keluar dari dapur. Ia langsung mengunci pintu dapur dapur setelah semuanya keluar. Gabe meringis kesakitan saat seseorang menggetok kepalanya. Ia menoleh dan menemukan Queen sedang menatap marah ke arahnya.

"Bukankah aku sudah bilang, kalau aku akan membakar Mansion mu jika kau menghabiskannya."
"Hei aku tidak menghabiskannya. aku dan Nickholas hanya mencoba sedikit. Dan Kita tidak bisa masuk kembali ke dapur, karena Melati tidak mengizinkan kita untuk masuk ke dalam dapur sampai semua orang berkumpul." jelas Gabe kesal.

Tidak butuh waktu lama, dan sekarang semua Orang sudah berkumpul di ruang makan. Mereka duduk di kursi mereka masing masing sambil menunggu Melati manghidangkan Masakannya.
Saat Nicholas dan Gabe mengirim pesan itu, Louis sedang melakukan meeting dengan kliennya. Tapi ia malah membatalkan meetingnya dan langsung naik helikopter yang membawanya kembali ke Mansion.Dominic, Erik dan Jonathan, mereka Langsung menghentikan kegiatan mereka masing-masing dan langsung pulang ke Mansion. sedangkan Ethan Ia sedang dalam perjalanan pulang. Karena itu, ia sampai di Mansion beberapa saat setelah Queen yang sudah sampai lebih dulu. Dan terakhir adalah Alex yang juga ada di dalam ruangan itu. Melati tidak menyangka kalau pria itu akan ada di situ juga. Alex memang sengaja pulang ke Mansion satu jam sebelum makan siang. Tadi pagi, saat Melati mengatakan ingin memasak masakan Italia untuk makan siang Ia memang sudah Berencana untuk pulang lebih awal, agar bisa ikut makan.

Meskipun kesal, mau tidak mau Melati harus melayani Alex juga. Dan di sinilah sekarang. Mereka semua duduk menunggu Melati melayani mereka semua.
"Melati... biarkan para pelayan yang melakukannya." ucap Louis.
"Tidak. aku lebih suka melakukannya sendiri apa kau tidak mau jika aku melayanimu makan..?!"
"Oh Ayolah Melati. Aku merasa sangat sangat senang jika kau melayani ku makan. Tapi kau sudah memasak semua masakan ini dan aku rasa Kau pasti capek." sergah Louis.
"Aku memang capek. Tapi aku sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini saat masih berada di Indonesia. Jika kau tidak percaya kau bisa tanya pada Ethan Apa kebiasaan orang Indonesia saat makan." balas Melati.
"Louis... Kau tidak bisa melarang ataupun menentang Melati tentang hal ini.  Karena hal ini Sudah menjadi kebiasaan orang orang disana. Saat makan, seorang wanita akan melayani pria dan anak anaknya makan  terlebih dahulu. setelah itu baru dia sendiri. Jadi, duduklah tenang dan biarkan Melati melakukan apa yang dia suka."

"Baiklah. Terserah kau saja Melati." Melati tersenyum dan meneruskan pekerjaannya. Dia melayani semua orang tanpa dibantu oleh para pelayan.
"jangan makan dulu ya... Berdoa bersama dulu baru Makan. " ingat Melati pada semua orang yang hadir di situ. Melati hendak duduk kembali ke tempatnya, saat ia teringat sesuatu. Ia pun kembali berdiri mengambil makanan meletakkannya di dalam piring lalu memanggil seorang pelayan,
"Bisakah kau membantuku berikan ini pada Ariana aku lupa belum menengok nya. Jadi berikan ini untuknya agar dia bisa makan. Setelah selesai makan siang, Aku janji aku akan menemuinya." pelayan itu mengangguk lalu mengambil makanan itu dan membawanya pergi. Saat ini Savina dan savira tidak ada di ruang makan karena ia menyuruh pelayan itu membawa makanan untuk Ariana. Saat Melati duduk, Ia melihat Gabe hendak memakan makanannya
"Stop Kak Gabe... Setau ku, Aku tadi bilang dengan jelas berdoa dulu baru makan." Sebenarnya bukan hanya Gabe saja yang hendak makan, Nicholas juga. Ia malahan sudah mengunyah makanannya saat Melati menegurnya. ia pun cepat-cepat menelan makanan yang ada di mulutnya.

"Dan kau Kak Nick, Kak yang memimpin doa sebelum makan. "
"Apa...! "
"Iya aku melihat  Kak Nick... Kakak yang lebih dulu sudah mengunyah makannya. Jadi, aku rasa Kak yang harus menerima hukumannya.Mimpin doa. Jika Kakak tidak mau, maka aku akan mengambil kembali makanannya." tegas Melati.

"sialan...!!!"  umpat  Melati.

"Stop...!!! di meja makan tidak boleh mengumpat. itu peraturan sajak yang harus kalian turuti saat kalian memakan masakanku." ucap Melati tegas.
"Baiklah- Baiklah aku menyerah. Mari kita berdoa semoga semuanya sukses. 'Berdoa mulai' " kata Nickholas  mengawali doanya. Dan Melati Baru saja menyelesaikan tanda salibnya saat Nicholas Tiba-tiba langsung berkata.....,
"'Berdoa selesai' Selamat makan." Ia benar-benar tidak peduli. Setelah mengucapkan selamat makan, tanpa diperintah Ia langsung memakan makanannya sendiri. Melati yang melihat itu hanya bisa menggeleng kepala dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dengan Kesal ia pun mulai makan.

"I'm home..."

Sebuah suara menginterupsi kegiatan makan mereka.
"Sepertinya itu Sam." Melati ini tau siapa itu Sam.
"Sam itu Samantha. Dia adalah adikku." jelas Louis. Melati hanya diam. Beberapa saat kemudian, seorang gadis masuk ke dalam ruang makan itu. Gadis cantik bermata biru itu masuk ke dalam ruang makan dengan menampilkan senyum menawannya. Dia benar-benar cantik. "Selamat siang semuanya. aku harap aku tidak terlambat." sapa Gadis itu, masih dengan senyum menawannya.
"Tentu saja kau tidak terlambat Sam. Kami baru saja mulai makan. Kau bisa bergabung. Oh ya... Namaku Melati." sahut Melati. Samantha menoleh kearah Louis dan dibalas dengan anggukan kecil dari kakaknya itu.
"Hai juga Melati... Aku rasa aku tidak perlu mengenalkan diriku lagi, karena kau sudah tau." balas Samantha seraua mengulurkan tangannya. Melati menjabat tangan Samantha lalu mempersilakan gadis itu untuk duduk tepat disebelah kursinya. Sebelum Samantha duduk, ia terlebih dahulu berjalan ke arah Alex. Memeluk dan mencium Alex di kedua pipinya.
"Apa kabarmu Ale...?" tanya Samantah setelah mencium Alex.
"Kabarku baik Sam. Aku senang kau bisa datang di sela- sela jadwal pertunjukanmu yang padat, karena aku bisa gila menghadapi 7 pria Kurang kerjaan ini." Sarkas Alex. Gabe hendak memprotes tapi kemudian...
" Ini di meja makan Kak Gabe... Jadi, bisakah kita tidak berdebat. Aku tahu, kalian pasti mengatakan, saat kalian pertama bertemu denganku Aku berdebat dengan Gabe di sini, tapi sebenarnya Aku tidak suka. Maksudku... Saat di meja makan Aku tidak suka berdabat. Jadi, Bisakah kita tidak berdebat dan biar kita makan dulu. Setelah itu baru kalian boleh berdebat sesuka hati kalian." Ujar Melati. Semua orang langsung diam. Melati pun melakukan tugasnya Ia mengambil piring dan mulai mengambil makanan untuk Samantha. Sebelumnya ia bertanya pada Samantha apa saja yang ingin ia makan. Setelah selesai, Melati meletakkan piring milik Samantha dihadapannya dan mereka pun mulai makan.

Meskipun Melati sudah melarang mereka semua untuk berdebat. Tapi bukan berarti Melati melarang mereka untuk berbicara juga. Karena Melati membiarkan mereka untuk berbicar, selama itu tidak mengumpat ataupun berdebat. Selesai makan, Melati menggiring mereka semua untuk duduk di ruang keluarga Karena ia akan membagikan dessert. Ya... Melati memang sengaja menyuruh mereka untuk makan dessert di ruang keluarga bukan di ruang makan. Setelah membagikan dessert, Melati mengambil beberapa potong dessert dan membawanya ke kamar Ariana. Saat Melati memasuki kamar Ariana, Ia melihat Ariana sedang duduk di atas kursi tepat di depan jendela. Gadis itu sedang duduk menatap keluar jendela, seperti sedang menerawang.

"Hai..." Sapa Melati. Gadis itu langsung menoleh kearah Melati dan Melati tersenyum sebagai balasannya. Melati menatap ke arah meja dan menemukan piring bekas makan Ariana. Melati berjalan pelan ke arah Ariana. Ia mengambil sebuah kursi dan menempatkannya tepat di depan Ariana dan Ia duduk di kursi itu.
"Aku bawakan dessert untukmu." Melati lalu memperlihatkan dessert yang iya bawa.
"Kau sudah memberiku makanan yang lezat." ucap Ariana dengan tenang.
"Aku tahu. Tapi kau juga harus mencoba ini. Aku yang membuatnya sendiri." Melati menyodorkan dessert itu pada Ariana. Ariana pun mengambil dan memakannya.
"Bagaimana rasanya." tanya Melati ingin tau.
"Ini sangat lezat. Terima kasih. kau tahu, seumur hidupku aku baru sekali ini memakan makanan yang lezat seperti ini."
"Kalau begitu, mulai sekarang kau akan memakan makanan seperti ini setiap hari. Oh ya... Kau sudah bertemu dengan Kak Queen kan...?"
"Iya... aku sudah bertemu dengannya. Dia bilang aku nanti akan pergi bersama dia."
"Tepat sekali kau memang akan pergi dengan dia. Kau tidak usah khawatir apapun. Kak Q adalah gadis yang baik dia pasti akan memperlakukanmu dengan baik juga."
"Iya aku tahu. Dia begitu lembut dan penuh perhatian."
"Baguslah kalau kau menyukainya aku turut senang untuk mu. "
"Terima kasih. Ini semua berkat dirimu."
"Tidak jangan berterima kasih kepada ku. Maksudku takdir yang membawamu bertemu dengan kami. Jadi, jika kau ingin berterima kasih berdoalah pada Tuhan dan berterima kasih padanya." ucap melatih langsung tersenyum.
"Baiklah. Sekarang habiskan dessert mu setelah itu kita keluar."
"Apa aku boleh keluar...?"
"Tentu saja. Untuk apa kau berada di sini saja. Kita bisa jalan-jalan ke taman itu. Ayo." Melati mengambil piring bekas makan dan wadah dessert tadi dan mereka pun keluar dari kamar bersama-sama. Melati hendak membawa piring ke dapur, tapi kemudian ada seorang pelayan yang bertatap muka dengan Melati di depan pintu kamar. Pelayan itu meminta melati untuk memberikan piring bekas itu, agar Ia bisa membawanya ke dapur. Melati menolak Tapi pelayan itu tetap bersikukuh karena itu ia pun membiarkan pelayan itu membawanya ke dapur. Dan sekarang, melatih menggandeng tangan Ariana dan mereka berjalan ke arah Taman.
"Taman ini sangat indah." ucap Ariana saat mereka duduk di bangku taman."
"Kau benar. Ini memang  sangat indah."
"Apa Kau sering duduk di taman ini.?" "Sebenarnya aku memang suka ke taman ini. Tapi aku lebih suka duduk di Gazebo itu." Melati menunjukkan Gazebo yang terletak tidak jauh dari bangku taman itu.
"Biasanya di sore hari, Five Squad selalu duduk di situ menungguku. Dan kami selalu bermain layang-layang bersama."
"Kau suka bermain layang-layang..?"
"Iya. aku menyukainya dan aku mengajarkan itu pada anak-anak. Dan Karena itulah setiap sore aku selalu menemui mereka dan bermain layang-layang disini." Ucap Melati sembari tersenyum.

TBC...

Minta Vote And Comment Ya....

Thank's To Reading...

See U The Next....

15 Maret 2018....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro