
1
"Kakak, aku mohon kepadamu jangan pergi!" ucap Asia berusaha menahan kakaknya untuk pergi.
"Maafkan Kakak, Asia. Kakak harus pergi. Jalan Ayah dan Ibu sudah bertentangan denganku."
"Kalau begitu aku akan ikut dengan kakak!"
"Tidak bisa Asia, di luar sana terlalu berbahaya untukmu."
"Ada kakak yang melindungiku!"
"Aku tidak bisa terus menerus berada di sisimu Asia. Ini adalah saatnya kau menjadi lebih dewasa. Kita akan berpisah."
Air mata jatuh di antara keduanya. Sang kakak menahan air matanya untuk jatuh dan mengusap air mata Asia yang masih belia.
"Sampai jumpa Asia. Aku berharap kita bisa bertemu dan bersama lagi. Jangan lupa untuk membanggakan Ayah dan Ibu," lanjutnya.
Sang kakak berjalan pergi meninggalkan rumah megah yang selama ini menjadi kediamannya. Menenteng sebuah tas koper dan air mata yang tertahan.
"Kakak akan kembali, Asia. Aku berjanji. Aku sangat menyayangimu."
***
MEET AND PART
Utaite fanfiction
Sub genre : Action, Family, Humor, Angst
***
"Lagi-lagi pembunuhan mengancam Kota Jakarta. Kali ini korbannya adalah seorang pengusaha muda-"
"Membosankan. Apa pembunuh itu tidak bosan membunuh orang?" ucap Asia sebal sambil mematikan televisinya.
Ia berjalan menuju kamarnya dan mengambil sisa uang saku sekolahnya. Beranjak pergi dari kamar dan ke luar dari kediamannya.
Hari ini memang sungguh hari yang panas. Ini membuat Asia berpikir untuk pergi ke minimarket dan membeli setusuk es krim yang sangat lezat. Memang es krim sangatlah menggoda di cuaca yang panas ini, membuat siapa pun meneteskan ludah saat melihatnya.
Asia membeli setusuk es krim dan memakannya sambil berjalan pulang. Asia tidak bisa menahan hasratnya untuk menikmati sebuah es krim nikmat yang ada di tangannya.
Asia berjalan melewati jalan yang biasa ia lewati. Terus berjalan sampai...
"Angkat tangan!" Sebuah suara tegas mengagetkan Asia, membuat Asia berhenti dan menjatuhkan es krim nikmatnya ke tanah.
"Bukan angkat tangan bodoh! Harusnya kau bilang berhenti!"
"Oh iya lupa!"
"Polisi gagal ya gini nih!"
Asia berdecak sebal saat melihat dua orang yang membuatnya terkejut. Di depan sana terlihat dua orang yang asing. Asia belum pernah melihat mereka berdua.
Pemuda pertama adalah pemuda bersurai hitam gelap dengan warna mata senada yang tidak terlalu tinggi. Ia menggunakan jaket berwarna hitam lengkap dengan celana hitam. Ia juga memakai sebuah kalung. Penampilannya cukup untuk membuat orang mengira bahwa ia adalah preman pasar walaupun wajahnya bisa dibilang cukup tampan.
Pemuda kedua lebih pendek dari pemuda pertama. Ia memiliki surai biru gelap. Kacamata turut menghias wajahnya yang tak kalah tampan. Untuk pakaian, ia menggunakan jas, dasi, dan celana hitam. Sementara itu, kemejanya putih. Penampilannya sangat tidak cocok dengan rekannya.
"Baik Tuan-Tuan, untuk apa kalian menyuruhku berhenti dan membuat es krimku terjatuh?!"
"Sebelumnya perkenalkan kami adalah NeGero," ucap pemuda bersurai biru dengan suaranya yang indah.
"Neru-tan, kita tidak seharusnya untuk mengumbar identitas kita di depan publik. Cukup laksanakan misi kita."
"Misi?" Kepala Asia dipenuhi tanda tanya.
"Jadi Gero-kun tidak suka?! Okay, kalau begitu kita putus! Cukup-cukup sudah, cukup sampai di sini saja, daripada hati-"
"Neru-tan jangan begitu hueh!"
Asia melongo melihat tingkah kedua orang aneh di depannya yang diduga pasangan homo. Ini membuat Asia sedikit risih dan memilih untuk berbalik. Asia berpikir mungkin ia akan memutar jalan.
"Tunggu!" pemuda dengan surai hitam yang disebut Gero itu menghadang Asia dengan sigap.
"Kami tidak akan membiarkan mangsa kami kabur," ucap pemuda dengan surai biru yang diketahui bernama Neru sambil memegang leher Asia.
"Mangsa?!"
"Lepaskan!" Asia mencoba melawan dengan panik.
Asia mendorong Neru sehingga dapat melepaskan diri. Tapi, Asia lupa bahwa di depannya sudah ada Gero. Gero langsung membekap Asia dengan sebuah kain, membuat kesadaran Asia hilang perlahan-lahan.
***
Gelap. Satu kata itulah yang saat ini bisa Asia lihat. Rupanya sehelai kain hitam telah menutupi sebagian besar wajahnya.
"Kami membawa orang yang kau maksud."
"Apa kalian menangkap orang yang benar?"
"Tentu saja."
"Baguslah kalau begitu."
Asia mendengar percakapan antara tiga orang. Tunggu sebentar, Asia merasa bahwa suara yang ia dengar tidaklah asing di telinganya. Hanya saja ia sudah lama tidak mendengarnya.
"Buka penutup matanya!"
Kain hitam itu dilepaskan. Asia kini bisa melihat ada yang ada di depan matanya. Ia melihat Gero dan Neru berdiri dengan seorang pemuda yang cukup tinggi. Surainya berwarna merah kecoklatan. Kacamatanya menghias wajahnya yang tampan. Dirinya menggunakan pakaian yang hampir sama dengan Neru.
"Tunggu sebentar."
Asia terbelalak. Sosok di hadapannya bukanlah sosok yang asing baginya.
"Kakak?!"
"Asia?!"
"Kakak!"
Asia langsung berlari memeluk pemuda itu. Ia tidak dapat membendung perasaan rindunya selama ini. Air mata kebahagiaan jatuh di pipinya.
Pemuda yang ada di depannya tak lain adalah kakaknya sendiri yang sudah lama pergi dari kehidupannya. Betapa senangnya ia ketika ia dapat bertemu dengannya kembali dalam keadaan baik-baik saja.
"Mereka kakak adik?!"
"Sejak kapan Asuke punya adik?!"
Asuke, itulah nama kakaknya. Ia pergi dari rumah sekitar lima tahun yang lalu setelah bertengkar dengan orang tua mereka. Sepertinya Asuke sudah berbeda paham dengan kedua orang tuanya, membuatnya diusir dari rumah.
"Aku tidak menyangka bahwa kita bisa bertemu lagi. Sekarang kau sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik."
Mereka berpelukan cukup lama. Melepas rasa rindu yang telah lama tumbuh di antara keduanya.
Asuke melepaskan pelukannya dan menatap tajam kedua rekannya. Rekannya hanya bisa bergidik ngeri melihatnya.
"Ma-maafkan kami Asuke..."
"Kami salah menangkap orang ya?"
"Ya! Dasar kalian berdua bodoh! Kalian ingin aku menghabisi adikku sendiri?!"
"Tapi-tapi-"
"Tutup mulutmu Gero-kun! Kebodohan kalian berdua sudah tidak bisa ditoleransi! Kalian akan kuhukum!"
"Tapi Asuke-kun, kami hanya menangkap orang yang ciri-cirinya sesuai petunjuknya. Lagipula kita berdua tidak pernah tahu kalau kau punya adik," jelas Neru.
Asuke hanya menghela napas panjang sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia menatap kedua rekannya dengan sedikit sebal. Ia berusaha tetap sabar.
"Baiklah, ini salahku. Ini salahku sudah menyuruh dua orang bodoh dalam misi ini."
"Jadi Asuke-kun, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
"Aku akan mencarinya sendirian dan membunuhnya."
DEG!
Asia terkejut dengan ucapan kakaknya. Ia tidak percaya dengan ucapan kakaknya.
"Apa maksudmu dengan kata membunuh Kak?"
"Membunuh adalah pekerjaan sehari-hari Kakak, Asia."
"Apa?! Jadi selama ini?!"
"Ya Asia, aku adalah dalang dari semua kasus pembunuhan di Indonesia. Ini semua salahku.
Asia menatap kakaknya tak percaya. Matanya terbelalak lebar. Mulutnya terkunci rapat. Tubuhnya mematung, tak bisa bergerak.
"Aku adalah mafia."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro