Medical Robinhood - 38
Lisa tertunduk lesu di rumah sakit, belum genap 24 jam sang Ayah pergi, musibah kembali menimpa keluarganya. Sepulang dari pemakaman Sorn mengalami pendarahan dan janinnya tak terselamatkan.
Deka menghampiri Lisa yang sedang termenung di lorong rumah sakit dan duduk di sampingnya. "Kakak udah tidur Mas?" tanya Lisa yang baru menyadari keberadaan Deka di sampingnya. Taka da raut kesedihan yang nampak di garis wajahnya, namun sorot mata sedu dan bahunya yang tak setegap biasanya membuat Lisa yakin jika Kakak iparnya itu tidak baik-baik saja. Ia hanya berusaha setegar mungkin di hadapan sang istri yang baru saja merasa kehilangan secara bertubi-tubi
Deka mengangguk. "Udah, baru aja. Kamu nggak pulang? Biar Mas aja yang jaga di sini."
"Nggak Mas, aku masih pengen di sini."
"Belum ada kabar dari Sehun?" tanya Deka.
Lisa menggeleng pelan. "Belum," jawab Lisa berbisik, nyaris tenggelam dengan suara riuh lain di lorong rumah sakit.
"Mas emang nggak pernah ngobrol langsung sama Sehun. Tapi dari semua cerita Kakakmu, Mas yakin Sehun tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan. Kamu yang sabar ya?"
Lisa juga meyakini hal yang sama, menurutnya Sehun tidak mungkin melakukan hal itu.
Keesokan harinya Sehun belum juga mengabari Lisa, hal itu membuat Lisa menjadi kalang kabut. Kekhawatiran dalam dirinya semakin memuncah. Ia tidak fokus melakukan segala hal, termasuk saat sang kakak memintanya untuk membantu membenarkan posisi bantal di ruang perawatannya.
"Kalau kamu khawatir, lakukan sesuatu dibanding hanya terdiam dan menunggu Lis," nasihat Sorn.
"Apa yang harus aku lakukan Kak?"
"Tentu kamu yang lebih tau soal itu."
Karena ucapan sang Kakak, Lisa pada akhirnya memberanikan diri untuk bertandang ke kediaman Sehun agar memperoleh kabar. Sesampainya di sana Lisa bertemu dengan adik Sehun, Sejeong. Mengetahui Lisa datang sendirian ke rumahnya setelah mendapat penolakan yang cukup pedas dari Mamanya, membuat Sejeong mencium sesuatu yang tidak beres telah terjadi sehingga ia mengizinkan Lisa untuk masuk ke dalam rumah dan berbincang dengannya.
Lisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling selama perjalanan masuk ke dalam rumah, berharap menemukan sosok Sehun, namun nihil.
"Ada apa?" tanya Sejeong bingung melihat tingkah Lisa.
"Apa Sehun ada di rumah?" Lisa membuka suara dengan gugup.
Sejeong mengerutkan alis. "Dibandingkan di rumah, dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit atau di apartemennya, kayaknya udah lama juga dia nggak pulang," terang Sejeong.
Lisa menggigit bibirnya gugup, bingung bagaimana untuk merangkai kata.
"Ada apa? Lo hamil ya? Abang gue kabur?" tuduh Sejeong
Lisa sontak menggeleng cepat. "Enggak, bukan itu."
"Terus kenapa?"
"Kemarin Sehun dibawa pihak kepolisian untuk memberikan kesaksian terkait penjualan organ tubuh secara illegal, sampai sekarang ia tidak ada kabar."
Sejeong terbelalak. Suara langkah yang mendekat membuat atensi Lisa teralih. Sooyoung datang menghampiri keduanya. "Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Abang dibawa sama polisi Ma!" pekik Sejeong.
Tak ada ekspresi terkejut di raut wajah Sooyoung. Ia hanya menatap Lisa dari ujung kaki ke ujung kepala dengan pandangan menilai, dan kembali kepada Sejeong. "Mama udah tau."
"Terus, Mama nggak mau berbuat apa-apa gitu sekarang? Biarin Abang gitu aja? Kalau Abang dipenjara gimana?" tanya Sejeong bertubi-tubi.
"Sejeong, tolong tinggalkan kami berdua," ujar Sooyong
Sejeong menatap sang Mama tak mengerti, namun ia tak membantah. Ia pun akhirnya beranjak pergi dari sana menuju kamarnya di lantai dua.
"Kamu mau tau kenapa Sehun jadi berakhir seperti ini?" tanya Sooyoung.
Lisa tidak menjawab, namun ia mendengarkan.
"Karena dia mencari pendonor untuk Ayahmu."
Sooyoung mengitari Lisa, membuat Lisa merasa sangat terintimidasi. "Sehun membeli jantung dengan harga yang sangat mahal kepada seorang yang masih hidup namun sudah sangat putus asa dalam menjalani hidupnya. Alasannya hanya satu, hanya karena uang."
"Entah hukum apa yang akan menantinya kelak," ucapnya dengan sinis.
Ya, itu lah kehidupan, kita harus bertahan meski nggak ingin, kita harus melewatinya meski nggak sanggup, tapi pada akhirnya kita harus tetap menjalaninya meski tau itu semua nggak mudah.
Kalimat Sehun yang diucapkan kembali oleh Laynard terngiang dengan jelas. Lisa menggeleng. "Sehun nggak akan melakukan itu," ucapnya. Ia yakin Sehun tidak akan mengambil organ dari orang yang masih hidup meski orang itu sudah putus asa.
"Seyakin apa kamu?" tanya Sooyoung sangsi.
Aku akan terus usaha Lis, sungguh. Aku pasti akan dapet donor jantung untuk Ayah kamu
Janji Sehun kembali terulang di benaknya. Hati Lisa mulai meragu, mungkinkah Sehun melakukan semua ini demi mencari jantung untuk ayahnya?
"Lihat, Keberadaan kamu di kehidupan anak saya hanya membawa masalah! Kalau dia nggak mengenal kamu dan keluargamu yang seperti lintah itu Sehun tidak mungkin akan berada di posisi saat ini. Anak saya terlalu bodoh untuk mempercayai kalian yang cuma memperdaya dia."
"Saya tidak pernah berniat sedikitpun untuk memperdaya anak Anda." Pada akhirnya Lisa berbicara, suaranya bergetar menggambarkan begitu banyak emosi yang sedang berkecamuk dalam dirinya. "Saya mencintainya, tanpa embel-embel apa pun."
"Tak peduli siapa Mamanya, Papanya, latar belakang keluarganya. Saya hanya mencintainya," ucap Lisa sambil berderai air mata.
"Dengan segala kerendahan hati, saya ingin bertanya apakah Anda akan membantu Sehun untuk keluar dari situasi ini?" Saat ini Lisa sangat putus asa. Ia tidak memiliki uang, koneksi dan juga kekuasaan untuk membantu Sehun keluar dari masalah yang menimpanya.
"Pertanyaan bagus," ujar Sooyoung. "Menyelesaikan kasus ini bukan hal yang sulit untuk kami. Sehun hanya perlu pergi ke luar negeri selama beberapa tahun untuk menghilangkan memori orang-orang tentang kasus ini. Namun sayangnya dia tidak mau melakukannya. Karena apa? Karena kamu."
"Saya tidak tau apa yang sudah kamu perbuat pada anak saya, tapi kasus ini jelas mengancam karirnya dan juga nama baik jaringan rumah sakit kami. Namun kamu bisa mengubahnya."
"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Lisa.
"Lukai hati Sehun hingga ia memilih untuk pergi."
Lisa membisu.
"Jika kamu benar-benar mencintainya, kamu tentu tahu apa yang terbaik untuknya."
Sooyoung kemudian membawa Lisa bersamanya menuju kantor polisi. Selama perjalanan, Lisa melihat Sooyoung menghubungi beberapa orang sampai akhirnya mereka sampai di kantor polisi.
"Kamu tau apa yang kamu harus lakukan bukan?" tanya Sooyoung sesaat setelah Lisa turun dari mobil. Lisa mengangguk mengiyakan, sementara mobil yang ditumpangi oleh Sooyoung meninggalkan gedung kepolisian.
Batin Lisa menggebu saat melihat Sehun yang keluar dari kantor polisi masih dengan pakaian yang sama dengan yang ia gunakan saat pemakaman ayahnya dengan wajah lesu dan juga kuyu. Namun raut wajah itu seketika berubah saat melihat kehadiran Lisa. Sehun pun mempercepat langkah untuk menghampiri Lisa.
"Kamu jemput aku ke sini?" tanya Sehun dengan senyum lebar yang ditanggapi dingin oleh Lisa. Menyadari keanehan pujaan hatinya, Sehun pun akhirnya bertanya. "Kamu kenapa?"
"Jangan temui aku lagi."
Sehun termangu, mencoba mencerna kalimat Lisa dengan susah payah. Tidak ada kiasan dalam kalimat tersebut, kalimat itu juga diucapkan secara lugas dan jelas hingga membuat relung hati Sehun seperti diremat begitu kuat.
"Apa maksud kamu Lis?" tanya Sehun dengan susah payah.
"Jangan pernah temui aku lagi."
"Apa alasannya Lis?!" Sehun memegang kedua bahu Lisa dan sedikit mengguncangnya untuk meminta penjelasan.
Lisa melepas tangan Sehun dari kedua bahunya. "Aku kecewa dengan perbuatan kamu, dan aku nggak ingin berhubungan lagi dengan seorang pembunuh."
Sehun terguncang mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Lisa. Ia mencoba memahami kekecewaan yang Lisa rasakan, namun bibir Sehun kelu untuk membalas perkataan Lisa, akhirnya ia hanya terdiam melihat Lisa pergi dari hadapannya dan meninggalkannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro