Medical Robinhood - 35
Lisa kini berada di depan ICU Rumah Sakit Royal Raffles, tempat di mana sang ayah dirawat setelah mengalami gagal jantung. Air matanya terus berlinang, tangannya bahkan masih gemetar. Sesekali ia menyembunyikannya dengan mengatupkan keduanya di depan dada, dan membawa jari jempolnya ke depan wajah sembari menggigit kuku.
Sehun yang menyadari hal itu mencoba menenangkan. "It's okay Lis, kamu udah melakukan yang terbaik. Papa mu baik-baik aja di dalam, kita bantu doa ya?" ujarnya. Sehun lalu menggerakkan tangannya untuk merangkul Lisa, namun yang bersangkutan malah menghindar.
Sehun menarik kembali tangannya dan menatap Lisa dengan pandangan bersalah, ia akui dirinyalah salah satu penyebab kondisi Ayahnya Lisa hingga menjadi seperti ini. Namun sungguh itu sama sekali bukan keinginannya.
Pintu ICU terbuka, dokter yang menangani Ayah Lisa keluar dari ruangan. Lisa, Ibunya dan Sorn langsung bangkit dari posisi duduknya dan menghampiri sang dokter disusul oleh Sehun.
"Gimana kondisi Ayah saya dok?" tanya Lisa.
"Kondisi pasien belum stabil, ia mengalami gagal jantung. Kita lihat perkembangan kondisi pasien beberapa hari ke depan, jika keadaan belum membaik mungkin kita harus melakukan transplantasi jantung."
Ibu Lisa menangis lebih kencang, Sementara Sorn terduduk di lantai sambil memegangi perutnya. Awan kelabu menggelayuti ekspresi setiap orang yang ada di sana.
"Tolong lakukan yang terbaik dok," ucap Sehun memohon.
***
Sehun pulang ke rumah dengan langkah gontai, tak diindahkannya panggilan sang Mama yang terus memanggilnya dengan kencang. Ia hanya menyelonong masuk kamar tanpa berniat menoleh atau pun menjawab panggilan orang tuanya.
Pintu kamar Sehun terbuka, kini adiknya masuk ke dalam kamar dengan tatapan nyalang. "Lo gila ya Kak!" teriaknya.
Sehun hanya menatap Sejeong datar, tak berniat untuk membalas.
"Temen gue nunggu kesempatan ini dari lama, sekalinya dinner sama lo malah lo tinggalin. Lo bahkan minjem mobil dia. Ke mana otak lo hah?! Malu-maluin keluarga aja!"
"Itu bukan urusan gue," balas Sehun dingin.
"Chungha nangis-nangis telepon gue karena kelakuan lo sampai gue datang ke sana buat jemput dan anter dia pulang!"
"Mobilnya udah gue balikin."
"Ini bukan cuma masalah lo minjem mobilnya, paham nggak sih lo?!" Sejeong mulai meninggikan nada bicaranya.
Sehun mengambil gelas di nakas miliknya dan melemparkannya ke tembok hingga hancur berantakan. Sejeong yang melihat itu menelan ludah gugup. Sehun lantas menoleh dan menatap Sejeong dingin, membuat Sejeong yang termangu di tempatnya sedikit gentar. "Temen lo bukan urusan gue, paham?" ujarnya penuh penekanan di setiap kata.
"Sekarang keluar!" usir Sehun.
Keesokan paginya Sehun berniat pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ayah Lisa. Saat melewati meja makan di mana Siwon dan Soyoung sedang makan, dirinya ditegur oleh sang Mama.
"Sehun," panggilnya dingin.
Sehun memilih untuk tak acuh dan tetap berjalan.
"Oh Sehun." Kini Siwon yang angkat suara membuat Sehun menghentikan langkah. "Dengerin Mama mu."
Sehun membalikkan tubuh dan berjalan ke arah meja makan dengan gestur ogah-ogahan.
"Temui Chungha dan minta maaf atas sikap kamu semalam," ujar Soyoung.
Sehun menarik napas panjang. "Sikapku seperti itu karena Mama maksa, coba Mama nggak maksa, aku nggak akan bersikap seperti itu!" ungkapnya kesal.
"Sehun, kamu harusnya bersyukur gadis baik-baik dari keluarga terpandang seperti Chungha tertarik sama kamu! Ke depannya jika kalian menikah relasi kita akan semakin kuat dan luas."
"Kalau aku menikahi seorang perempuan, akan aku pastikan karena aku mencintainya agar keluargaku bahagia di masa depan kelak. Nggak seperti keluarga nggak harmonis ini yang hanya membebankan semua tuntutan keluarga kepada anak mereka!" teriak Sehun penuh emosi di akhir kalimat.
"Jika kalian menikah demi relasi, jangan tuntut anak kalian untuk melakukan hal yang sama! Kalian tau bagaimana rasanya pernikahan yang dibangun hanya demi relasi dan tanpa ikatan cinta, sedikitpun aku nggak pernah merasakan kehangatan di keluarga ini! Mama yang sibuk pamer dengan segala urusan kemewahan sama temen-temen Mama dan Papa yang sibuk dengan para simpanan Papa, aku nggak mau anakku merasakan hal itu!"
Plak!
Siwon melayangkan tamparan ke pipi Sehun. "Cukup Sehun, kali ini kamu sudah keterlaluan," tegurnya. Kemudian ia berlalu pergi.
"Suatu saat kamu akan mengerti betapa beruntungnya kamu terlahir dari keluarga berkecukupan Sehun," ujar Soyoung dengan mata berkaca.
***
Sehun menunggu di depan ruang ICU bersama dengan Sorn. Kakak Lisa terlihat sedikit pucat pagi ini, sepertinya kondisinya sedang tidak baik. Sorn menatakan bahwa Lisa sedang pulang ke rumah mereka untuk beristirahat sebentar dan juga membersihkan diri.
"Kakak baik-baik aja?" tanya Sehun khawatir.
Sorn mengulas senyuman tipis. "Ya, cukup baik."
"Semalem aku lihat Kakak terus-terusan megangin perut, Kakak yakin baik-baik aja? Mau periksa aja nggak? Aku hubungi spesialis kandungan di sini ya?" ujar Sehun sambil bangkit dari duduknya.
Sorn menarik lengan Sehun hingga ia kembali duduk. "Kakak nggak apa-apa, jangan terlalu khawatir."
Tak lama Lisa datang ke rumah sakit, dan yang membuat Sehun cukup terkejut adalah Lisa datang bersama Taehyung. Sehun memperhatikan Lisa yang kini menghampiri Sorn, tidak ada interaksi yang berarti antara ia dengan Taehyung, namun kehadiran Taehyung di sini cukup mengganggu Sehun.
"Aku udah di sini Kak, Kakak bisa pulang sama Taehyung sekarang," ucap Lisa.
Sorn mengggeleng. "Kakak mau temenin Ayah juga."
Lisa menggeleng dan mendudukkan diri di samping Sorn. "Kakak pulang ya? Gantian nanti kalau cutiku udah abis Kakak bisa jagain Ayah di sini. Sekarang Kakak banyak-banyak istirahat," bujuk Lisa.
"Betul Kak, baiknya istirahat di rumah aja," timpal Sehun.
Taehyung yang melihat Sehun menimpali percakapan Lisa dan Sorn menyerengit dan merasa risih. "Lisa bener Kak, ayo aku antar pulang."
Sehun menatap Taehyung dengan pandangan tidak suka, dan Taehyung membalas tatapannya dengan sangat tajam. Menyadari aura tidak enak dari dua laki-laki di hadapannya, Sorn akhirnya memilih untuk mengikuti permintaan Lisa untuk pulang.
"Kamu mau aku temenin lagi di sini nggak, nanti aku balik lagi," tanya Taehyung dengan suara lembut.
"Nggak perlu," balas Lisa dingin.
Sehun menyunggingkan senyum melihat sikap Lisa terhadap Taehyung, hatinya merasa puas melihat Taehyung ditolak mentah-mentah oleh Lisa.
Sehun masih senyam-senyum, dan saat menoleh ia dikejutkan dengan Lisa yang sedang menghadap ke arahnya, sontak Sehun langsung mengatupkan bibir.
"Ada yang mau kamu jelaskan soal semua kekacauan ini?" tanya Lisa.
Sehun menelan ludah gugup. "Maaf,"
"Aku nggak butuh permintaan maaf, aku butuh penjelasan Hun," balas Lisa parau, kini air matanya perlahan mulai menetes. Sejak semalam ia menahan segala emosi yang bergejolak di depan keluarganya, dan baru dapat meluapkannya sekarang, di saat hanya Sehun seorang di hadapannya.
Sehun merengkuh Lisa ke dalam pelukan, dengan perlahan ia menjelaskan situasinya. Isak tangis Lisa semakin menguat setelah Sehun selesai bercerita. Lisa pun menceritakan kondisinya, bagaimana awal mula sang Ayah sampai terkena serangan jantung.
"Lis, sungguh aku minta maaf untuk diriku dan juga mewakili keluargaku, aku benar-benar nggak menyangka Mama akan melakukan hal sejauh ini," ujar Sehun penuh penyesalan. "Untuk semua hutang ke bank, aku akan bantu melunaskannya."
"Aku nggak mau Hun, aku nggak mau dicap lebih buruk sama keluarga kamu karena kamu bantu aku. Aku akan berusaha memenuhi cicilan Ayah tiap bulannya," pungkas Lisa bulat.
"Ini nggak ada kaitannya sama orangtua aku, aku punya tabungan pribadi yang nggak mereka tahu Lis!"
Pintu ruang ICU yang terbuka membuat atensi keduanya berpindah, seorang perawat menghampiri Lisa dan menyampaikan pesan agar menemui dokter yang merawat ayahnya. Lisa pun menghampiri sang dokter didampingi oleh Sehun.
"Selamat sore dok?" sapa Lisa.
"Selamat sore dokter Lisa."
"Bagaimana kondisi Ayah saya dok?"
"Sejujurnya saya takut kondisi beliau mengalami perburukan, karena tidak ada tanda-tanda perbaikan dalam kondisinya sejak masuk rumah sakit. Saya rasa kita harus mendaftarkannya sebagai penerima donor organ, ya seperti yang kita ketahui bahwa proses tersebut butuh waktu cukup lama, belum lagi daftar penerima antrian yang cukup panjang."
"Baik dok." Lisa menyetujui.
Lisa kemudian ke luar ruangan untuk mengurus administrasi sang ayah. Dalam perjalanannya, Sehun menahan Lisa untuk berjalan lebih jauh. "Lis, tolong izinkan aku yang mengurus hal ini," ujar Sehun.
Lisa tidak menjawab, ia memilih utuk melanjutkan langkah namun lagi-lagi Sehun menahannya. "Kamu tahu antrian penerima donor sepanjang apa, please let me do something for your father! After all it's my fault too." Sehun memohon. Setidaknya ia ingin melakukan sesuatu untuk Ayah Lisa sebagai penebus rasa bersalahnya.
Lisa terdiam, mempertimbangkan usulan Sehun. Mengingat Sehun juga mempunyai andil besar dalam penyuplai organ bahkan sampai ke luar negeri akhirnya Lisa menyetujui, lagipula kondisi Ayahnya saat ini lebih penting dibandingkan dengan egonya yang terluka karena ibu Sehun.
Hari-hari berlalu, kondisi Ayah Lisa tidak mengalami kemajuan sama sekali. Lisa telah kembali bekerja. Sorn, Ibunya dan Bibi Jingga yang bergantian datang ke rumah sakit, bagaimana pun Lisa harus bekerja untuk melunasi hutang Ayahnya di bank, dan menguliahkan adiknya. Untungnya biaya perawatan Ayahnya ditanggung oleh sang kakak ipar setelah Lisa menjelaskan panjang lebar situasinya.
Lisa tak lagi dapat memberi uang kepada sang nenek seperti sebelum-sebelumnya, ia bahkan harus mengetatkan pengeluaran pribadinya seperti uang makan, pulsa internet, dan juga ongkos yang sudah menjadi kebutuhan primernya. Sebagai Sandwich Generation Lisa harus bisa mengelola pendapatannya sebaik mungkin.
Lisa dan Dimas masih merahasiakan mengenai hutang sang ayah dan juga penghentian sementara pembangunan Royal Raffles yang berefek pada usaha mereka. Dimas berusaha keras menjual furnitur yang sudah jadi kepada pengepul dan toko-toko di kota untuk menutupi cicilan mereka.
***
Sehun mendapat kabar dari dokter yang merawat Ayah Lisa bahwa Ayah Lisa harus segera dioperasi. Sudah satu minggu ini Sehun kesana kemari untuk mencari pendonor organ yang cocok dengan Ayah Lisa. Ia hampir saja membeli dari pasar gelap yang menjual jantung dari orang-orang yang masih hidup, namun ia tidak ingin membuat Lisa membencinya karena hal itu.
Kemarin ada pasien kecelakaan yang meninggal dunia dan keluarganya bersedia untuk mendonorkan organ sang pasien, sayangnya pasien itu tidak memiliki golongan darah yang sama dengan Ayah Lisa sehingga pasien lain yang lebih dulu dilakukan tranplantasi.
"Mari kita berharap untuk sebuah keajaiban," ujar dokter Ayah Lisa yang membuat Lisa sontak menitikan air mata.
Berharap, berdoa dan pasrah, hanya dua kata itu yang terucap dari bibir sang dokter untuk Lisa. Saat ini Ayah Lisa ibarat sedang berlomba dengan maut, entah ia masih bertahan hingga donor untuknya ditemukan atau tidak.
Lisa memejamkan mata dan menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Aku harus ngomong apa ke keluarga aku Hun?"
Sungguh, Sehun merasa gagal membantu Lisa saat ini. Melihat kekhawatiran dan juga kegelisahan yang menggelayuti wajah Lisa benar-benar memukul telak hatinya.
"Aku akan terus usaha Lis, sungguh. Aku pasti akan dapet donor jantung untuk Ayah kamu," janji Sehun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro