Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Medical Robin Hood - 5

Lisa sampai di rumah sakit dan menjalani shift malam. Rista dan Lucas masih setia mendampinginya malam ini. Jika dibandingkan hari biasa, rumah sakit terlihat lebih ramai dari biasanya. Banyak orang mondar-mandir datang ke IGD untuk melakukan pengobatan ringan dan pulang kembali pulang setelah menebus obat.

"Tumben, selain lagi pancaroba dan musim demam berdarah, IGD kita biasanya nggak sebanyak ini pasiennya." Lucas bertanya keheranan. Sejak tadi ia sudah bolak-balik memastikan ranjang pemeriksaan sudah kosong dan pasien berikutnya mendapat gilirannya.

"Apa ada hubungannya dengan kejadian kemarin ya?" tanya Rista pelan, ia melirik ke arah Lisa dengan hati-hati. "Rumah Sakit kita sampai masuk berita, dokter Lisa juga masuk artikel."

Lucas mengangkat bahu, memasang ekspresi tidak mengerti. "Mungkin aja sih, dari tadi juga pasien yang dateng pada ngelihat ke arah dokter Lisa terus."

"Padahal dalam satu hari pasti banyak kecelakaan yang terjadi, tapi kenapa sih berita Oh Sehun sampai jadi segininya?" Rista mengerang kesal.

"Karena dia orang kaya, makanya semua istimewa. Lihat aja berita Nia Ramadhani yang nggak bisa kupas salak, Dinda Hauw yang nggak bisa masak mie instan, semuanya viral kan? Coba gue yang nggak bisa kayak gitu, orang-orang nggak akan ada yang peduli, Ta. Kehidupan orang kaya emang lebih menarik sih buat diulik."

Rista mengangguk mengiyakan, kehidupan para orang kaya memang berada di luar nalarnya. Melihat bagaimana keluarga Oh Sehun membereskan kejadian semalam dalam kurun waktu beberapa jam benar-benar membuat ia benar-benar takjub. The power of money benar-benar nyata adanya. "Tapi nyangka nggak sih Cas kamu kalau laki-laki semalem itu dokter juga? attitude-nya bener-bener nol besar. Mana dia bakalan ikut jadi tenaga pembantu di sini lagi."

"Serius?! Ih! Males banget!" Lucas memekik, merasa malas jika harus berurusan dengan orang itu setiap harinya.

"Aku nggak sengaja curi dengar omongan Dokter Eko sama Dokter Hotman. Oh Sehun akan jadi tenaga bantu di rumah sakit ini."

"Kapan dia mulai bantu-bantu di sini?"

"Setelah pemulihannya selesai."

Pintu IGD terbuka, Oh Sehun masuk ke dalam ruangan hingga membuat semua orang terhenyak. 

"Lo bilang setelah pemulihannya selesai? terus sekarang?" Lucas terlihat kebingungan melihat Oh Sehun mengenakan jas putih kebesaran profesinya.

"Mana gue tau," jawab Rista sambil menaikkan bahu.

"Malam semua," sapa Oh Sehun dengan tengil sembari mengunyah permen karet, membuat Rista dan Lucas menggeram dalam hati.

Para pasien yang masih menunggu mulai kasak-kusuk, mereka bertanya-tanya mengenai kehadiran Oh Sehun di tempat ini. "Oh Sehun ya?" tanya salah seorang pasien.

Oh Sehun mengangguk. "Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Bukannya baru kecelakaan pagi ini?" tanya pasien itu penasaran. Luka-luka di tubuhnya memang terlihat sudah sedikit mengering, namun luka itu masih terlihat dengan jelas tercetak pada kulitnya.

Mendengar keributan di luar, Lisa yang sudah selesai memeriksa pasien terakhir pun keluar dari ruang pemeriksaan. "Ada ribut-ribut apa?" tanyanya.

Oh Sehun menghampiri Lisa, Lisa yang melihat lelaki pembuat onar itu mendekat memundurkan langkah hingga tertahan oleh tembok. Salah satu tangan Oh Sehun bertumpu pada tembok, mengurung Lisa di tempat, tangan yang lain ia masukkan ke dalam saku celana dan ia meniup permen karetnya hingga membentuk bola besar, hampir mengenai wajah Lisa.

"Selamat malam dokter, saya datang sebagai tenaga pembantu di rumah sakit ini. Salam kenal," ujar Oh Sehun dengan suara yang dibuat seseksi mungkin.

Lisa mendorong tubuh Sehun menjauh, menatapnya dengan kesal. Tak habis pikir dengan kelakuannya yang seperti ini.

"Selamat bergabung dengan rumah sakit ini," jawab Lisa mencoba seprofesional mungkin. 

"Di mana ruang istirahat dokter?" tanya Sehun.

"Lurus ke arah apotek, susuri lorong, sebelah kiri."

"Thank you so much!" ucap Oh Sehun sembari memeluk Lisa dan langsung melepaskannya lagi.

Rista dan Lucas sangat terkejut dengan perlakuan Oh Sehun. Melihat ketidaknyamanan di wajah Lisa keduanya tahu bahwa ini hanyalah sebuah awal yang menjengkelkan bagi mereka semua.

***

Pukul dua pagi keadaan IGD sudah menjadi lebih sepi, pasien sudah selesai tertangani dan tidak ada yang datang lagi, Lisa merenggangkan tubuhnya yang sangat pegal, dan mengecek sekitaran. Hanya tersisa satu pasien untuk diobservasi sambil menunggu hasil laboratorium.

"Sudah selesai dok?" tanya Rista.

Lisa mengangguk. "Pasien terakhir lagi nunggu suaminya tebus obat, habis itu mereka pulang."

"Btw, dokter gila itu ke mana? habis dateng kok nggak kelihatan lagi?" tanya Lucas penasaran.

Lisa melihat sekeliling, dan tak menemukan sosok Oh Sehun. Setelah menanyakan soal ruang istirahat dokter, Lisa tidak melihat batang hidungnya lagi. 

"Dok, dia beneran dokter?" tanya Rista yang mengundang senyuman di bibir cantik Lisa. "Tapi kok kayak nggak meyakinkan gitu ya? Beneran lulus kan dia?"

"Karena sepertinya sudah tidak ada pasien yang menunggu, saya ke ruang dokter ya. Jangan lupa paggil saya kalau ada sesuatu, jangan sungkan-sungkan, terutama untuk hal cukup urgent."

"Selamat beristirahat dokter Lisa."

***

Lorong rumah sakit tergolong sepi saat malam, tidak banya keluarga pasien ataupun perawat yang hilir mudik. Seperti yang dokte Eko bilang, rumah sakit ini memang sudah berada di ujung tanduk. Pemasukan rumah sakit bahkan tidak dapat memenuhi biaya pemeliharaan, perlahan manajemen rumah sakit mulai menekan biaya pemeliharaan itu, sehingga rumah sakit ini tak terawat seperti dulu lagi.

Persaingan antar rumah sakit yang ketat mulai dari fasilitas hingga penawaran harga yang lebih murah semakin mencekik keadaan. Royal Raffles adalah salah satu rumah sakit yang bertahan di dalam kondisi ini, bahkan semakin sukses. Mereka menambah jaringan di tempat lain hampir setiap tahunnya. Bisa dibilang mereka adalah raksasa yang menguasai bidang medis saat ini. 

Jika dulu Royal Raffles hanya terpaku pada pelayanan kelas atas dan untuk masyarakat ekonomi menengah ke atas, beberapa tahun terakhir rumah sakit itu juga mulai merangkul kalangan bawah juga dengan membuat cabang rumah sakit yang bekerja sama dengan asuransi milik pemerintah. Sejak saat itu mereka mendapat kesuksesan yang cemerlang.

Pintu ruang dokter terbuka, tepat saat Lisa baru saja membukanya. Oh Sehun dengan tampang bangun tidurnya menguap dengan lebar. "Udah habis kan pasiennya?"

Lisa mengangguk.

"Bagus kalau gitu, saatnya gue pergi." Oh Sehun menepuk pundak Lisa seperti atasan yang bangga dengan prestasi sang anak buah.

Lisa berdecak risih dan menyingkirkan tangan Oh Sehun dari pundaknya.

"Good job!"ungkap Sehun.

"Bisa keluar dari sini?" tanya Lisa ketus. Oh Sehun meminggirkan tubuhnya hingga Lisa bisa melewatinya dan masuk ke dalam kamar dokter.

"Ah, dari semua hal bobrok yang nempel di rumah sakit ini, ruang istirahat dokter yang ada cukup nyaman."

"Ruang istirahat ini hanya diperuntukkan untuk dokter perempuan yang berjaga malam," sela Lisa sebelum Oh Sehun berkomentar lebih jauh.

"Pantes rapi." Sehun mengangguk-anggukkan kepala.

"Jangan pernah pakai ruangan ini lagi untuk istirahat," ucap Lisa ketus. "Dan kalau cuma pengin petantang petenteng di sini tanpa mengobati pasien, kami tidak perlu tenaga pembantu."

Oh Sehun berdecih. "Lo yang buat gue terjebak di posisi sekarang dan lo juga yang protes tentang hal ini?"

"Asal lo tau gue nggak pernah minta lo untuk jadi tenaga pembantu di sini, lo bisa kirim orang lain!"

"Gue juga nggak akan sudi nginjek rumah sakit ini lagi kalau bukan karena suruhan bokap!"

Lisa kembali berdecak, sudah menduga munculnya Oh Sehun malam ini pasti campur tangan dari ayahnya,  bukan karena rasa tanggung jawabnya.

"Sampai kapan lo akan jadi tenaga pembantu di sini?"

"Tiga bulan, gue ditugaskan bantu jaga malam di IGD."

Batin Lisa menjerit histeris, tiga bulan full harus bertemu dengan manusia macam ini hanya akan membuat kantung kesabarannya menipis, habis dan terbakar hingga tak bersisa.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro