Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Medical Robin Hood - 36

Sehun mengantar Lisa pergi ke rumah sakit tempatnya bekerja, saat ingin pulang seorang laki-laki pertengahan empat puluhan menghampirinya. "Tuan Sehun?" sapa pria itu.

"Iya Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Pria itu terlihat ragu menjawab pertanyaannya, membuat Sehun kembali mengulang kalimatnya. "Ada yang bisa saya bantu Pak?"

"Saya dengar Tuan Sehun mencari pendonor organ?"

Tangan Sehun yang sedang membuka pintu mobil pun ia tarik kembali. Ia menatap pria dengan tubuh sehat di hadapannya dengan bingung. Apa yang membuat pria ini rela menjual organ tubuhnya meski dengan risiko menurunnya kualitas hidup dirinya di masa depan.

"Bapak ingin mendonorkan apa?" tanya Sehun kemudian.

"Apa pun, apa pun yang dapat menghasilkan uang."

Sorot mata putus asa pria di hadapannya membuat Sehun tertegun. Kemudian ia mengajak pria itu untuk pergi dari rumah sakit dan membawanya ke sebuah kafe untuk berbicang.

"Istri saya terlilit hutang pinjaman online untuk membuka usaha, sayangnya dia tertipu, jumlahnya sampai ratusan juta. Sekarang anak saya juga lagi sakit dan dirawat, butuh biaya perawatan yang tidak sedikit. Setiap harinya ada orang datang ke rumah kami untuk menagih, belum lagi hampir semua orang yang ada di kontak di ponsel kami dikirimi pesan mengenai pinjaman yang kami lakukan. Tempat saya bekerja baru saja terkena kebakaran hebat hingga kami saat ini dirumahkan, kabarnya perusahaan tidak mampu lagi membayar pesangon. Saya tidak tahu harus mencari uang ke mana lagi saat ini, sedangkan bunga pinjaman setiap harinya terus bertambah."

"Apa Bapak tahu risiko mendonorkan organ? Mungkin Bapak tidak bisa hidup seperti sekarang lagi, resiko terjadi komplikasi pun sangat besar," terang Sehun

"Saya akan melakukan apa pun untuk istri dan anak saya Tuan, saya mohon."

"Saya tidak sedang mencari donor organ saat ini," jawab Sehun. Ia sedang terfokus untuk mencari donor jantung untuk Ayah Lisa, tidak punya cukup waktu untuk mengabulkan permintaan pria di hadapannya.

"Tapi kabar yang saya dengar dari salah satu orang di rumah sakit Anda sedang mencari pendonor organ."

"Iya, memang, tapi saya sedang mencari donor jantung. Sampai saat itu selesai, saya tidak akan mengakomodasi dan memfasilitasi penjualan organ apa pun, kecuali jika Bapak tidak ingin bertemu dengan anak dan istri bapak lagi,"

Pasien di hadapannya termenung, membuat Sehun memejamkan mata dan menggeleng. "Saya tidak bermaksud berkata demikian, jangan sampai Bapak beranggapan saya menyuruh Bapak untuk melakukan sesuatu hal nekat yang berujung menghilangkan nyawa. Hanya saja saat ini saya memang sedang terfokus untuk mencari donor jantung, dan itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang masih hidup."

"Mohon pertimbangkan kembali niat Bapak untuk menjual organ," tutur Sehun. Ia kemudian mengeluarkan beberapa uang pecahan seratus ribu dan meletakannya di meja. "Saya mohon maaf harus menolak permintaan Bapak, ini ada sedikit uang dari saya untuk ongkos Bapak pulang. Mohon maaf saya tidak bisa mengantar."

Sehun terus menghubungi relasinya di rumah sakit dekat kota tempatnya tinggal. Apakah ada pasien kecelakaan atau mati otak yang bisa dijadikan pendonor jantung Ayah Lisa. Rasanya tidak etis mengharapkan sebuah musibah menimpa orang lain agar keajaiban datang untuknya dan keluarga Lisa. Tapi itulah kehidupan, segalanya saling berkesinambungan. Ada yang terlahir, ada yang meninggal, ada yang sembuh, ada yang sakit. Semua sudah ada jalannya masing-masing. Seperti yang Sehun katakana sebelumnya bahwa Kuasa Tuhan memiliki andil yang sangat besar di sini, yang Sehun bisa lakukan hanyalah berusaha.

Pintu kamar Sehun terbuka, menampilkan sosok Siwon yang melangkah masuk. Ia menutup pintu dan berdiri bersandar di sana dengan tangan bersidekap depan dada. Ini pertamakalinya Sehun melihat kembali sang ayah setelah pertengkaran hebatnya waktu itu.

"Can we talk?" tanya Siwon. Sehun tidak merespon yang Siwon anggap sebagai jawaban iya.

"Papa sejujurnya tidak pernah menuntut kamu untuk menjalani kehidupan seperti yang Papa jalani. Papa akui kehidupan Papa tidak ideal."

Sehun berdecih pelan. "Tidak pernah menuntut? Aku bahkan nggak punya kesempatan untuk memilih studiku karena embel-embel pewaris Royal Raffles yang semua orang gaungkan selama ini!"

"Papa melakukannya karena menghargai Mamamu," jelas Siwon. "Mama mu hanya ingin kehidupan kedua anak dan juga keturunannya terjamin."

"Cinta untuk orang seperti kita adalah hal yang mahal, Mama mu hanya khawatir kalau kamu mencintai orang yang salah, jadi ia memilih untuk mengenalkanmu dengan seseorang yang menurutnya layak."

"Papa berbicara seolah-olah peduli dengan Mama."

"Kalau tidak saling peduli tentu kami tidak akan bertahan sejauh ini."

Sehun tersenyum sinis. "Sungguh ironi kalimat indah yang keluar dari seseorang yang telah mengkhianati pernikahannya."

Siwon memejamkan mata. "Mama mu sudah mengetahui soal hal itu jauh sebelum kamu mengetahuinya Sehun."

"Berarti Mama cukup bodoh masih mau bertahan dengan Papa setelah semua yang terjadi."

"Hubungan pernikahan ini tidak hanya melibatkan kami berdua saja, ada kamu dan Seojong, juga keluarga besar kita, ditambah segala sektor bisnis yang mengalami persatuan dan pengembangan dari pernikahan ini. Kami cukup dewasa untuk tidak membuat bencana yang lebih besar."

"Lantas apa keuntungan pernikahan ini untuk Mama?"

"Keamanan dan kenyamanan yang belum tentu ia dapatkan saat menikahi orang lain atau berpisah dari Papa."

Suara ponsel yang bordering menginterupsi percakapan mereka. Siwon mengangkat panggilan yang masuk ke dalam ponselnya. Setelah bergumam dan berkata ya, kemudian ia menutup sambungan tersebut.

"Papa rasa kamu akan suka mendengar berita ini."

"Berita apa?"

"Ada sebuah kecelakan yang melibatkan dua pria, satu meninggal dunia di IGD. Pria sehat usia tiga puluhan, golongan darah A rhesus negatif."

Tanpa banyak bicara, Sehun segera berlari meninggalkan kamarnya untuk menuju rumah sakit. Dan lagi, sesampainya di rumah sakit Sehun harus menelan pil pahit. Ukuran jantung dan antibodi pasien ternyata tidak cocok untuk Ayah Lisa. Lisa yang mendengar selentingan kabar tersebut datang ke rumah sakit dan menemui Sehun yang terlihat kuyu dan tidak rapi.

"Maaf," ujar Sehun penuh penyesalan.

Lisa mengangguk. "Nggak perlu minta maaf, kita sama-sama tahu seperti apa sulitnya mencari donor yang pas bukan?" ujar Lisa menenangkan. Ia mengelus pundak Sehun yang kini tidak setegap biasanya.

Kabar Sehun yang sedang mencari organ terdengar semakin luas. Sehun bahkan mendapat pesan dari orang tidak dikenal bernama Kai yaitu menawarkan organ. Setelah ditelusuri, sang penawar tidak secara gamblang menjelaskan dari mana sumber organ tersebut, Sehun mencurigai jika sang penawar terlibat dalam perdagangan manusia, maka ia tidak mau menerima tawaran tersebut.

Bukan rahasia lagi jika beberapa oknum terkadang menawarkan pekerjaan kepada orang-orang kurang mampu dan menjebak mereka untuk ikut ke luar negeri, namun sesampainya di sana mereka bukan dipekerjakan, melainkan dibunuh untuk diambil organnya demi kepentingan pribadi sang penyuplai.

Sehun kembali mengantarkan Lisa ke rumah sakitnya dan bertemu kembali dengan pria yang menawarkan dirinya untuk menjadi pendonor organ saat itu. Sehun pun menyapanya, menanyakan keadaan pria itu dan kondisinya anaknya saat ini. Pria itu berkata kondisinya cukup baik, dan anaknya sudah diizinkan pulang setelah biayanya dilunasi oleh seseorang yang ia sebut sebagai calon bosnya.

Pria tersebut bercerita ada seorang laki-laki bernama Kai menawarkan pekerjaan di luar negeri. Saat menceritakan keadaan dirinya yang terlilit hutang dan keadaan anaknya yang sedang sakit calon bosnya bersedia membayar uang rumah sakit anaknya di muka. Sehun merasa curiga apakah Kai yang pria ini kenal adalah Kai yang menawarkan organ kepadanya, karena saat ditanya apa pekerjaan yang akan dilakukan pria di hadapannya terlihat kebingungan menjawab.

"Boleh saya tahu nomor telepon bos bapak? Mungkin sekiranya nanti kami dapat bekerja sama di masa depan." Sungguh Sehun ingin rasanya tak acuh dan pergi mengabaikan pria di hadapannya, namun tak bisa.

Pria itu memberikan ponselnya pada Sehun. Ponsel seri lama yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan, dengan daya baterai yang sangat kuat tidak di-charge selama beberapa hari. "Saya udah jual hape lama saya, jadi yang ada cuma ini sekarang."

Sehun mengangguk memaklumi, ia mencocokkan nomor yang ada di ponsel pria tersebut dan juga nomor yang menghubunginya, ternyata sama. Sehun menarik napas panjang, menatap miris pria di hadapannya. Hatinya bimbang harus memberitahu kenyataan pahit atau membiarkan pria tersebut tetap dengan angannya yang mungkin saja berakibat fatal.

"Jadi begini Pak," Sehun pada akhirnya memilih untuk jujur kepada pria tersebut.

Setelah mendengar penjelasan Sehun. Wajah pria di hadapannya menjadi sendu. "Saya harap Bapak lebih berhati-hati lagi ke depannya bila menerima tawaran-tawaran menggiurkan seperti itu. Permisi."

"Tunggu Tuan Sehun," ucap Bapak itu mencegah Sehun pergi.

"Jika saya ikut Bos Kai maka saya bisa dibunuh dan organ saya diperjualbelikan dan keluarga saya akan menderita di sini karena tidak mendapat apa pun. Saya lebih baik menjual jantung saya kepada Tuan Sehun dengan bayaran yang sepadan dan membuat anak istri saya tidak kesusahan lagi."

Sehun tercengang di tempatnya, apalagi saat melihat pria di hadapannya berlutut memohon di hadapannya. "Saya mohon Tuan."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro