Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Medical Robin Hood - 34

Lisa tak pernah menyangka kedatangannya ke kediaman Sehun menjadi awal mimpi buruk yang tak dapat ia definisikan betapa menakutkannya.

Sore hari sepulang kerja Lisa mendapati Omnya menungguinya di depan rumah sakit dengan ekspresi yang luar biasa gelisah, membuat perasaan Lisa mendadak menjadi tidak enak. "Ada apa Om?"

"Pembangunan Rumah Sakit Royal Raffles cabang terbaru dihentikan sementara sampai waktu yang tidak ditentukan, sedangkan di perjanjian proposal kami semua furnitur baru akan dibayar penuh setelah pembangunan selesai!" jelas Om Dimas dengan penuh kekalutan

"Dan masalahnya ada di mana?"

"Om dan Ayahmu sudah membeli bahan baku 100% dengan pinjaman bank, kami bahkan mempekerjakan karyawan Lisa. Kita juga nggak punya cukup tempat untuk menampung furnitur jadi dan juga bahan baku di saat yang bersamaan. Di rumah Dan bahan baku yang tidak cepat diproses mungkin akan dimakan rayap dan mengalami kerusakan jika disimpan terlalu lama. Kita bisa terlilit hutang besar!"

Mendadak Lisa menjadi risau. "Apa Sehun tahu hal ini?"

"Om nggak bisa menghubunginya sejak pagi."

Lisa lantas mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Sehun, namun seperti yang Omnya katakan, nomor Sehun tidak dapat dihubungi.

"Apa Ayah udah tau soal ini?"

Om Dimas menggeleng. "Om nggak mau Ayahmu syok."

"Kenapa bisa tiba-tiba begini?" tanya Lisa frustasi.

Lisa pulang ke rumahnya dengan perasaan gelisah, apalagi Sehun masih belum dihubungi juga sampai saat ini. Melihat sang ayah sedang meninjau para karyawan yang bekerja membuat dirinya merasa begitu miris. Lisa bimbang bagaimana harus memberitahu kenyataan pahit ini pada sang ayah. Keluarganya berada di ujung tanduk dan terancam pailit.

Sementara itu di sisi lain, Sehun sedang berdebat sengit dengan sang Mama setelah ia mengetahui sang Papa menunda proyek pembangunan rumah sakit cabang terbaru atas perintahnya.

"Mama kenapa seenaknya memutuskan hal itu? Mama tau berapa banyak orang yang dirugikan dengan keputusan sepihak Mama?!" ucap Sehun dengan nada tinggi.

"Jauhi perempuan itu Oh Sehun," tegas Mama Sehun penuh penekanan.

"Lisa nggak ada urusannya sama ini semua! Tolong hentikan semua kegilaan ini Ma!"

"Selama ini Mama membiarkan kamu berbuat sesukamu, keluyuran nggak jelas, nggak menyelesaikan studi kamu, nggak mengurus perusahaan, semuanya Mama biarkan!" balas sang Mama dengan nada tak kalah tinggi. "Namun untuk pasangan, Mama tidak akan membiarkan kamu untuk berbuat sesukamu," ucapnya dengan lebih pelan setelah mengontrol diri.

Sehun memejamkan mata, tangannya megepal erat mencoba menahan emosi yang memuncah. "Apa mau Mama?" tanyanya kemudian.

"Chungha anak baik-baik dan berasal dari keluarga terpandang, keluarganya punya beberapa resort yang ada di Bali, Lombok, Sumba, Labuan Bajo dan Batam. Prospek yang baik bila digabungkan dengan bisnis keluarga kita. Temui dia malam ini."

Sehun berdecih pelan. "Aku nggak mau!"

"Setidaknya Chungha sepadan sama kamu, dan bukan hanya mengincar harta."

Sooyoung menelusuri latar belakang Lisa dan keluarganya dalam satu malam, dari sana ia mendapat laporan bahwa keluarga Lisa terpilih untuk menjadi pemasok furniture dalam pembangunan rumah sakit Royal Raffles yang baru. Setelah menelusuri lebih jauh ia mengetahui bahwa Om Lisa menemui Sehun secara pribadi dan memintanya untuk memenangkan tender tersebut.

Sehun sontak menoleh ke arah sang ibu dengan tatapan nyalang. "Lisa bukan perempuan seperti itu!"

"Lantas apa yang dia cari dari kamu kalau bukan harta? Keluarganya bahkan memanfaatkan kedekatan kalian untuk memenangkan tender furnitur di rumah sakit cabang terbaru. Buka mata kamu Sehun!"

Sehun tidak memungkiri bahwa keputusan kemenangan Ayah Lisa di tender furnitur rumah sakit barunya merupakan salah satu nepotisme yang ia lakukan hanya demi mengambil perhatian Lisa lebih jauh, dan permintaan dari keluarga Lisa juga merupakan salah satu faktor penguat, namun Lisa sama sekali tidak ada kaitannya dengan itu semua.

"Itu nggak seperti yang Mama pikirkan!"

"Cukup Sehun. Lupakan gadis itu, dan temui Chungha malam ini."

Sehun meninggalkan ruangan, berniat untuk keluar dari keputusan gila yang telah ibunya buat. Namun sayang, ia tidak bisa melangkah lebih jauh dari pintu saat empat bodyguard berbadan besar menahannya untuk keluar rumah. Salah satunya bahkan menggeledah tubuh dan mengambil ponsel miliknya dan menyerahkannya pada Sooyoung.

"Kamu pikirkan baik-baik sebelum Mama bertindak lebih jauh Sehun."

"Ma!" Sehun memberontak dengan kesal, namun pergerakkannya dengan mudah dihentikan oleh para bodyguard.

Malam hari Sehun dipaksa untuk menghadiri pertemuannya bersama Chungha, ia diantar oleh seorang supir dan diikuti oleh beberapa bodyguard, ponsel miliknya pun belum juga dikembalikan oleh sang Mama hingga sepanjang perjalanan Sehun terus merutuk dalam hati.

Chungha berpenampilan manis dengan setelan dress berwarna coklat muda dan sapuan make up tipis. "Halo Kak," sapanya malu-malu begitu melihat Sehun.

Sehun yang sama sekali tidak tertarik malah mengabaikan Chungha yang sudah berpenampilan ekstra malam ini. Ia hanya mengangguk singkat dan langsung duduk di kursi sembari memasang ekspresi tak acuh.

"Apa kabar?" tanya Chungha sembari menyelipkan rambutnya ke telinga dengan salah tingkah.

"Baik," jawab Sehun mengangguk dingin.

"Kakak mau makan apa?" tanya Chungha sambil memberikan buku menu ke hadapan Sehun. Sehun mengambilnya dan hanya membolak-balik halaman menu dengan tidak tertarik.

"Lobster di sini enak loh Kak, kata Sejeong Kakak suka Lobster kan?" ujar Chungha sembari menunjukkan menu yang ia maksud. Kemudian ia menjelaskan cara pembuatan Lobster itu dengan ungkapan asing yang tidak Sehun mengerti.

Sehun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Pesen apa aja yang menurut lo enak deh," pungkasnya.

Chungha tersenyum lebar dan bersemangat memilihkan menu-menu untuknya dan Sehun. Sementara Sehun sibuk mengedarkan pandangannya ke sekitaran dan memastikan para bodyguard tidak masuk ke dalam restoran.

"Gue ke toilet dulu," ujar Sehun. Dalam perjalanannya ke toilet ia mengamati situasi dan juga pintu-pintu keluar.

Sekembalinya Sehun dari toilet, ia melontarkan pertanyaan pada Chungha. "Lo ke sini naik apa?"

"Mobil Kak,"

"Bawa sendiri?"

Chungha mengangguk dan terlihat kebingungan dengan pertanyaan Sehun.

"Gue pinjem mobilnya dong," pinta Sehun yang membuat Chungha termangu, namun tangannya secara reflek memberikan kunci mobil yang ia taruh di dalam tas.

"Thanks, pasti gue balikin." Sehun kemudian beranjak pergi dari sana lewat pintu belakang.

"Kak, makanannya gimana?" tanya Chungha dengan ekspresi sedih menahan tangis karena Sehun tiba-tiba meninggalkannya.

"Dimakan lo aja," sahut Sehun.

***

Lisa mendapati pintu kamarnya diketuk dengan sangat keras dan mendapati Om Dimas berada di depan kamarnya dengan ekspresi yang begitu kalut.

"Ada apa Om? Kok mukanya begitu?" tanya Lisa khawatir, tidak biasanya Om Dimas mengetuk pintu kamarnya seperti itu.

"Kepala pekerja datang dan meminta upah mereka," jelas Dimas.

"Apa masih ada sisa uang pinjaman dari bank?" tanya Lisa kemudian.

Dimas mengangguk. "Tapi jika Ayahmu menggunakan uang simpanan terakhir itu untuk membayar mereka, kita tidak akan punya cukup dana untuk membayar cicilan bank."

Kepala Lisa mendadak hening, situasi ini benar-benar di luar kendalinya. "Berapa banyak hutang Ayah ke Bank?"

"Dua milyar," jawab Dimas yang membuat lutut Lisa lemas. Dari mana Lisa harus mencari uang sebanyak itu.

"Kita harus kasih tau Ayahmu agar dia melakukan tindakan yang tepat Lis."

Lisa memejamkan mata, bingung untuk membuat keputusan. Ia yakin ayahnya akan syok berat setelah mendengar berita ini. Lisa masih tidak yakin karena penyakit darah tinggi ayahnya mungkin bisa saja kambuh.

"Lisa, kita harus cepat!" desak Dimas. "Terakhir periksa tensi Ayahmu cukup baik, jangan terlalu khawatir."

Lisa pun mengangguk, ia bersama dengan Dimas menuruni tangga dan menuju studio furniture mereka, di mana ada dua orang pekerja yang sedang bertamu dan berbincang dengan ayahnya.

"Yah, bisa bicara sebentar?" panggil Lisa gugup, sementara Dimas kini terlihat luar biasa gelisah.

Ayah Lisa pun pamit kepada dua karyawannya dan mengekori Lisa dan juga Dimas untuk menuju kamar. Wajahnya terlihat begitu keheranan, karena keanehan sikap mereka. "Ada apa?" tanyanya khawatir.

"Kita ke kamar dulu ya Yah?" balas Lisa selembut mungkin, ia tidak ingin sang Ayah cemas meski sepertinya usahanya tidak cukup berhasil

Dimas berdiri di depan pintu sementara Lisa mendudukkan sang ayah di ranjang. "Yah, Lisa sama Om Dimas mau jelasin sesuatu."

"Ada apa? Coba jelasin sama Ayah."

"Pembangunan Royal Raffles cabang baru dihentikan sementara sampai waktu yang tidak ditentukan Yah," jelas Lisa sebagai permulaan. Ayah Lisa termangu tidak mengerti ke arah mana penjelasan Lisa. Pada akhirnya Dimas mulai menjelaskan secara perlahan.

"Di perjanjian kemarin Royal Raffles baru akan membayar penuh kita setelah pembangunan selesai, yang berarti kita harus bertahan mengelola semua bahan baku mentah, barang setengah jadi dan barang jadi ini sampai batas waktu yang tidak ditentukan hanya dengan tiga puluh persen uang muka dari mereka."

Begitu mendengar kabar tersebut Ayah Lisa memegang bagian dada, lalu kemudian tidak sadarkan diri.

"Ayah!" teriak Lisa.

Pintu kamar mendadak terbuka, menampilkan sosok Sorn dan Sehun yang ada di depan pintu. Ada ratusan pertanyaan yang terlintas di benak Lisa untuk Sehun, namun ia urungkan karena kondisi ayahnya saat ini jauh lebih penting.

"Ayah!" teriak Sorn panik.

Lisa melakukan resusitasi jantung paru dan berteriak, "telepon ambulans!"

Sehun melihat ke arah ponsel milik Sorn yang ia lempar begitu saja ke ranjang begitu melihat keadaan sang ayah, dan berinisiatif mengambilnya langsung untuk menghubungi ambulans.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro