Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Medical Robin Hood - 20

Lisa berlari ke arah Sehun yang tergeletak di lorong. Wajah Sehun terlihat pucat pasi. Ia menggoyang tubuh Sehun dan menepuk pipinya namun sama sekali tak ada respon. Kemudian Lisa mengambil ponsel dari sakunya, dan menghubungi Lucas yang berada di IGD. "Lucas tolong ke lorong dekat parkiran, Sehun pingsan!"

Dua perawat laki-laki shift pagi menghampiri Lisa, sepertinya Lucas juga kehabisan energi untuk mengevakuasi Sehun ke tempat yang lebih baik. "Dibawa ke mana nih dok?" tanya mereka.

"Kamar perawatan yang kosong ada?"

"Sisa ruang VIP aja kayaknya dok," jawab salah satunya.

"Oke kalau gitu bawa langsung ke sana aja."

Lisa dibantu dua perawat itu memberikan penanganan pada Sehun. Ia memeriksa tanda vital, sementara perawat membantu memasang infus. Waktu terus berlalu, namun Sehun belum juga meraih kesadarannya hal itu membuat Lisa semakin resah.

Setelah mendengar rentetan kejadian semalam dari para perawat, begitu sampai rumah sakit dokter Eko langsung menjenguk Sehun di ruang perawatan. Di dalam ruangan tersebut masih ada Lisa yang tengah menunggui Sehun. "Loh Lis, kamu nggak pulang? Jam kerjamu kan udah selesai satu jam yang lalu," tanya dokter Eko yang terkejut menemukan Lisa di sana. Ia bahkan mengecek jam yang melingkar di tangannya beberapa kali untuk memastikan bahwa jam kerja Lisa memang telah habis.

Lisa menggeleng pelan. "Seenggaknya saya nunggu dia sadar dok,"

Alis dokter Eko tertaut, merasa heran dan penasaran dengan apa yang terjadi. "Bagaimana keadaan Sehun?"

"Masih tertidur pulas dok, sepertinya sangat kelelahan."

"Saya sudah dengar soal semalam, nggak hanya Sehun yang mati-matian buat kasih pelayanan maksimal, tapi kamu juga. Sudah saatnya kamu beristirahat juga," nasihat dokter Eko.

"Tapi kalau saya nggak ketiduran dan membiarkan Sehun mengerjakan sisa-sisa pekerjaan semalam sendirian semuanya nggak akan jadi seperti ini dok. Sehun pasti sehat-sehat aja."

Dokter Eko menepuk pundak Lisa pelan. "Sehun tahu betul kondisi yang harus dihadapi dan limit tubuhnya untuk bekerja Lisa, yang ia butuhkan saat ini hanya istirahat, kamu pun butuh istirahat. Kamu bisa menghubunginya saat Sehun sudah membaik nanti. Sekarang kamu lebih baik pulang dan beristirahat. Terima kasih untuk kerja keras kalian."

Lisa bergeming di tempat, perasaan bersalah menggelayutinya. Tubuhnya semalam benar-benar lelah semalam. Ia sedang tidak dalam kondisi fit, fisiknya dalam keadaan tidak maksimal untuk menghadapi keriuhan IGD seperti semalam jadi ia membiarkan Sehun menangani pasien lainnya dan beristirahat. Alih-alih pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik, hal itu malah membuat Sehun tumbang.

"Saya nggak bisa membiarkan kedua dokter andalan saya tumbang, kondisimu pun belum sehat benar. Tolong jaga kesehatan kamu Lisa." Dokter Eko begitu khawatir melihat keadaan Lisa yang terlihat kurang baik di hadapannya. Sorot mata yang sayu dan tubuh yang sedikit lunglai membuatnya cukup mengkhawatirkan dokter andalannya itu. "Saya akan suruh perawat untuk terus mengawasi Sehun kalau itu bisa membuat kamu merasa lebih tenang."

Akhirnya Lisa menyerah, ia memilih untuk meninggalkan Sehun di bawah pengawasan dokter Eko, dan meninggalkan ruang rawat VIP.

"Lisa?" Sebuah suara menyapa indera pendengaran Lisa saat ia melewati lorong.

Lisa menoleh, cukup terkejut mendapati sang kakak tengah berdiri di hadapannya. "Kak Sorn? Kok kakak di sini?"

"Tadi pas nyampe kakak langsung cari kamu, tapi kata perawat di depan kamu lagi nanganin temen kamu yang pingsan."

"Ah, iya. Sehun tumbang tadi."

Mata Sorn membola, terkejut dengan berita yang ia dengar. "Sehun? Dokter gila yang kamu ceritain itu?"

Lisa mengangguk. "Iya, dokter gila itu," jawabnya. "Kakak kenapa bisa ada di sini?"

"Sebenernya mobil kakak ikut jadi korban kecelakaan semalem. Kakak dibawa ke Royal Raffles cabang deket sini karena perlu pemeriksaan USG langsung untuk memastikan kondisi bayi Kakak."

"Hah? Kakak lagi hamil?!" tanya Lisa terkejut. "Terus gimana hasil pemeriksaannya?" tanyanya kemudian tanpa jeda.

Sorn mengangguk, membenarkan. "Bayi kakak baik-baik aja, benturan yang dialami mobil Kakak nggak sekencang kendaraan lainnya, mobil kakak paling belakang dari rentetan kecelakaan itu soalnya."

Lisa mendengkus lega. "Syukurlah, aku lega dengernya. Kenapa kakak nggak ngabarin kami kalau kakak lagi hamil lagi sih?"

"Mau kasih kejutan niatnya, makanya kakak dateng ke sini. Kakak juga nggak sadar kalau kakak hamil awalnya, saat kamu telepon kakak waktu itu kakak baru sadar kalau kakak udah telat datang bulan, tau lagi ada sedikit masalah di sini dan kakak juga punya kabar baik yang perlu dibagikan akhirnya kakak minta suami kakak untuk mampir ke rumah Ibu buat sampaikan kabar ini secara langsung."

"Terus Kakak ke sini kenapa? Mas Deka nggak kenapa-napa kan?"

"Nggak kok, Mas Deka nggak apa-apa, semalem dia nemenin kakak USG. Mertua kakak yang dirawat di sini."

"Oh ya? Semalem banyak banget pasien dari yang biasa sampai yang gawat banget, dan banyak juga dokter yang nanganin, aku sama sekali nggak tau kalau ada mertua kakak."

"Gapapa, mertua kakak juga cerita gimana ramainya korban kecelakaan semalem di sini."

"Mertua kakak gimana keadaannya sekarang? Baik-baik aja kan?"

Sorn mengangguk. "Semalem cuma kena serangan panik, punya riwayat asma dan lupa ambil inhaler di mobil, kondisi masih kacau banget untuk ambil inhaler di mobil karena takut ada percikan apai yang memicu kebakaran, jadinya dibawa ke sini untuk dikasih penanganan."

"Sekarang di mana mertua kakak? Biar aku liat."

"Ruang observasi IGD, udah stabil kata dokternya sih udah boleh pulang."

"Kalau begitu ayo, biar Lisa liat."

Lisa menyusuri lorong bersama Sorn, sepanjang perjalanan keduanya berbincang mengenai tekanan yang kerap kali diberikan oleh keluarga mereka. Lisa yang dulu merantau karena menuntut ilmu akhirnya merasakan beban yang Sorn rasakan saat ia belum dipinang oleh sang suami.

"Sekarang aku tau kenapa Kakak langsung mau aja pas Mas Deka ajak nikah."

"Kakak nikah sama Mas Deka bukan cuma gara-gara ngehindarin keluarga juga sih."

"Terus apa?"

"Kakak belum pernah nemuin seseorang yang ngerti Kakak dibanding Mas Deka, dan Kakak juga belum pernah ngerasa dicintai sebesar itu. Mas Deka selalu jadiin Kakak prioritasnya,"

"Pasti bahagia banget ya Kak punya pasangan kayak begitu?" timpal Lisa dengan nada penuh pengharapan.

"Loh? Emang Taehyung gimana?" tanya Sorn bingung, setahunya hubungan sang adik dan tunangannya kan lanca-lancar saja. Gosip miring yang sempat menimpa Lisa karena Oh Sehun pun sudah terlewati dengan baik.

"Mertua Kakak ada di bed mana?" Bukannya menjawab, Lisa malah mengalihkan pembicaraan.

Sorn menghela napas, mengetahui bahwa sang adik hanya mengalihkan atensinya dari topik pembicaraan. "Kita harus bicara lagi soal ini nanti Lisa," lanjutnya. "Mertua Kakak ada di bed kedua dari ujung sana."

Lisa menghampiri mertua Sorn, menyalaminya dan menanyakan keadaannya. Setelah memastikan tidak ada lagi keluhan yang dirasakan, Lisa mempersilakan mereka untuk pulang dan beristirahat di rumahnya.

"Kamu nggak ikut pulang toh Dek?" tanya suami Sorn heran, jam kerja Lisa telah berakhir dan Deka tahu itu. Namun tidak ada tanda-tanda dari adik iparnya untuk pulang bersama mereka.

"Mas Deka sama keluarga duluan aja pulangnya, Lisa hari ini kayaknya nggak pulang, mau istirahat di sini aja. Masih banyak pasien yang harus dipantau ketat."

Sorn hanya melayangkan senyum maklum, dan mengelus lembut lengan Deka sebagai pertanda untuk mengiyakan saja perkataan adiknya, jika itu sudah berkaitan dengan profesi Lisa mereka tak akan bisa bicara atau memaksa lebih jauh. Yang jelas sekarang Sorn memiliki banyak pertanyaan tentang kehidupan cinta adiknya bersama dengan Taehyung. Mungkin Nenek di rumah bisa memberikan ia sedikit petunjuk nanti.

Sebuah usapan lembut mendarat di bahu Lisa. "Kamu jaga kesehatan juga ya jangan terlalu forsir diri," nasihat Sorn.

Lisa mengangguk, melepaskan kepergian sang kakak dan keluarganya dengan senyuman menenangkan. "Sampai ketemu di rumah!"

Lisa mengeluarkan ponselnya, mengecek notifikasi pesan dari Taehyung yang sejak semalam diabaikannya untuk memberi kabar bahwa ia baik-baik saja dan agar Taehyung tidak merisaukannya. Beberapa panggilan tak terjawab membuat Lisa yakin bahwa Taehyung mengkhawatirkan dirinya.

"Lisa, lo sekarang tinggal di sini?" Lisa mengerutkan alis mendengar suara yang cukup familiar di telinganya. Horden hijau penyekat antara bed mertua kakaknya dan pasien sebelahnya kemudian terbuka, menampakkan sosok Laynard yang tangan dan kakinya terbalut verband.

"Laynard?! Kok lo ada di sini?"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro