Medical Robin Hood - 17
Akhirnya Lisa kembali ke rumah sakit setelah mengambil libur dua hari. Para perawat yang melihatnya telah kembali memberikan sambutan hangat.
"Wah, dokter Lisa akhirnya masuk lagi, saya kangen banget dok sama dokter," ujar Lucas.
Lisa terkekeh pelan. "Gimana semuanya? Lancar?"
"Lancar dong dok!" Rista menimpali. "Pasien membeludak sejak kamarin, ranjang perawatan penuh semua."
"Itu lancar versi dokter Eko," sahut Lucas. Semuanya serempak tertawa.
Sudah rahasia umum bahwasanya kabar paling menyenangkan dan definisi kelancaran rumah sakit bagi dokter Eko adalah saat banyak pasien yang datang dan ruang perawatan penuh terisi. Karena jika seperti itu, maka aliran dana untuk operasional rumah sakit akan semakin baik.
"Malam semua, kali ini gue bawa⸺" Kalimat Sehun terhenti saat melihat Lisa. "Loh? Lo udah masuk?"
Lisa hanya mengangguk singkat tanpa menoleh ke arah Sehun. "Kalau gitu saya ke ruang ganti dulu," pamit Lisa.
Suasana mendadak berubah menjadi canggung. Para perawat dapat merasakan atmosfer mencekam dari keduanya.
"Ternyata bukan captain America aja ya yang bisa civil war, di sini juga," celetuk Lucas. Rista menginjak kaki Lucas untuk menegurnya, dan mengisyaratkan untuk diam dengan hanya gerakan bibir tanpa suara.
"Karena udah ada Lisa, berarti malem ini gue bisa istirahat dengan tenang!" ujar Sehun sambil merenggangkan anggota tubuhnya.
"Dok, tapi semua kamar perawatan penuh malam ini." Rista memperingatkan, jika seperti itu tidak ada lagi tempat istirahat untuk Sehun.
"Nggak apa, masih ada mobil yang bisa dipake tidur."
"Nggak mau rujuk salah satu pasien aja dok kayak biasanya?" tanya Lucas yang membuat Sehun terbahak.
"Untuk hari ini gue nggak akan bertingkah."
"Cuma hari ini aja dok?" Rista memastikan.
"Ya, cuma hari ini," jawab Sehun.
***
Lisa kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa, memeriksa pasien, mengecek dan mengisi rekam medis dan juga memantau keadaan IGD yang cukup lengang malam ini. Oh Sehun sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya sejak tadi.
"Dua hari kemarin pasien kosong kayak gini juga?" tanya Lisa.
Lucas menggeleng, dilanjutkan dengan ekspresi yang luar biasa antusias. "Buanyak dok, buanyak! Baru hari ini aja agak sepi."
"Kok bisa kebetulan gitu? Pas saya nggak masuk malah pasien rame,"
"Dokter Sehun sampai ketiduran di ranjang pemeriksaan, menjelang subuh pasien baru berhenti dateng, ranjang IGD aja sampai penuh pasien yang harus diobservasi dok, kamar perawatan juga penuh," tambah Rista.
"Kalau begitu saya pilih hari yang tepat untuk nggak masuk," kelakar Lisa.
Lucas sontak tertawa. "Iya sih dok, tapi dokter Sehun beneran babak belur kemarin, salut deh lihat dia kasih performa terbaiknya, padahal awalnya saya ragu dia jaga di sini sendirian."
Melihat bagaimana Lucas menceritakan tentang Sehun, Lisa yakin ia sudah menaruh respek terhadapnya. Sangat berbanding terbalik saat keduanya pertama kali bertemu.
"Padahal kalau inget waktu pertama kali dia injekin kaki di rumah sakit ini, rasanya saya pengen saya injek mukanya juga dok!" tambahnya dengan gemas.
Rista mesem, memasang ekspresi meledek. "Itu mah karena dokter Sehun sering traktir dia aja akhir-akhir ini dok, makanya mujinya pol-polan."
Lucas mendelik, merasa tidak terima. "Enak aja, beneran ini gue jujur!"
"Objek yang kalian bicarakan mana? Dari tadi saya nggak lihat dia."
"Lagi tidur di mobilnya dok,"
***
Lisa menyusuri tempat parkir, tak sulit menemukan mobil mewah Sehun yang sangat mentereng di antara mobil-mobil lainnya yang terparkir. Dengan samar Lisa bisa melihat jas putih milik Sehun yang disampirkan di belakang kursi kemudi, sementara sosok Sehun tidak terlihat begitu jelas karena kaca yang gelap. Lisa pun mengetuk pelan jendela mobil Sehun beberapa kali, berusaha memanggil sang empu yang sedang terlelap dalam tidurnya.
Sehun yang cukup terkejut dengan kehadiran Lisa pun langsung keluar dari mobil dan menghampirinya sembari mengambil jas dokternya dengan terburu. "Ada apa? Pasien banyak? Lo nggak sanggup nanganin?"
Lisa hanya membisu di tempat.
Sehun mengunci pintu mobilnya, memakai jas dokter dan merapikannya dengan asal. "Ayo!" ajaknya sembari beranjak ke arah IGD.
"Nggak ada yang bilang banyak pasien malam ini, dan nggak ada yang bilang nggak sanggup menangani."
Langkah Sehun terhenti. "Maksud lo?" tanyanya tak mengerti. Pikirannya tidak fokus karena baru saja dibangunkan secara tiba-tiba dan gadis di hadapannya malah berbicara tidak jelas.
"IGD aman terkendali," jelas Lisa.
"Terus? Lo bangunin gue cuma untuk bilang 'katanya lo mau tidur' gitu?" sahut Sehun sedikit ketus.
"Gue nggak se-childish itu."
"Lantas, bisa lo jelaskan maksud lo apa Prapinya? Gue paling benci waktu tidur gue diganggu."
"Gue mau bicara soal tender furniture dan persyaratan yang lo ajukan untuk keluarga kami."
"Kenapa? Lo berubah pikiran?" tanya Sehun dengan senyuman mengolok.
Lisa terdiam, melenan ludah dengan gugup. Rasanya harga dirinya benar-benar terluka karena harus menjilat ludahnya sendiri untuk yang kedua kalinya. Yang pertama saat mengungkapkan hasil tes manipulasi milik Sehun ke publik demi hubungannya dengan Taehyung, dan sekarang demi keluarganya.
"Time is money, let's talk." Sehun tidak sabar menunggu penuturan Lisa.
"Gue akan ngomong sama dokter Eko, tapi gue nggak bisa menjanjikan hasilnya," ucap Lisa dengan susah payah.
Sehun tersenyum miring. "Gue juga nggak bisa menjanjikan hasil tender itu Prapinya."
Lisa tahu Sehun sedang mengejeknya sekarang, tetapi ia memilih untuk tidak terpancing. "Besok pagi gue akan bicara sama dokter Eko."
"Oke, kita lihat hasilnya gimana."
Selesai jam kerja, Lisa berniat untuk menemui dokter Eko untuk membicarakan perihal pemotongan masa pengabdian Sehun di rumah sakit mereka, sayangnya dokter Eko tidak ada di tempat karena harus menghadiri sebuah seminar sebagai narasumber.
Oh Sehun yang merasa masa pengabdiannya akan selesai dalam waktu dekat karena mengira Lisa telah membicarakan hal ini kepada dokter Eko akhirnya membuat sebuah perayaan. Bagian belakang rumah sakit disulap menjadi sebuah arena pesta, Sehun menyewa sebuah kedai barbeque ternama di kota untuk acara bakar-bakar. Hampir semua dokter, perawat dan staff diundang, namun hanya beberapa saja yang berkenan hadir, banyak yang lebih memilih untuk beristirahat dan menghabiskan waktu untuk bersama keluarga di rumah. Untuk rekan-rekan yang sedang bertugas jaga, Sehun bahkan sudah menyiapkan makan malam spesial untuk mereka, sehingga meski mereka tak dapat hadir, tapi mereka tetap dapat menikmati.
Lisa datang terlambat ke rumah sakit malam ini, sang kakak mengabarinya bahwa ia akan datang berkunjung. Kunjungan dadakan yang cukup mengejutkan Lisa dan keluarga karena tidak ada libur panjang atau acara khusus dalam waktu dekat. Lisa menduga ini ada kaitannya dengan komunikasinya dengan sang kakak beberapa waktu lalu. Tapi saat Lisa meneleponnya tadi, Sorn mengatakan bahwa ia hanya ingin berkunjung bersama dengan kedua mertuanya dan sang suami.
"Malam semua, maaf ya saya telat," tutur Lisa penuh penyesalan. Baru saja ia izin dua hari namun sekarang ia sudah lalai dan terlambat datang. "Gimana pasien malam ini?"
"Aman dok!" sahut Lucas sambil mengunyah steak di meja perawat.
"Wih, makanannya gaya banget nih Lucas, baru gajian ya?" ledek Lisa.
Lucas menggerakkan tangannya. "Enggak lah dok, abis gajian aja saya nggak berani makan beginian. Biasanya pagi, siang, sore indomie. Apalagi nanggung bulan begini," sahutnya.
"Bonus belum turun emang?" tanya Lisa sambil menaikkan alisnya, membuat Lucas tersipu malu.
"Ih, dokter tau aja bonus saya udah cair! Saya jadi malu!" sahutnya heboh.
"Dokter Lisa nggak mau ikutan gabung ke belakang?" tanya Rista.
Alis Lisa tertaut. "Di belakang emang ada apa?"
"Dokter Sehun ngadain party," bisik Rista. "Ikut yuk dok, sekalian saya mau ambil jatah makan saya, lihat makanan Lucas jadi ngiler deh. Dietnya besok aja deh."
Rista menggandeng Lisa dan menuntunnya untuk pergi ke bagian belakang rumah sakit. Lisa cukup terkejut saat mendapati perayaan yang dibuat oleh Sehun. "Lo ngapain?" desis Lisa begitu melihat Sehun di tengah keriuhan orang-orang yang sibuk memanggang daging dan sosis mereka.
Sehun meninggalkan rekan-rekan yang mengobrol dengannya dan menarik Lisa ke area yang lebih sepi. "Ya... anggep aja farewell party."
Lisa terheran padahal ia belum menginformasikan apa pun kepada dokter Eko dan bagaimana respon beliau mengenai hal itu. "Gue belum ngomong sama dokter Eko karena beliau seminar tadi. Jadi belum ada keputusan apa pun Hun."
"Udah jadi rahasia umum kalau dokter Eko bakal ngeiyain semua permintaan lo."
"Tapi kan⸺"
"Dokter Lisa!!" Sebuah teriakan mengagetkan Sehun dan juga Lisa. Dari kejauhan Lisa bisa melihat Lucas yang lari ke arahnya dengan kecepatan penuh.
"Lucas? Ada apa?"
Napas Lucas terengah, ekspresinya luar biasa panik. "Ada kecelakaan beruntun di pintu keluar tol dok!"
"Berapa mobil?" tanya Lisa sambil bergegas berlari ke IGD.
"Dua bus penuh penumpang, satu truk, dan beberapa mobil pribadi. Total belasan kendaraan dok."
"Parah?" tanya Sehun yang ikut mengekor di belakang.
"Banget dok,"
Sesampainya di IGD Lisa melihat banyak sekali korban kecelakaan tersebut. Dari luka ringan, patah tulang, bahkan sampai luka berat. Suara ambulans terdengar riuh dari kejauhan.
"Banyak pasien dengan luka berat yang masih harus dievakuasi di lokasi kejadian dok," terang Rista baru saja mematikan sambungan telepon.
"Berapa banyak pasien yang akan dibawa ke sini?" tanya Lisa memastikan.
"Sepertinya banyak dok,"
"Tangani pasien luka ringan yang kalian bisa ya," ucap Lisa.
"Pasien luka berat datang dok!" Lucas membuka dua pintu IGD lebar-lebar. Sebuah brankar diturunkan dari dalam ambulans, di atasnya terdapat seorang pasien laki-laki yang berlumuran darah.
Seorang petugas ambulans menghampiri Lisa. "Supir truk dok, badannya sempat terhimpit dengan bagian belakang bus."
Pasien terbatuk, mengeluarkan darah dari mulutnya. Pekikan histeris dari para korban luka ringan yang melihat kejadian tersebut menambah suasana IGD semakin mencekam.
"Lucas, bawa ke ruang tindakan!" titah Lisa. Lucas dan petugas ambulans dengan sigap membawa pasien tersebut dan memindahkannya ke ranjang tindakan.
Para dokter yang ikut dalam pesta perayaan Sehun tergopoh berlari menuju IGD, mereka kemudian membantu para korban kecelakaan yang berjumlah cukup banyak dengan cekatan.
Sehun termangu di tempat saat melihat situasi di hadapannya. Seumur hidup, ia tidak pernah berada mengalami kasus kegawatdaruratan sebesar ini. Darah dan isak tangis dari para penumpang yang syok membuat bulu kuduknya berdiri.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro