Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Medical Robin Hood - 13

Sesampai di rumah, Taehyung hanya menurunkan Lisa di depan. "Aku pergi kerja dulu," pamitnya kemudian. Lisa melepas kepergian Taehyung dengan senyuman paksa. Andai saja Taehyung memperhatikan lebih dalam, air mata mulai menggenang di mata Lisa.

Lisa menangis di kamarnya. Dadanya terasa sesak, ia merasa begitu sedih karena sikap Taehyung. Orang bilang jika menjelang pernikahan hubungan akan didera banyak ujian. Inikah ujian yang harus Lisa lewati?

Pintu kamar Lisa diketuk, suara nenek terdengar dari luar kamar. "Lisa, nenek masuk ya?"

Lisa teburu-buru mengusap air matanya dengan kasar, dan berpura-pura tertidur. Ia tidak berniat untuk membalas panggilan sang nenek. Jika neneknya bertanya apa yang telah terjadi, Lisa tidak yakin bisa menahan emosinya dan bersikap baik-baik saja. Yang ada sang nenek akan menyalahkan Taehyung dan membuat semuanya semakin runyam.

Pintu terbuka, Lisa merasakan sebuah usapan halus pada rambutnya dan selimut yang dibenarkan posisinya untuk menutupi bagian tubuhnya yang masih terbuka. "Istirahat yang nyenyak Sayang, kamu pasti lelah."

***

Malam ini ruang keluarga Lisa penuh, di sana semua anggota keluarga sedang berkumpul sambil menonton televisi sehabis merayakan ulang tahun nenek. Sayangnya Taehyung tidak dapat bergabung malam ini karena ia sudah memiliki janji dengan beberapa pasien.

"Taehyung ke mana? Kok nggak ikut kumpul di sini?" tanya Ayah Lisa.

"Taey bilang masih banyak pasien dia Pah, dia juga nitip salam buat nenek tadi, selamat ulang tahun katanya," jelas Lisa.

Ayah Lisa mengangguk-angguk, sementara nenek tidak merespon, sibuk menikmati camilan favoritnya, kuaci rasa caramel.

Televisi kini menayangkan iklan pembukaan rumah sakit Royal Raffles cabang terbaru, di kota yang tak jauh dari tempat mereka tinggal saat ini.

"Wah, gila, makin lebar itu sayap Royal Raffles," ujar ChenLe takjub.

"Gedungnya udah dalam proses pembangunan tuh," timpal Om Dimas. "Kemarin saya lewat sana udah mulai dibangun."

"Kemungkinan ini tender besar yang disebutkan sama Pak Yunho kemarin bukan?" tanya Ayah Lisa.

Om Dimas menepuk tangannya satu kali. "Bener banget Mas, Pak Yunho bilang soal rumah sakit ternama yang lagi buka cabang baru di kota sebelah, di tanah bekas mall kosong terbengkalai. Kok saya nggak kepikiran kalau yang dimaksud dia itu Royal Raffles ini ya?"

"Tender apa sih Yah?" tanya Ibu Lisa.

"Tender pengadaan furnitur di rumah sakit yang baru dibangun itu, ini tender besar karena ribuan furnitur yang mereka butuhkan."

"Kesempatan besar loh ini Mas, sampeyan nggak ikut tender ini?" tanya Om Dimas.

Ayah Lisa terdiam, terlihat bingung menjawab. "Proyeknya terlalu besar, sepertinya Pak Yunho punya orang dalem, dia terlihat percaya diri banget untuk dapat tender itu."

"Loh, kita juga punya orang dalem loh Om!" sahut Rose spontan, membuat mata seluruh anggota keluarga tertuju padanya.

"Jangan becanda kamu. Siapa emang orang dalemnya?" tegur Om Dimas.

"Kak Lisa kan satu rumah sakit sama anak yang punya Royal Raffles, pernah ketemu juga sama Pak Siwon. Apa nggak bisa disebut orang dalem itu?"

Lisa mempunyai firasat buruk saat ini, kini mata semua orang tertuju padanya. Spontan Lisa menatap Rose dengan tatapan tajam. Ia berniat untuk memotong uang saku Rose bulan ini kalau sampai ada ide aneh yang melibatkan Lisa terbersit oleh keluarganya mengenai tender ini.

***

Suasana IGD sedang sepi, jadi Lisa memutuskan untuk melakukan perputaran bangsal, ada satu pasien yang dokter Eko titipkan padanya untuk dipantau. Anak laki-laki berumur tujuh tahun yang terkena air panas di punggungnya, luka bakar yang ia derita cukup parah. Menurut keterangan beberapa perawat, ibu sang anak mempunyai usaha katering, dan menjalankan usahanya di garasi rumah. Sialnya sang anak yang berlarian masuk ke dalam rumah terpeleset hingga terjatuh, dan punggungnya menubruk panci penuh air panas untuk mengolah makanan.

Lisa harus terus memantau suhu pasien tersebut takut-takut terjadi infeksi, ia juga harus memastikan pengeluaran urin pasien cukup sebagai tanda pasien tersebut tidak kekurangan cairan. Sebetulnya para perawat sudah melaporkan keadaan pasien tersebut satu jam sebelumnya, namun Lisa ingin memastikannya dengan mata kepalanya sendiri mumpung keadaan IGD juga sedang tidak ramai.

Sementara di sisi lain Oh Sehun yang sedang tertidur pulas terganggu oleh suara rengekkan dan tangisan pasien yang Lisa tuju. Ibu pasien mencoba menenangkan anaknya dengan segala upaya, namun tak berhasil.

Suara tangisan semakin terdengar kencang di kamar kelas satu. Ranjang pertama diisi oleh pasien anak yang menderita luka bakar, sementara ranjang yang lain diisi oleh Sehun yang mulai meraih kesadarannya. Dengan sedikit jengkel, ia pun mendekati anak yang terus menangis itu. "Ada apa Bu?" tanyanya kemudian.

Sang ibu terkejut mendapati ternyata orang yang tidur di ranjang sebelah adalah seorang dokter.

"Anak saya nangis terus, kayak kesakitan dok," ujar si ibu sedih. Raut khawatir tercetak jelas di parasnya.

Sehun melihat kondisi sang anak yang dibaringkan miring, kasa di bagian punggungnya terlihat basah. Beberapa cairan bahkan terlihat merembes dan menimbulkan bercak kekuningan pada sprei.

"Tadi apa sudah dikasih obat Bu?" Sehun bertanya.

Sang ibu mengangguk, mengiyakan. "Tadi sore susternya sudah ke sini kasih obat,"

"Kasanya sudah terlalu basah Bu, apa Ibu punya stock kasa steril dari apotek? Biar saya yang ganti."

Ibu pasien membuka laci penyimpanan dan mengeluarkan kasa steril yang Sehun minta. Ia kemudian memakai sarung tangan dan perlahan melepas kasa di punggung anak tersebut. Ia membersihkan punggung pasien yang terdapat banyak cairan dengan telaten dan hati-hati, dan menggantinya dengan kasa yang baru hingga kini terlihat lebih baik, ia juga memberikan obat. Seorang perawat juga masuk ke dalam kamar perawatan untuk mengganti sprei setelah Sehun mengirimkan pesan. Meski sang pasien masih meringis, keadaannya sudah lebih baik.

Lisa memasuki ruangan dan terkejut saat melihat keadaan yang cukup ramai. Matanya tentu langsung tertuju pada Sehun yang sedang menyuruh perawat yang mendampinginya untuk pergi.

"Bagaimana keadaan Dika Bu?" tanya Lisa seramah mungkin. Dengan menyebut nama pasien biasanya keluarga maupun pasien akan menjadi lebih nyaman untuk berhadapan dengan dokter. Lisa mempelajari ini saat ia dirawat di rumah sakit dulu, saat sang dokter menyebutkan namanya ia merasa sang dokter itu sangat mempedulikannya meski dokter tersebut memiliki banyak pasien.

"Baik dok, tadi dibantu sama dokter ganteng ini," puji sang ibu sambil menunjuk Sehun dengan tangannya.

"Dibantu apa ya Bu?" tanya Lisa penasaran.

"Tadi dokter itu kasih suntikan, Dika nggak kesakitan lagi, udah anteng dan bisa tidur malah sekarang."

Lisa melemparkan senyum kepada sang ibu, dan langsung menoleh ke arah Sehun dengan ekspresi yang sangat terbalik. Mengetahui ke arah mana percakapan ini akan berakhir, Sehun memilih melangkah menjauh dan angkat kaki dari ruangan itu.

Melihat pergerakan Sehun, Lisa dengan sigap menahan lengannya. "Apa yang lo kasih?" tanyanya pelan.

"Cuma gue kasih obat anti nyeri," balas Sehun singkat, ia kemudian beranjak ke luar ruangan.

Belum jauh Sehun melangkah dari pintu, Lisa kembali menahan langkahnnya. Sehun berbalik menghadap Lisa dan berdecak. "Mau lo apa sih?"

Lisa menunjukkan sebuah ampul obat penenang berdosis rendah di tangannya. "Obat anti nyeri?"

Sehun memutar bola matanya, urusan ini akan menjadi panjang jika menyangkut Lisa. "Dia berisik, gue nggak bisa tidur. Lagian dia butuh istirahat juga!"

"Jangan kasih apa pun ke pasien dokter Eko yang dititipin ke gue!"

"Berhenti jadi drama queen Prapinya, pasien nggak kenapa-napa, sekarang malah bisa istirahat dan nggak kesakitan lagi!

"Jangan ikut campur sama kasus yang dokter Eko kasih buat gue!"

"Kalau lo mau gue berhenti ikut campur, bilang sama dokter Eko untuk mempercepat masa 'pengabdian' gue di sini. Atau setidaknya jangan taruh gue di shift malam! Gue nggak mau tidur gue terganggu!"

"Kami kekurangan tenaga pembantu di shift malam!"

"Kalau gitu berhenti komplain dengan segala sesuatu yang gue lakukan!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro