Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Untold Story

Gakushū mencari Akatsuki saat jam istirahat. Akatsuki entah kenapa semakin menjauhi Gakushū. Sampai Gakushū menemukan gadis itu sedang berlatih lagi di hutan bersama Karma.

"Kau sepertinya sudah agak tenang, Yuki," ujar Karma sambil melayangkan tendangan.

"Mm, begitulah," Akatsuki menghindari tendangan itu.

"Kenapa?" Karma akan melancarkan serangannya.

"Aku lelah, kurasa kami berakhir saja.."

Karma terdiam, "A-apa? Kau yakin?"

Akatsuki melemaskan bahunya, "Aku.. hanya masa lalunya. Cinta saat masa kecil itu memang tidak ada kan? Aku sadar, selama ini dia memang tidak mencintaiku. Aku saja yang terlalu egois."

"Hah?! Tidak bisa begitu, Yuki. Jadi apa artinya kau rela mengorbankan nyawamu untuknya?"

"Cinta tak perlu pamrih bukan? Lagipula, ini misiku. Sebagai Kapten tentu saja aku akan melakukan apapun demi kelancaran misi. Terserahnya mau tetap melanjutkan hubungan ini atau tidak, yang jelas jika misi ini sukses, setelah natal nanti aku akan mengakhiri ini.

Lagipula, Hakuei itu dulunya temanku, aku tidak ingin dia menjadi musuhku hanya karena memperebutkan satu laki-laki.

Aku juga akan fokus ke bisnis perusahaan kakek. Tidak akan mungkin dia yang memegang jika kami tidak menikah kan? Jika pun kami menikah, untuk apa jika dia hanya ingin memegang perusahaan?"

Karma mengacak rambutnya, "aaghh, terserahmu saja. Aku tidak ikutan masalah pribadimu. Tapi jika dia sampai membuatmu menangis lagi, aku akan benar-benar menghajarnya," Karma meninggalkan Akatsuki yang masih terpaku disana.

Gakushū tentu mendengar semua itu, dia ingin menghampiri Akatsuki, tapi Hakuei tiba-tiba memeluk dari belakang.

"Yo, Gakushū... Sedang apa?"

"Tidak ada. Hanya cari angin. Mau kembali ke gedung?"

"Boleh..." Hakuei menggenggam tangan Gakushū.

Pulang sekolah, Akatsuki berkutat dengan dokumen OSIS. Gakushū juga ada di ruangan itu. Hanya ada mereka berdua di ruangan Ketua OSIS.

"Aku minta maaf masalah kemarin," Gakushū tiba-tiba minta maaf.

"Tidak apa. Aku mengerti," Akatsuki hanya menjawabnya dingin.

"Kau masih marah?"

"Tidak."

"Jadi kenapa nadamu seperti itu?"

"Gakushū, aku lelah. Wajar jika nada bicaraku seperti ini."

"Kalau begitu istirahatlah. Akan ku kerjakan sendiri."

"Kau pikir aku lemah, tidak bisa mengerjakan hal ini?" Akatsuki merasa diremehkan.

"Bukan begitu—"

"Diamlah dan kerjakan saja punyamu. Jangan mengajakku berkelahi, aku bisa saja membunuhmu di tempat," Akatsuki menatapnya malas lalu kembali pada dokumennya.

Gakushū berdiri dan mendekatinya. Dia berdiri di belakang Akatsuki dan memeluknya. "Aku sungguh minta maaf. Aku hanya tidak suka kau melukai Hakuei."

"Tentu saja karna kau mencintainya," jawab Akatsuki ketus.

Gakushū meletakkan kepalanya di bahu Akatsuki. "Bukan begitu, Yuki. Aku tidak suka kau melukai orang lain karena cemburu. Ayahmu menitipkanmu padaku, dia memintaku mengawasimu agar kau tidak melukai orang lain selama misi ini.

Aku juga tidak pernah mencintai Hakuei. Dulu dialah yang mendekatiku, kau tahu kalau aku tidak ingin mengacaukan pelajaranku, karena itulah aku selalu mengacuhkannya dulu.

Aku minta maaf kalau sekarang kau cemburu. Tapi, Hakuei satu-satunya orang asing yang pernah sempat dekat denganku bahkan sampai pernah ke rumahku.

Aku hanya ingin mengawasinya karena dia adiknya Rikuto-nii. Aku takut kalau dialah yang ingin membunuhku dan ayahku. Hakuei itu... dia memiliki topeng yang sangat tebal, sulit untuk membukanya.

Satu hal yang kumengerti darinya, jika dia sudah serius, maka apapun bisa didapatkannya. Aku hanya takut, Yuki... Aku takut kau juga akan dilukainya...

Aku bersikap seperti itu karena Hakuei selalu mengawasiku dan ingin menjauhkanku darimu, aku hanya mengikuti alurnya untuk tahu rencananya... Maaf..." Gakushū membenamkan wajahnya di bahu Akatsuki.

Tanpa sadar Akatsuki menangis dan sedikit terisak. "Kau.. kenapa tidak bilang dari awal, Bakashuu!!"

Gakushū membalikkan kursi Akatsuki (kursi putar seperti yang ada di ruang guru kelas 3-E). "Hei... Jangan menangis begini.. nanti aku dihajar Karma lho..." Gakushū mengusap pelan pipi Akatsuki.

"Baka!! Kau tidak tahu betapa sakitnya melihat kalian berduaan..." Akatsuki memukul pelan dada Gakushū.

"Hei... Kau selalu melakukan apapun untuk melindungiku, aku juga ingin melindungimu, maaf jika caraku menyakitimu..." Gakushū masih mengusap pipi Akatsuki.

"Aku hampir saja membatalkan pertunangan kita, baka!!"

Gakushū sedikit menahan wajah Akatsuki dan menciumnya tepat di bibir. Awalnya hanya kecupan, tapi berakhir dengan french kiss. Akatsuki hanya diam dan membiarkan Gakushū melakukan hal itu.

Gakushū mengakhiri ciuman mereka karena membutuhkan pasokan oksigen. "Sudah lebih baik?" tanyanya.

"Baka.... Jangan melakukan hal yang menyakitiku lagi..."

"Kau juga.."

"Hah kapan aku menyakitimu?" Akatsuki menatapnya heran.

"Saat kau tiba-tiba menjauh bahkan menghilang tanpa kabar," Gakushū mengusap pipi Akatsuki yang memerah.

"Ya.. maaf saja... Lagipula kau tahu tugasku kan.."

"Iya aku tahu.. Ughh ya ampun kau ini... Senang sekali bersilat lidah ya... Tapi, kenapa tidak bergulat lidah saja?" goda Gakushū.

"He-hentai!! Kembali ke bangkumu sana!!"

"Kau ini manis sekali... Wajar saja kalau aku tidak bisa menahan diri kan?" Gakushū mencubit kedua pipi Akatsuki yang tembam.

"Jangan dicubit, nanti semakin gembung..." Akatsuki menjauhkan tangan Gakushū.

"Bukankah bagus? Aku jadi enak menciumnya setiap hari~~"

"Baka! Aho! Hentai! Kembali ke bangkumu dan kerjakan tugasmu..." Akatsuki langsung berbalik dan membenamkan pikirannya pada dokumen di depannya.

"Iya, iya... Oh, nanti aku ikut latihan ya.." pinta Gakushū.

"Hmm, baiklah... Tapi jangan salahkan aku jika kau menerima tatapan aneh dan cacian dari mereka."

"Hah? Mereka tahu masalah kita?"

"Iya. Akari itu teman curhatku juga. Dan dia membocorkan semuanya pada anak kelas 3-E."

"Hee... Tak kusangka Yukimura-san seperti itu.."












To be Continued

02 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro