Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Titik Terang

Akatsuki masih tinggal di rumah Subaru, agensi Subaru adalah agensi tempat Akatsuki dulu bekerja, ketua agensinya juga menerima Akatsuki dengan senang hati karena Akatsuki lah yang dulu menaikkan nama agensi itu dengan bakatnya.

"Yuki, kau sudah minum susu?" Subaru meletakkan buah-buahan yang sudah dikupasnya ke depan Akatsuki.

"Oh, belum... Akan kubuat..." Akatsuki berdiri dan dibantu berjalan oleh Subaru karena usia kandungannya yang sudah enam bulan.

"Seharusnya kau duduk saja, biar aku yang buatkan..." Subaru memeluk (?) Akatsuki dari samping agar wanita itu tidak terjatuh.

"Buatanmu tidak enak... terlalu hambar..." protes Akatsuki.

"Maaf... Aku tidak terbiasa membuat susu seperti itu, tapi kalau meracik kopi aku ahlinya," Subaru menyombongkan bakatnya.

"Iya, iya... Itu karena dulunya kau bekerja di cafe keluargamu. Bagaimana kabar yang lainnya?" Akatsuki menuangkan air panas di gelasnya.

"Abang-abangku baik-baik saja, Shu-nii bahkan naik pangkat, dia yang sekarang memimpin divisi, Reiji-nii akan punya anak, Kanato-nii dan Laito-nii berencana untuk menikah, Ayato-nii masih playboy seperti biasa. Oh dan natal nanti kami akan kumpul di cafe, kau mau ikut?" Subaru membantu Akatsuki kembali ke ruang tamu.

"Mau sih, tapi kan... Saat natal nanti usia kandunganku tujuh bulan, sulit untuk bepergian.." Akatsuki nampak sedih.

"Baiklah, mungkin lain kali saja... Natal nanti kau akan ke rumah Jenderal?" tanya Subaru.

"Sepertinya begitu, kuharap semua berjalan dengan baik..." Akatsuki menghela napas lelah.

"Tidak bisakah si Asano itu kubunuh?" Subaru menawarkan apa yang sangat ingin dilakukannya.

"Entahlah... Rasanya ada yang aneh dengan sikapnya. Kalau memang dia mau pisah, sudah tentu pengacaranya datang kesini, kau juga sudah memberi alamat rumah ini padanya 'kan? Shuu bukanlah orang yang suka menunda-nunda. Aku sudah pergi dari rumah sejak enam bulan lalu, jadi tidak mungkin kalau pengadilan yang lama. Kau juga sudah melihat sekretaris Shuu 'kan? Gadis itu seperti sengaja sekali menjauhkanku dan Shuu, tapi sikapnya itu terlalu over acting. Jika Shuu memang tidak mencintaiku lagi, sudah pasti dia langsung mengatakan itu pada orangtuanya dan ayahku. Ughh, entahlah agak sulit berpikir rasional saat keadaanku seperti ini, yang ada aku malah akan terlalu terbebani..." Akatsuki menyesap susunya.

Akatsuki lalu mengambil potongan apel, "Kau suka sekali yang mengupas apel menjadi bentuk kelinci..." Akatsuki tertawa kecil melihat bentuk potongan apel itu.

"Bukankah imut?" Subaru ikut tertawa kecil.

"Jangan membuat seperti ini, aku kan jadi tak tega memakannya..." Akatsuki sedikit merajuk.

"Karena bentuknya imut jadi kau tertarik memakannya..." Subaru mencubit pipi Akatsuki yang semakin tembam karena hamil.

"Aku bukan anak kecil, tidak perlu membujukku makan buah..." Akatsuki memakan potongan apel itu.

Jika saja Subaru tidak mengingat kalau Akatsuki masih bersuami, dia pasti sudah 'menyerang' wanita ruby itu.

Di tempat lain......

"Begitulah... Kau mau mengakui kejahatanmu atau kau mau aku memakai cara kasar? Aku tidak peduli kau ini perempuan, bagiku jika memang salah maka aku akan berlaku adil pada laki-laki dan perempuan," lelaki itu sudah memegang pisau membunuh di tangan kanannya.

"Ku-kumohon... Ampuni aku... Aku hanya mengikuti rencana mereka..." gadis di depannya menangis ketakutan.

"Kau tahu? Masih banyak orang baik di luar sana yang ingin menjadi sekretarisku. Aku bahkan ingat ada teman dari adik iparku yang sangat cocok menjadi sekretaris. Nah, katakan siapa saja yang memiliki sangkut paut dengan rencana bosmu," lelaki itu mendekatkan pisaunya ke pipi sang gadis.

"Ti-tidak banyak yang ikut... Ku-kumohon jika a-aku mengatakannya kau me-membebaskanku..." mohon gadis itu.

"Baiklah, akan kudengarkan..." sang lelaki menjauhkan pisaunya dan menatap gadis itu dengan tatapan mengintimidasi.

Gadis itu menarik napasnya pelan, "Pak Dirut dan ayahnya adalah dalangnya, di-dia tak terima Anda yang menjadi CEO disini. Ta-tapi sepupunya yang lain ti-tidak ikut campur. Ha-hanya pak Dirut dan aku saja yang mengotak-atik saham perusahaan. Ku-kumohon bebaskan aku..." gadis itu menangis tersedu-sedu.

"Pak detektif, Anda sudah mendengarnya 'kan? Silahkan tangkap Direktur Utama AG Co dan sekretarisku ini..." lelaki itu sedikit menyentuh telinganya.

Tak lama kemudian beberapa petugas polisi masuk ke kantornya dan memborgol gadis itu. Di depan perusahaannya sudah ada beberapa mobil polisi dan wartawan. Lelaki itu melihat ke bawah dari kantornya yang berdinding kaca itu, Direktur Utama dan sekretarisnya dimasukkan ke dalam mobil polisi dengan keadaan di borgol.

Setelah mobil polisi pergi, lelaki itu turun untuk menemui wartawan.

"Pak jadi selama delapan bulan ini saham perusahaan Anda menurun karena adanya sabotase dari sekretaris dan Dirut perusahaan Anda?" tanya salah satu wartawan.

"Ya itu benar. Sebenarnya ini adalah masalah pribadi keluarga istri saya. Seperti yang publik tahu kalau perusahaan ini dulunya dipimpin oleh ayah dari Dirut-ku dan mengalami kebangkrutan. Dan sebelumnya dipimpin oleh kakek istri saya. Masalah seperti ini memang umum terjadi dalam perebutan harta warisan," jawab lelaki itu dengan berwibawa.

"Kenapa Anda mengganti nama perusahaan ini?" tanya salah satu wartawan.

"Karena saya membeli perusahaan ini dari Bank. Itu artinya perusahaan ini sudah bukan perusahaan dari keturunan Kuriyama. AG bisa diartikan dua hal, Asano Gakuho yang merupakan nama ayahku dan Asano Gakushu  yang merupakan namaku," jawabnya lagi.

"Tapi akhir-akhir ini kami melihat istri Anda kembali ke dunia entertainment, apa Anda dan istri Anda ada masalah rumah tangga?" wartawan itu benar-benar membuat Gakushu kehilangan kesabaran.

"Itu masalah pribadi. Yang jelas, saya hanya ingin yang terbaik untuk keluarga saya. Jika sudah tidak ada pertanyaan lagi, saya permisi," lelaki itu a.k.a Gakushu memasuki perusahaannya.

"Ugghh, satu masalah selesai. Tinggal menemui Yuki lalu menormalkan saham. Jika tahu begini aku tidak akan menerima sepupu Yuki untuk bergabung... Dasar menyusahkan saja, masih untung kuberi jabatan Dirut..." gumam Gakushu sepanjang perjalanan ke kantornya.

Gakushu melihat laporan saham perusahaan, "Arrgghh bisa-bisa aku tidak pulang jika begini... Bagaimana bisa 10 juta yen menghilang begitu saja?!" Gakushu mengacak rambutnya kasar.

Lalu bendahara perusahaan masuk ke ruangannya, "Ini perhitungan yang sebenarnya Pak," bendahara itu memberikan laporan yang telah dihitungnya ulang.

"Semua sudah kau hitung ulang 'kan?" Gakushu memastikan.

"Sudah Pak. 10 juta yen memang menghilang," bendahara itu menjawab dengan sedikit takut.

"Hmm, terimakasih, kau boleh kembali ke ruanganmu," Gakushu menyandarkan kepalanya ke sandaran kursinya.

"10 juta yen...." gumam Gakushu sambil mengingat kemana saja Dirut-nya pergi.

"Ritsu-san..." Gakushu membuka HP-nya. Lalu Ritsu muncul.

"Ada yang perlu kubantu?" tanya Ritsu dengan ramah.

"Ya. Pertama bisakah aku meminta laporan kesehatan Yuki bulan ini?" Gakushu menatap Ritsu.

"Oke... Bulan ini tidak ada yang salah dengan kesehatan Akatsuki, dia dan kandungannya sehat. Dan...." Ritsu nampak terkejut.

"Ada apa Ritsu-san??" Gakushu sedikit panik dengan reaksi Ritsu.

"Aaaa, apa ini.... Bayi kalian kembar!!!" Ritsu nampak sangat senang. "Bayi kalian kembar dan hasil pemeriksaan dokter mereka kembar beda gender. Sama seperti Akatsuki dan Karma. Selamat ya Asano-kun..." Ritsu nampak sangat gembira.

Gakushu menghela napas dan tersenyum, "kembar ya... Ritsu-san, bisa aku minta bantuanmu?"

Ritsu yang berputar senang berhenti dan menatap Gakushu, "Ya, apa itu?"

"Tolong bantu aku mencari tahu kemana hilangnya 10 juta yen saham perusahaanku, jika meminta bantuan polisi belum tentu polisi itu jujur. Tolong ya, Ritsu-san..." Gakushu melihat Ritsu yang sedikit berpikir.

"Perusahaanmu itu AG Co 'kan? Oke, akan kubantu... Tapi sepertinya akan lama karena kasusmu itu dimulai dari delapan bulan lalu. Akan kuberitahu perkembangannya. Jaa..." Ritsu lalu menghilang.

'Jadi... Setelah apa yang kulakukan, apa Yuki mau kembali ya?' batin Gakushu.

"Aarrgghh, pulang ke rumah juga percuma..." Gakushu mengacak rambutnya gusar.

Saat tengah malam, Gakushu pulang ke rumah orangtuanya, masalah enam bulan ini memang sudah diketahui orangtuanya, mereka juga mengerti alasan perbuatan Gakushu. Gakushu langsung ke kamarnya dulu dan tertidur.


















To be Continued

28 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro