Tenang?
Mereka melihat Akatsuki yang terlihat sangat marah, dia bahkan langsung memerintahkan Sakamaki bersaudara itu.
"Hei tenanglah, lagipula Gakuhou-ji-san itu orang yang kuat.." Karma mencoba menenangkan kakaknya.
"Tenang? Bagaimana aku bisa tenang jika dia sudah ikut menargetkanmu dan Shuu?" Akatsuki memegang kuat gelasnya yang sudah kosong dan akhirnya gelas itu pecah dan ikut melukai tangan kanannya.
Mereka terkejut dengan apa yang baru terjadi, gadis berambut merah itu memiliki tenaga di atas rata-rata, terutama jika sudah marah.
Kanato yang melihat itu langsung mengambil kotak P3K dan memberinya pada Gakushū.
"Arigatou, Kanato-san."--Gakushū
Kanato langsung pergi untuk mengurus data yang diminta Akatsuki.
"Hei, kau boleh marah, tapi kau juga tidak boleh ceroboh, semakin kau tidak fokus maka kau akan semakin kehilangan," Gakushū membersihkan luka di tangan kanan Akatsuki.
"Diamlah," Akatsuki nampak tak peduli.
"Aku serius..." Gakushū menatapnya intens. Akatsuki balas menatapnya.
"Kau itu tidak tahu apa-apa, Shuu!"
"Memang, itu karna kau yang selalu memendamnya sendiri. Karma bahkan tidak tahu tentang penelitian ibumu.
Aku tahu banyak orang yang membenci kami. Tapi aku juga tahu, mereka yang membenci kami sama sekali tidak tahu apa yang telah kami alami. Jika disalahkan, itu bukan hanya salah ayahku, itu bukan hanya salahku. Suatu sebab akibat muncul karena ada interaksi dari dua sumber atau lebih.
Ayahku seperti itu karna Ikeda-san meninggal, aku begini karna tuntutan ayahku. Jika ada yang membenci kami, itu juga karna rantai takdir itu sendiri.
Lagipula aku sudah terbiasa untuk dibenci, aku sudah terbiasa untuk dimusuhi, dan baru-baru ini aku sudah terbiasa dengan beberapa orang yang mencoba membunuhku, salah satunya Takaoka itu.
Jika kau berpikir kami tidak bisa melindungi diri kami, kau salah. Jika kau berpikir aku tidak bisa memakai senjata, kau salah.
Tidak pernah terlihat bukan berarti tidak ada. Seperti itulah kemampuan bukan? Fokus saja pada misimu," Gakushū memberikan nasihat panjang selama mengobati luka di tangan Akatsuki.
Akatsuki terdiam cukup lama, begitu pula dengan yang lain, mereka tidak tahu kehidupan berat seorang Asano Gakushū.
"Orang yang menggunakan cara yang buruk bukan berarti dia orang yang jahat. Dia hanya berusaha mencari jalan keluar sebaik-baiknya," Gakushū mengelus kepala Akatsuki.
"Ayo kembali ke penginapan, untuk selanjutnya kau bahas bersama Karasuma-sensei," Gakushū menghampiri Subaru dan membayar semua pesanan mereka.
Mereka semua pamit pada Sakamaki bersaudara itu. Akatsuki rasanya mati rasa, ditambah nyeri di punggungnya terasa lagi, membuatnya enggan untuk berjalan.
Gakushū tersenyum pada Akatsuki dan merendahkan tubuhnya, sedikit menjongkok di depan Akatsuki.
"Apa?"--Akatsuki
"Kau kesulitan berjalan, atau kau mau ku gendong ala bridal style??"--Gakushū
"Tck, jangan menggodaku saat aku badmood," Akatsuki naik ke punggung Gakushū.
"Kau harus banyak makan, badanmu ringan sekali," Gakushū sedikit melirik Akatsuki.
"Hee, lihatlah mereka ini, serasa dunia milik berdua~~" Karma kembali ke sisi jahilnya.
"Yuki, aku tahu kau sudah tidak jomblo lagi, tapi bisakah kau menghargai jomblo lainnya?" Kayano ikut-ikutan.
"Urusai, Akari-chan.... kalau kau mau minta gendong saja pada Nagisa..." Akatsuki balas menggodanya.
Blusshh.... Wajah Kayano memerah.
"Ti-tidak, bu-bukan begitu.. YUKI!!" Kayano mulai mengelak.
"Kau itu mudah ditebak sih, Kayano-chan," Kataoka ikut memojokkan Kayano.
"Lucunya membayangkan Nagisa-kun dan Kayano-chan seperti itu," Kanzaki tertawa pelan.
Kali ini Nagisa ikut memerah.
"Tinggi mereka hampir sama sih..." Sugino menepuk kepala Nagisa pelan.
"Kalian ini hanya iri saja..." Isogai berusaha menengahi. Tapi malah dihadiahi death glare oleh Nagisa.
Akatsuki menyandarkan kepalanya di tengkuk Gakushū. Aroma oriental dari parfum lelaki itu memang kesukaannya.
Gakushū hanya tersenyum merasakan nafas gadis itu di tengkuknya. Setidaknya dia berhasil menenangkan gadis yang dicintainya itu.
To be Continued
19 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro