Masa Lalu Keluarga Asano
"Sudah kukatakan untuk bersabar~~ Lagipula, kalau terburu-buru nanti bisa terjatuh lho~~" Akatsuki masih melihat Karasuma dengan kameranya.
"Hmm, bagaimana kalau kita mendengar sejarah kelas ini~~" Akatsuki merangkul tangan Gakushū.
"Apapun yang kau pikirkan, aku menolaknya," Gakushū langsung menolak tanpa mendengar Akatsuki.
"He~~ padahal waktu kecil kau sering membawaku main kesini~~" Akatsuki menusuk pipi Gakushū dengan telunjuknya.
"Apa yang kau mau, Yuki?" Gakushū menyerah.
"Sejarah kelas ini~~" Akatsuki tersenyum dengan manis.
"Maksudmu bangunan ini?" Gakushū menjauhkan wajah Akatsuki dengan telunjuknya mendorong kening Akatsuki.
"Lagipula itu tidak ada hubungannya dengan tugas ini..." Gakushū nampak acuh.
"Kau yakin~~ Tapi kurasa mereka juga ingin tahu kenapa ada bangunan di tengah hutan begini~~" Akatsuki masih membujuknya.
Gakushū melihat semua anak kelas 3-E itu seperti menanti ceritanya.
"Ugh, baiklah. Tapi beberapa bagiannya mungkin terdengar seperti aku menyombongkan ayahku," ujar Gakushū.
"Hahaha... Kalian kan memang begitu~~ Jika ayahmu berbicara tentangmu bahkan bisa membuatku bosan karena banyak sekali yang diceritakannya... Kau juga begitu... Persaingan kalian hanyalah omong kosong tahu..." Akatsuki tertawa dengan keras sampai Gakushū menutup mulutnya.
"Aku tahu! Diamlah Yuki!" Gakushū heran dengan tingkah tunangannya itu.
Semua anak kelas 3-E bersweatdrop ria mendengar penuturan Akatsuki. Akatsuki lalu berhenti tertawa.
"Jadi, apa penting kami mendengarnya?" Terasaka masih belum bisa berdamai dengan Gakushū.
"Mm, mungkin iya dan mungkin tidak. Sepertinya aku sudah pernah mengatakan kalau suatu akibat terjadi karena adanya satu atau lebih penyebab. Begitu pula sebaliknya, suatu penyebab akan mengakibatkan terjadinya satu atau lebih akibat. Dalam hal ini... sejarah bangunan ini yang menjadikan ayahku dan aku seperti ini, begitu pula dengan dendam murid kelas 3-E sebelum kalian, mungkin juga kalian masih dendam..." Gakushū dengan santai menjawab Terasaka.
"Dan musuh yang kita hadapi..." ujar Akatsuki dan Gakushū bersamaan.
"Nah... Akan kuceritakan secara singkat, aku mendengar cerita ini dari ibuku dan ayah mereka. Ayahku orang yang sangat menuntut dalam hal pendidikan, dia bahkan sampai kuliah di Oxford University. Dia memulai bisnis kecil dengan berinvestasi. Lalu menikah dengan ibuku.
Beberapa hari setelah aku lahir, ayahku membeli bangunan dan gunung ini. Dia membuat sebuah les privat disini, tujuan utamanya adalah dia ingin agar aku sesekali menghirup udara segar. Tujuan dalam pendidikannya adalah agar bisa membuat tempat belajar yang nyaman dengan udara yang bersih, dengan begitu akan lebih memudahkan untuk berkonsentrasi.
Tiga murid pertamanya adalah Nagai-san, Mori-san, dan Rikuto-nii, mereka bertiga adalah siswa kelas 5 SD. Ayahku sering membawaku kesini padahal usiaku belum genap satu tahun, tentu saja mereka sering bermain denganku setelah belajar.
Rikuto-nii adalah yang paling dekat dengan ayahku, dia sering menantang ayahku. Sama seperti Koro-sensei yang membuat taruhan jika kalian berhasil mengalahkan kami saat ujian semester 1 kalian boleh menghancurkan tentakelnya, ayahku sering bertaruh dengan Rikuto-nii jika dia berhasil mengalahkan ayahku maka dia boleh membolos.
Bagi ayahku, menjadi sempurna saja tidak cukup jika tidak bisa mengembangkan bakat muridnya. Idealisme mengajarnya dulu adalah menyediakan tempat belajar tanpa gangguan untuk mengembangkan bakat muridnya. Ayahku ingin membesarkan mereka agar bisa membaur dengan masyarakat dan menunjukkan bakat mereka pada dunia. Ayahku ingin agar mereka bertiga menjadi 'baik' dalam bidang mereka masing-masing.
Ayahku bahkan mengerahkan kemampuannya untuk membuat pelajaran yang terbaik dan dengan kasih sayang. Itulah yang dia lakukan selama setahun.
Jika kalian ingat penjepit dasi ayahku, itu adalah pemberian mereka. Mereka bertiga lulus ke SMP yang mereka inginkan. Lalu tempat ini semakin ramai dan aku jarang dibawa ayahku ke sini.
Rikuto-nii sesekali datang ke rumah untuk latihan basket dengan ayahku. Nagai-san dan Mori-san juga sesekali datang untuk belajar.
Lalu saat aku berumur 5 tahun, mereka sudah masuk SMA. Dan... Rikuto-nii mati bunuh diri. Orang akan berubah jika orang terdekatnya meninggal kan? Begitu pula dengan ayahku. Ayahku berpikir idealisme mengajarnya salah. Dan jadilah dia seperti yang kalian kenal. Bangunan ini juga dianggapnya sebagai simbol kelemahannya, karena itulah dia meletakkan anak kelas E disini.
Selama ini juga, aku membencinya karena didikannya yang salah dan terlalu 'menyakitkan'. Tapi, aku juga sadar kalau ayahku hanya tak ingin kehilangan lagi. Ayahku bahkan hanya tidur dua jam sehari semalam karena terus bermimpi buruk karena kematian Rikuto-nii, dan alasan itu baru-baru ini saja ku ketahui. Yah, begitulah sejarah tempat ini..." Gakushū menatap mereka semua.
"Jadi maksudmu, ayahmu itu dulu memakai cara Koro-sensei?" Hazama menatap sinis Gakushū.
"Bukan, Koro-sensei lah yang memakai cara ayahku. Untuk menumbuhkan bakat, cara itu memang efektif, ayahku hanya memiliki sedikit celah pada caranya. Koro-sensei menyempurnakan idealisme mengajar itu dengan menanamkan pada kalian untuk menjadi orang yang kuat, setidaknya kalian bisa membungkam kami yang mendiskriminasi kalian, hal yang tidak ayahku ajarkan pada mereka bertiga," Gakushū menjawabnya santai.
"Jadi, hubungannya dengan misi ini?" Maehara mulai bingung.
"Rikuto-nii... Ikeda Rikuto-nii. Kakak dari mantanku, Ikeda Hakuei. Dulu juga aku tidak mau berpacaran, tapi aku juga risih setiap ada waktu senggang dia selalu muncul, entah bagaimana caranya dia bisa dari Kyoto ke sini dalam waktu yang singkat. Ibuku juga terlanjur suka dengannya walau ibuku sudah tahu kalau seharusnya aku tidak boleh pacaran, tapi ibuku mengatakan maksimal dua tahun.
Manusia itu selalu memakai topeng. Ada yang memiliki topeng yang tipis dan bisa dihancurkan dengan mudah. Ada yang memiliki topeng yang tebal dan tidak bisa dihancurkan dengan mudah.
Sama halnya dengan Yukimura-san, topeng tebalnya itu bisa dihancurkan oleh Shiota-kun. Topeng milik Hakuei itu bahkan lebih tebal dari milik Yukimura-san.
Dan aku juga sedikit kesal dengan kalian yang perempuan. Bisakah kalian tidak menyangkut pautkan segala sesuatu dengan perasaan??"
"HAH APA MAKSUDMU DASAR ANAK LIPAN!!" teriak semua anak perempuan ditambah Irina.
To be Continued
11 Mei 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro