Everything will be Fine
Setelah sampai di penginapan, Akatsuki langsung meminum obatnya, tentu saja Gakushū melihat hal itu.
"Itu obat apa?" Gakushū menatap intens Akatsuki.
"Obat pereda rasa sakit. Kau tahu kalau aku sering bertarung kan, sesekali aku meminumnya karena lebam yang ada di tubuhku," Akatsuki hanya jujur di awal.
"Oh... Anak kelas 3-E sudah berkumpul, kau mau langsung berdiskusi?"
"Ya, begitulah. Shuu... gendong lagi..."
"Kau ini menyusahkan.." Gakushū sedikit berjongkok di depannya. Akatsuki langsung naik ke punggungnya.
"Maaf saja..."
Mereka sampai di ruang berkumpul.
"Jadi, kenapa kau mengumpulkan kami??" Terasaka tidak ingin berlama-lama berada di satu ruangan dengan Gakushū.
"Kau boleh membenciku, tapi jangan bicara ketus padanya," Gakushū menurunkan Akatsuki.
Akatsuki meminta mereka semua duduk, Karasuma dan Irina juga sudah ada disana.
"Jadi, sebagai anggota Ansatsu Kyoushitsu, aku meminta kalian bekerja sama lagi dengan pemerintah. Kali ini target masih belum diketahui, tapi yang pasti dia memiliki hubungan denganku, dengan Shuu, dan dengan Yanagisawa. Target utama yang ingin dibunuhnya adalah keluarga Asano—"
"Hee, kalau begitu biarkan saja.." kali ini Maehara yang memotong perkataan Akatsuki.
"Jika dia berhasil membunuh keluarga Asano, kemungkinan dia akan mengambil semua harta kekayaan keluarga Asano yang melimpah, lalu akan membuat tentakel-tentakel lagi. Satu orang mungkin bisa kita atasi, tapi jika satu pasukan bertentakel, mungkin kalian semua akan mati," Akatsuki mulai emosi.
"Kapten Akabane... Jangan emosi..." Karasuma mengingatkannya.
Akatsuki menghela napasnya, "terimakasih mengingatkanku, Kolonel Karasuma. Dengar... mungkin kalian menganggap ini masalah pribadiku, tapi sebenarnya tidak juga.
Seperti yang kalian tahu kalau tentakel itu dibuat oleh Yanagisawa, tapi pencetus awalnya adalah Profesor Akabane Mirai, ibu kami. Aku hanya tidak ingin, orang-orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan penelitian ibuku untuk hal yang jahat.
Di sisi lain, jika orang tersebut mengancam warga sipil dengan kemampuannya itu, hal itu sudah masuk dalam ranah keamanan dan pertahanan yang harus pemerintah atasi.
Sebagai anak sulung keluarga Akabane dan sebagai seorang Kapten, aku memiliki tanggung jawab yang besar.
Tapi aku tahu aku juga tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengatasinya. Sebagai seorang Kapten dalam usia 17 tahun, banyak orang yang ingin menjatuhkanku, aku hanya percaya pada Kolonel Karasuma, Irina-dono dan Sakamaki bersaudara. Kolonel Karasuma dulu juga guruku dan Sakamaki bersaudara adalah bawahanku.
Kalian cukup berpengalaman dalam menghadapi tentakel. Jadi, aku sudah membuat kesepakatan dengan Jenderal Akabane, jika kalian berhasil mengatasi orang bertentakel itu, baik dengan menghancurkan tentakelnya atau dengan membunuhnya sebelum hari natal nanti, kalian akan mendapatkan 10 Milyar.
Cukup untuk berinvestasi lagi, bukan?" Akatsuki memberikan penawaran yang menarik untuk mereka.
"Tcih, kau pikir kami hanya mementingkan uang?" Yoshida menatap tak suka pada Akatsuki.
"Hmm? Tidak juga... Hitung-hitung kalian membantu teman kalian ^^ " Akatsuki tersenyum padanya.
"Kau bukan teman kami," Muramatsu menimpali perkataan Akatsuki.
"Memang bukan, tapi... Karma itu teman kalian kan? Jika aku mati, maka Karma juga akan mati, lalu kalian ^^ " Akatsuki kembali tersenyum, tapi kali ini auranya sedikit menggelap.
"Aku tidak peduli dengan nyawaku atau nyawa kalian, tapi jika itu menyangkut nyawa Karma..." Akatsuki menyeringai.
"Mau bagaimana pun juga itu keputusan kalian. Aku juga tidak akan memaksa ^^ " Akatsuki kembali dengan senyum manisnya.
Akatsuki beranjak dari tempat duduknya, Gakushū hanya terdiam menunggu keputusan mereka.
Akatsuki pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya menjadi seragam militer. Lalu kembali ke ruang pertemuan.
"Aku akan melapor pada Jenderal Akabane. Tolong jaga mereka.." Akatsuki memakai jubahnya dan pergi.
"Dia... tidak ke markas kan..?" Irina menyadari sikap Akatsuki.
"Kemungkinan dia akan rapat dengan para atasan, tidak mungkin dia memakai jubahnya hanya sekedar melapor. Mau bagaimana pun, dialah yang paling mengerti tentang tentakel. Bahkan laser yang dulu digunakan juga hasil penelitiannya," Karasuma menjawab tunangannya itu.
"Laser? Laser yang dari satelit itu atau laser yang menjadi kubah?" Kurahashi menatap Karasuma.
"Keduanya. Dialah yang mengurus semua yang berkaitan tentang Koro-sensei dulu. Dari senjata anti Koro-sensei, menyewa pembunuh bayaran, sampai laser itu. Dia juga yang mengurus negosiasi dengan Kepala Sekolah Kunugigaoka Gakuen. Juga karna desakan dari dia juga peraturan agar tidak melukai kalian juga disetujui oleh atasan.
Dia itu bisa dikatakan benar-benar berbakat sebagai seorang tentara. Wajar saja jika dia sudah berpangkat Kapten sekarang," jelas Karasuma.
"Ano, ne Sensei, kami... mungkin akan membantu tapi rasanya jika berhadapan lagi dengan tentakel bukankah itu berbahaya?" Yada terlihat khawatir.
"Aku yakin, Kapten Akabane sudah mengatur semuanya. Dia itu selalu selangkah di depan kita, bahkan sesuatu yang tidak kita duga akan terjadi, sudah bisa diatasinya dengan mudah.
Bisa dikatakan dia sudah menyelamatkan kalian sebelum datangnya bencana itu. Instingnya itu sangat tajam. Jika di kehidupan sosialnya dia disebut Wanita Iblis, di kehidupan militer dia disebut Serigala Merah.
Di dalam misi, sangat jarang bawahannya ada yang mati, sekalipun ada sudah tentu itu karna suatu keterpaksaan. Aku yakin jika dia tetap ada di kemiliteran, dalam jangka waktu 10 atau 15 tahun lagi dia bisa menjadi jenderal atau bahkan menteri pertahanan.
Dia itu memang muridku di akademi dulu, tapi lihatlah sekarang dia bahkan berada satu pangkat di bawahku. Suatu kehormatan bagi kalian karna dia menemui dan meminta kalian secara langsung.
Banyak orang bahkan hanya mengenal namanya saja, dia sangat jarang terlihat. Bagaikan menyatu dengan sekitar..." Karasuma merasa kagum pada muridnya itu.
"Jangan berbicara seolah aku ini hantu..." Akatsuki melewati mereka, mengambil topinya yang tertinggal di kamar.
"Kenapa kalian menatapku begitu?" Akatsuki menaikkan satu alisnya.
"Kau... kami bahkan tidak merasakan kau datang," Nagisa menatap horor Akatsuki, begitu juga dengan yang lain.
"Itu karna.... bakatku mungkin?? Oh iya Karma, kalau kau mau susu kotakku ambil saja, mungkin aku tidak pulang dua atau tiga hari."
"Tck, kau janji kalau tidak mengambil tugas kan selama disini?"
"Memang, tapi aku juga tidak mengambil cuti, jaa," Akatsuki kembali melenggang pergi.
To be Continued
20 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro