Akatsuki.....-chan..??
UTS pun berlalu, Karma merasa kalah telak kali ini, tentu saja karna walau dia ada di peringkat kedua tapi kakaknya dan Gakushū berada di peringkat pertama.
"Ne, ne, Otōto-kun~~~ Bagaimana hmmm....??" Akatsuki menggoda Karma.
"Bagaimana apanya...? Kalau kau hanya ingin pamer, tunggulah sampai di rumah. Biarkan aku menenangkan pikiranku."
"Heee, seingatku kau pernah kalah telak juga kan, peringkat 13.... Tck, tck, tck, kau ini memang anak nakal hmm...?" Akatsuki mengelus kepala Karma.
"Tck, jauhkan tanganmu itu Yuki!" Karma menepiskan tangan Akatsuki.
"Saa, kalau di rumah aku tak akan ada waktu untuk menggodamu, kau nanti akan chatting-an dengan Manami atau bermesraan dengan PSP-mu."
"Tcih, kepalaku makin berat berada di dekatmu," Karma keluar dari ruang kelas itu.
"Hahaha, dia itu masih saja begitu.... Padahal kan hanya peringkat kedua, apa salahnya coba..?" Akatsuki pergi ke ruangan OSIS.
Di ruangan OSIS sudah ada Gakushū di sana, Gakushū hanya menatap Akatsuki sekilas lalu perhatiannya kembali pada laptopnya.
"Jadi, kau sudah menemukan gadismu itu, Shuu?" Akatsuki duduk di tempatnya yang ada di samping Gakushū.
"Tidak akan ada gadis yang seperti kriteriaku, Yuki. Oi kau sadar tidak sih? Nama panggilanmu itu seperti perempuan, ditambah ibuku menambahkan suffix 'chan' di namamu."
"Hmm, aku sadar kok, kenapa?"
"Jangan-jangan kau ini memang perempuan ya?" Gakushū memusatkan perhatiannya pada lelaki di sebelahnya ini.
Akatsuki tertawa, "Kau ini memang tak bisa berhenti penasaran ya..."
"Hei aku serius..."
"Jangan serius-serius, masih sekolah kan?"
"HEI AKU INI TIDAK HOMO!!"
Akatsuki kembali tertawa dengan kuatnya, lalu berhenti setelah puas menertawakan si Ketua OSIS ini, "Lebih baik kau fokus saja pada tugasmu itu, Shuu~~"
"Tck, tidak kakaknya, tidak adiknya, sama-sama menyebalkan."
"Hohoho tentu saja, kami ini kan saudara kembar~~~"
Akatsuki berhenti mengganggu Gakushū dan fokus mengerjakan tugasnya.
"Yuki, sebelum pulang nanti, Kepala Sekolah menyuruh kita membersihkan kolam."
"Hah?! Ya ampun.... kenapa bukan yang terakhir pakai saja sih?"
"Kau ini Wakil Ketua OSIS bukan sih?"
"Uughh, wakatta..."
[SKIP]
Saat pulang sekolah anggota OSIS membersihkan kolam, langit sudah sedikit berwarna jingga menandakan hari sudah sore, kolam sudah selesai dibersihkan dan hanya menunggu air di kolam terisi.
"Senpai, apa kami sudah boleh pulang ?" salah satu anak perempuan kelas 1 mendekatiku yang duduk di pinggir kolam.
"Aa, ok... hanya sedikit lagi airnya penuh, kalian hati-hati di jalan ne.." Akatsuki tersenyum dan sukses membuat gadis itu merona.
"Ha-hai', arigatō Senpai.."
"Dōita~~"
"Kau tidak pulang, Yuki?"
"Sebentar lagi, lebih baik kau membereskan selang yang tidak dipakai."
"Itu seharusnya kalimatku, tapi ya sudahlah," Gakushū membereskan selang yang tidak terpakai.
Setelah selesai membereskan selang, Gakushū melihat Akatsuki yang memasukkan kakinya ke dalam air kolam yang sudah penuh, tentu saja dia melihat kaki Akatsuki yang putih dan kecil. Ide jahil terlintas di benaknya, dia mendorong Akatsuki ke kolam, karna tidak mempersiapkan diri Akatsuki tenggelam.
Gakushū langsung melepas sepatunya dan menyelamatkan Akatsuki, setelah dia membawa Akatsuki naik dia terkejut dengan hal yang dilihatnya, tentu saja karna yang di hadapannya sekarang ini adalah seorang gadis yang berambut merah panjang,
Gakushū dengan ragu menekan bagian atas dada gadis itu dan memberikan napas buatan agar air bisa keluar dari paru-parunya, beruntung hal itu berhasil. Gadis itu langsung duduk dan menutupi bagian dadanya yang nampak jelas bagi Gakushū karna saat itu sang gadis tidak memakai jas sekolahnya.
Plakk... satu tamparan sukses membuat Gakushū mengalihkan pandangannya.
"APA YANG KAU LIHAT HAH!?" suara yang biasanya sedikit berat kini melengking kuat.
"A-aku... tidak tahu ka--"
"TIDAK PERLU MEMBELA DIRI, KAU MEMANG SALAH!!"
"Gomen...."
Akatsuki mendecih pelan, tapi masih bisa di dengar oleh Gakushū. Gakushū bisa melihat Akatsuki menangis walau wajahnya tertutupi rambut merahnya.
"Hei, aku benar-benar minta maaf..." Gakushū memegang pundak gadis itu, bisa dirasakannya bahu gadis itu bergetar.
"Kau baru saja melihat tubuhku dan mengambil ciuman pertamaku, Aho!"
"Aku tidak melihat seluruh tubuhmu dan lagipula itu napas buatan..."
"Sama saja! Bibirku ini tak pernah disentuh orang lain, Aho!"
"Tentu saja beda...."
Akatsuki mengangkat tangannya berniat menampar Gakushū lagi, Gakushū langsung menahan tangan Akatsuki, tangannya yang lain memegang pipi gadis itu, membuat wajah gadis itu berhadapan dengannya, dengan cepat dia menyatukan bibir mereka berdua dan sedikit melumatnya, lalu mengakhirinya.
"Itu baru namanya ciuman..." Gakushū menyeringai pada gadis di depannya ini.
Wajah Akatsuki benar-benar merah, hampir semerah rambutnya, dia masih tidak bisa mencerna hal yang baru saja terjadi, dia mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya.
"BAKA!!! APA YANG BARU KAU LAKUKAN!!???"
"Hee, kau ini bisa lama berpikir juga ya..."
"BAKKA! BAKKA! BAKKAYARO!!" Akatsuki memukul pelan dada Gakushū.
"Daripada kau memukulku, lebih baik kita ganti baju sekarang."
Blushhh.... Wajah Akatsuki semakin memerah.
"Tentu saja tidak bersama, atau kau mau kita mengganti baju bersama?"
"Ba-BAKKA!!" Akatsuki berdiri dan berniat pergi. Tapi sebelum dia melangkah, Gakushū menyampirkan jas sekolahnya di bahu Akatsuki.
"Walau sekolah sudah tidak ada orang, tapi jangan menggodaku lebih jauh lagi."
"Si-siapa yang menggodamu, Aho!" Akatsuki melangkah menjauhinya, lebih tepatnya berlari.
"Tck, apa yang baru saja kulakukan, jika Karma tahu dia pasti akan menenggelamkanku di laut," Gakushū melangkah memasuki gedung sekolah dengan santai, mengulur waktu bagi Akatsuki.
Gakushū sampai di kelasnya dan benar saja, Akatsuki sudah selesai mengganti pakaiannya.
"Ini.." Gakushū meletakkan wig merah di kepala gadis itu.
"Umm, arigatō..." Akatsuki menyanggul rambutnya dan memakai wig merah itu.
"Jangan katakan hal ini pada siapa pun, terutama Karma dan orangtuamu. Mereka bisa saja membunuhmu."
"Aku tahu... aku ganti baju sebentar, kita pulang bersama."
"Hah!?"
"Hei, ini sudah hampir malam, jika aku tidak mengantarmu ayahku pasti memberiku hukuman yang tidak biasa."
"Hmm, wakatta..."
To be Continued
27 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro