Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🧋9. Es Krim Wolles🍦

"Anjir, Guis!" Kedua bola mata Nebula sontak terbelalak saat sesendok es krim coklat memasuki area lidahnya.

"Ada apa? Kenapa?!" Halona yang tengah mengusap layar ponsel seketika ikut mendongak, sementara Asya yang masih setia 'tuk menggenggam selembar kertas latihan Bahasa Inggris pun ikut terdiam di tempat.

Selang beberapa detik kemudian, tatapan Nebula pun kembali pada kamera ponselnya yang masih menyala. Melukiskan senyum selebar mungkin sembari mengacungkan jempolnya. "Bul-Bul, oh my god, ini gue beneran nggak bohong dan bukan karena di-endorse, jujur mau meninggal, ini enak banget sumpah, aaa ...!"

Astaga, sumpah, ini memang bukan ajang untuk menyindir para selebgram yang me-review produk dessert box milik seseorang berinisial N yang selalu membuat author-nya pengin tapi enggak kesampaian karena jauh.

Sambil mengipas-ngipaskan wajahnya, Nebula kembali berkata, "Nggak ngerti lagi, sumpah, enak banget! Mau meninggal! Kalian harus coba pokoknya!"

"Iya, ini es krim memang varian terbaru dari Walles, tapi yang gue makan ini," Nebula mengangkat cup es krim itu ke udara sambil menatapnya dari samping, "rasa chocolate milk pie."

"Jangan lupa dibeli di supermarket terdekat karena ini cuman 5000-an aja, Bul-Bul! Nggak usah diet, kita harus menikmati hidup karena hidup cuman sekali!"

Usai berbicara dengan penuh senyuman, Nebula pun langsung mematikan fitur videonya dan kembali melahap es krim cokelat berbulir kulit pie yang masih tak mau 'tuk berhenti memanjakan lidahnya.


Sembari menghela napas kasar dan memutar bola matanya, Asya berkata, "Yuk, ah, Sya ngantuk."

Baiklah, ini sudah waktunya untuk belajar dan tidak ada lagi yang namanya me-review es krim atau pergi berkelana ke mana pun.  Sudah cukup waktu istirahat selama tiga puluh menitnya terbuang setengah hanya karena menunggu Nebula bekerja.

"La, ayo belajar biar pinter dan nanti nggak diomelin sama Miss. Sunshine. Masa lo mau begini terus?" seru Halona yang langsung meletakkan ponselnya di atas meja. Mengambil cup es krim milik sang sahabat dengan paksa, lantas bangkit dan merapikan sampah-sampah plastik yang sedari tadi dibiarkan berserakkan begitu saja.

"Heh, Ona! Es krim gue belom habis!" seru si gadis berponi rata itu sembari bangkit dan hendak melangkah ke depan walau berujung ditahan oleh Asya yang memaksa gadis itu untuk kembali duduk sampai keduanya mengembuskan napas kasar.

"Ih, najis lo pada. Lagian selama gue review produk atau jadi brand ambass es krim, belom ada yang nyuruh ngomong pake bahasa Inggris! " protes Nebula seraya melirik ke arah kertas-kertas soal yang baru saja diletakkan Asya di atas mejanya usai dibersihkan oleh Halona.

"Nebul, nanti kalau misal dapet klien orang luar atau mau ke luar negeri, gimana hayo?"

"Bisa pake translator."

Halona yang baru saja sampai di depan meja Nebula dan duduk di hadapan gadis itu langsung menggelengkan kepala pelan. Sedikit memicingkan mata ke arah Asya yang terduduk di sebelahnya, lantas mengeluarkan sebuah pensil dan penghapus dari kotak pensil milik Nebula.

"Belajar yang bener, La. Demi masa depan lo, oke?"

Menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lantas dengan wajah tertekuk gadis itu meraih peralatan tulis yang sudah berada di atas kertas putih bertuliskan kalimat berbahasa planet tersebut.

"Isinya gimana?" tanya Nebula.

"Jadi gini, Nebula tau apa itu present tense?" Jari telunjuk Asya kini sudah berada di atas kalimat bertulisan "Answer this question with present tense". Memamerkan sederet gigi rapinya dengan penuh semangat seolah sedang belajar untuk menggapai cita-cita sebagai seorang guru kelak.

#Ting!

Siapa ini? Bukan, ini bukan orang suruhan Nebula yang dipaksa untuk mengganggunya saat belajar agar bisa terbebas dari Asya dan Halona. Kedua kelopak matanya sontak menyipit sembari mengusap layar ponselnya. Sedikit mengatupkan bibirnya rapat dan mengeluarkan sedikit suara tawa. Ada-ada saja manusia zaman sekarang.

Haters-nya Prinses
"Kak Nebula, nanti aku mau beli, ah. Kayaknya enak, deh."

"Iya, Bul. Nanti jangan lupa tag aku, ya!"

"La, kasian Asya. Masa dia lagi nerangin, lo malah main hp?" protes Halona.

"Kita jajan batagor sekarang mau nggak?" tawar Nebula. Berharap segera mendapat anggukkan karena dirinya mulai bosan di kelas yang sepi. Kenapa bisa-bisanya semua murid menurut begitu saja saat dipaksa keluar oleh Halona dan Asya dengan sogokan sebungkus permen?

Apalagi saat Nebula berusaha untuk protes, kedua sahabatnya justru semakin mendorong para manusia itu agar cepat keluar. Menyesal sudah dirinya sekarang, kenapa ia tak meminta Karma saja untuk membawakan seorang guru bahasa Inggris daripada menghadapi dua makhluk astral yang ditugaskah oleh Miss. Sunshine usai dirinya mengadu kemarin?

"Enggak! Belajar dulu!" balas Halona dan Asya kompak. Demi mendapatkan tambahan nilai 20 di ujian selanjutnya, maka mengajari Nebula walau sedikit menguras emosi adalah sesuatu hal yang tak boleh disia-siakan.

"Loh?"

"Nebula sekarang perhatiin yang Sya bilang. Present tense itu dipake buat menyatakan suatu peristiwa dan sesuatu yang udah sering kita lakukan. Paham?"

"Terus penulisannya juga tinggal ngikutin verb yang ada di dalam kurung aja, La. Gampang, 'kan?" sahut Halona.

"Betul kata Ona. Tapi ... Nebul juga harus perhatiin, ada keterangan waktunya nggak? Kalau kayak yesterday, nanti pake past tense, kalau now, pake present continuous (verb 1+ing)."

Hah? Ya ampun, jujur saja, tanpa diundang pun, para kunang-kunang sudah berputar di atas kepala Nebula sampai kedua matanya ikut menyipit, bahkan guratan-guratan halus yang sudah menampakkan diri malah membuat Asya dan Halona semakin bersemangat dalam berbicara.

"Gampang banget, 'kan, Nebula?" tanya Asya.

"Biasanya, sih, ini pelajaran anak SD gitu. Tapi lo nggak boleh insecure, ya," sahut Halona sembari membentuk lingkaran melalui telunjuk dan jempolnya.

"Gue nggak ngerti apa yang lo pada omongin." Ya ... mau bagaimana lagi, kalau memang sedari kecil tidak memiliki bakat berbahasa, maka sampai besar pun akan tetap seperti ini.

"Ayo, lo harus semangat, Bul!"

"Sya dari tadi ngomong panjang kali lebar kali tinggi kayak rumus volume balok nggak masuk otak sama sekali?" Ya Allah, mungkinkah amal ibadah Asya dalam menjalan sholat lima waktu tidak dijabah sampai rasa-rasanya sekujur tubuh gadis itu terasa seperti ingin melompat ke dalam lautan luas?

Nebula menggeleng dengan wajah tak berdosa. "Enggak ngerti gue, Sya."

"Ah, udah Nebula belajar sama Kak Arcas aja! Asya capek!"

"Sabar, Sya. Kita mulai sekali lagi gimana?" ucap Halona yang perlahan mendorong kertas hasil cetakan Asya semalam ke arah Nebula.

Sedikit mendongak ke arah Asya, lantas dengan cepat Nebula mengambil sebuah pensil dan mengisi tiap garis kosong yang sudah dibuatkan oleh sahabatnya semalam.

Kedua bola mata Asya dan Halona seketika membulat. Terlalu terkejut dengan gerakan jari Nebula yang begitu cepat dan lihai, bahkan gadis yang ia tunggu sedari tadi itu sudah bangkit dan melangkah ke arah luar kelas dengan wajah terangkat ke atas—seolah bangga dengan hasil kerjanya barusan.

"NEBULA! ASTAGFIRULLAH, INI ISI APAAN?!" Ini bukan lagi saatnya untuk mengelus dada, tidak akan sempat lagi karena keduanya sudah dibuat terdiam di tempat lebih dulu oleh Nebula yang menghilang dari area kelas. Menyisakan mereka berdua, sedangkan murid lainnya masih sibuk mencari jajanan di kantin.

🧋🧋🧋

"Enak belajarnya sama Asya dan Halona sampe bisa main hp, balesin chat dari fan? Beruntung banget kamu, Nak."

Nebula terdiam, bahkan malah menatap ke area ubin depan ruang guru yang sedang ia pijak sekarang. Meneguk air liurnya susah payah sembari meremas rok abu kotak-kotaknya yang justru membuat gadis itu semakin ingin menghilang dari sana.

Lagi dan lagi, kedua sahabatnya selalu saja menghilang di saat seperti ini. Yang satu beralasan sakit perut, sementara yang satunya beralasan akan pergi bersama keluarga.

Sekarang ... Miss. Sunshine lagi-lagi berhasil untuk membuat jantung Nebula berdetak dengan cepat, bahkan dengan tidak sabarannya guru itu langsung mengangkat dagu Nebula agar tatapannya bisa sejajar.

Embusan pendingin ruangan dari ruang guru rasanya semakin menjadi. Kaki jenjang yang diselimuti oleh kaos kaki putih polos selutut itu malah berhenti menyelimuti seolah lupa dengan apa fungsinya sekarang.

"Miss. Sunshine jangan ngarang, deh," ucapnya tiba-tiba.

"Hm? Ya sudah, kalau menurut kamu saya ngarang. Orang ada bukti chat-nya, kok. Mau baca, Nak?" Santai, semua kalimat yang dilontarkan oleh sang guru bahasa Inggris diucapkan tanpa emosi, bahkan dengan senyuman ramah.

Njir, cepu (tukang lapor) semua temen gue.

"Hey, kalau lagi diajak ngomong tuh tatap mata lawannya. Nggak usah lirik-lirik ke arah papan pengumuman."

Ya Tuhan, baiklah, Nebula harus menang kali ini. Dengan segera gadis itu melepaskan telapak tangan Miss. Sunshine dari tubuhnya. "Terus maunya Miss tuh apa?"

"Belajar sama Arcas karena saya nggak peduli apa pun resikonya. Terima kasih dan sampai jumpa besok."

Kedua bola mata Nebula lagi-lagi terbelalak, bahkan telapak tangannya pun ikut melayang di udara seolah ingin menarik rambut berkucir satu milik wanita berusia empat puluh tahun itu dari belakang.

"Suka sama rambut saya sampe mau disentuh kayak gitu?"

Hai, kalian ... yang lagi baca ini, pasti capek ya habis belajar lewat Zoom atau Gmeet? Ketemu dosen/guru horror yang rasanya lagi mau masuk pintu neraka, apalagi pas buka Google Classroom/email, hmm rasanya ah mantap!

Ya udah, kita salurin lewat emosi nebula yang pengin banget jambak rambut Miss. Sunshine gimana?🤪

Bcanda😂

Semangat ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro