Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🥪44. Bermulut Ular

"Gue percaya sama lo, Bul."

Tidak, telinga Nebula masih belum bisa menerima kalimat itu. Sudah jelas itu semua penuh dengan dusta. Logikanya, orang yang benar-benar tulus tak akan pernah mengakui dirinya tulus. Paham 'kan?

Nebula tampak mengembuskan napasnya gusar, lantas melirik ke arah Halona yang terduduk di sebelahnya–kali ini sedang puasa memegang ponsel–karena jujur, dirinya pun mulai diajukan sejumlah pertanyaan oleh netizen.

"Everything gonna be okay, Bul. Lo kuat banget. Gue tau." Halona kembali bersuara. Jiwa-jiwa super positive thinking-nya memang pintar kali ini, kambuh di waktu yang tepat.

"Nggak usah bacot, Halona Avisya."

"Oke." Mulutnya bungkam seketika. Baiklah, ini memang waktu yang salah. Tapi melihat Nebula seperti ini, rasanya ia ingin membawa gadis itu kembali heboh, jadi tukang marah-marah enggak jelas kayak dulu lagi. Harus gimana ini caranya? Kan siapa tahu bisa menebus dosa karena suka main handphone tanpa mengenal batas waktu.

Tatapan Nebula sontak kembali pada pepohonan rindang yang tertiup angin di seberang sana. Sedikit mengayunkan kaki sembari menikmati tiap cibiran yang terdengar dari balik kaca raksasa belakang kursi yang ia duduki.

Lucu. Mereka sok tahu. Sudah begitu tak mau melihat bukti. Nebula yakin sekali, mereka akan sangat malu apabila nanti kebenaran sudah terungkap. Bila ia sedang dibisikki oleh iblis, akan ia paksa mereka semua 'tuk menjadi asisten pribadinya atau bahkan menjual rumah mereka untuk Nebula berinvestasi. Adil bukan?

Sebab orang tak akan pernah mau tahu soal apa yang terjadi sebenarnya, mereka hanya mau berkomentar. Lantas nanti ketika semua sudah diklarifikasi dan terbukti, wajah-wajah para tukang gosip itu mendadak membelah diri menjadi empat. Sama seperti Arcas.

"Sya mau makan apa? Biar gue beliin," tanya Arcas pada Asya yang mulai melangkah ke area taman sekolah sembari membetulkan kepangan rambutnya.

"Sya belom laper."

Arcas tampak mengangguk paham, lantas mengusap puncak kepala gadis di sebelahnya sembari berkata, "Berarti nggak cacingan, ya."

"Enggak, dong! Enak aja! Sya selalu makan 4 sehat 5 sempurna."

Inget, Nebula. Mungkin kemaren lo disantet sampe bisa nerima cinta dia kemaren. Jangan sampe keliatan lemah.

Ah, tapi sekuat apa pun Nebula menolak, hatinya semakin terasa diremas ketika melihat pasangan baru itu, seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan dari pelupuk matanya.

Tahan. Lo pasti bisa. Kata ayah, dia bangga sama lo karena lo kuat.

Kenapa semakin lama rasanya tangan Nebula gatal? Ingin sekali menarik rambut Asya sampai botak biar impas.

Ya Tuhan, sejujurnya Nebula rindu berada di posisi Asya, tapi ia harus sadar, kalau laki-laki yang sempat menjadi pacarnya kemarin itu bukan cowok baik-baik. Dia sungguh berengsek, bahkan ikut meninggalkan dirinya di kala semua orang menghujat.

Kamu harus ingat, Nebula. Siapa yang justru membuat pengaduan paling kencang di depan Bu Azty? Apakah itu masih bisa dikatakan wajar?

"Lo kalau ada apa-apa, bilang aja, ya. Misal butuh ke psikolog juga ngomong, biar gue temenin."

Asya tersenyum tipis sambil mengangguk. "Nanti Sya akan laporin apa pun ke Kakak."

"Najis, sok imut," desisnya.

"Nebul mau pergi dari sini?" tawar Halona sambil menyentuh punggung tangan sahabatnya itu.

"Nggak."

"Lo pernah mikir, nggak, sih, Bul? Sya itu kan anak kandung Miss. Sunshine, anak guru gitu. Nggak mungkin banget 'kan dia kayak gitu?" Tunggu ... eh, astaga, jantung Halona mendadak berdetak dengan sangat cepat. Dirinya mendadak diam bagai seorang patung. Bagaimana bisa dirinya ... Ya Tuhan! Kenapa dia bodoh sekali!

Syukur, ia ucapkan banyak syukur karena Nebula masih terdiam, sama sekali tak ada minat untuk membalas semua ucapan siapa pun. Tatapannya yang berubah menjadi semakin tajam, terus saja menangkap tiap gerak-gerik Arcas dengan Asya.

"Sya, mau jajan es krim?"

"Nanti gendut, Kak Arcas nggak suka lagi sama Sya."

"Siapa bilang?"

Asya lantas menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedikit tertawa kecil, kemudian menyenderkan kepalanya di atas bahu milik Arcas sambil menikmati tiupan angin sepoy yang terus memberikan hawa sejuk pada kursi bagian ujung taman. Tepat beberapa meter dari kursi Nebula dan Halona.

Tangan Arcas seketika merambat ke puncak kepala Asya. Menaruhnya dengan santai di atas sana, lantas sedikit tertawa kecil kala melihat gadisnya diam seribu bahasa.

Jantung Nebula mendadak berpacu lebih cepat dari biasanya. Iya, ini memang bukan dirinya yang sedang diperlakukan manis, tetapi apakah memang Arcas ini mengetahui kehadirannya? Mungkinkah cowok itu sadar dan mau memperjelas status mereka? Apa jangan-jangan cowok itu mendadak amnesia?

Nebula tersenyum tipis. Iya, mungkin bagi Arcas, Nebula itu hanya mainan yang ketika sudah bosan, maka siapa pun bebas untuk mengambilnya. Tepat.

"La, balik aja, yuk, ke kelas." Halona kembali bersuara. Untuk apa mereka menyaksikan penampakkan tidak berguna ini? Menyakiti diri sendiri?

"Lo sendiri aja."

Halona berdecak. Sudah sejak tadi ia lihat sahabatnya itu tak sekali pun berganti lirikan ke arah lain. Mau sampai kapan menyaksikan Arcas dan Asya terus? Tidak bosankah?

"Yakin?"

"Iya. Duluan aja nggak apa."

Halona lantas bangkit dan berjalan meninggalkan Nebula sendirian. Ya sudah, terserah kalau begitu, Halona sih enggak kuat kalau harus melihat kemesraan pasangan baru yang tak jelas kapan statusnya terbentuk itu. Bila memang Nebula mau menyiksa diri sendiri, silahkan.

Melihat kepergian Halona, Asya mendadak ikut bangkit dan berdiri meninggalkan Arcas sendirian. Tanpa berpamitan bahkan tak meninggalkan sepatah kata apa pun sebelum benar-benar menghilang dari sana.

Nebula yang masih tak puas untuk menatap keduanya itu masih saja tak berkutik. Hingga ... Arcas mendadak berdiri dan berjalan ke arahnya. Nebula tak tahu, bahkan tak mengerti sama sekali apa yang dimaksud oleh Arcas sekarang. Untuk apa malah mendekatkan diri? Bukankah seharusnya ia mengikuti Asya? Supaya terlihat lebih romantis gitu.

Tepat beberapa centi di depan Nebula, Arcas berhenti. Keduanya saling bertatapan satu sama lain.

Dengan kedua telapak tangan yang bersembunyi di balik celana biru dongkernya itu, Arcas seketika mengangkat suara. "Maaf."

Sontak saja beberapa guratan pun muncul di pelipis Nebula. Maaf? Untuk apa? Jangan pernah bilang kalau kejadian yang dilakukan Asya kemarin hanya permainan.

"Buat? Kita udah selesai 'kan? Enggak perlu saling kenal lagi, Kak."

"Bul. Gue beneran minta maaf."

Tawa Nebula pecah seketika sampai tak sadar jika pelupuk matanya sudah meneteskan sebuah cairan bening yang tampaknya ingin sekali meminta belas kasihan dari cowok di hadapannya.

"Nasi udah jadi porridge. So, do you want to mempermalukan gue lebih lagi? Ada Sya kan yang harus lo jaga?"

"Nebula, tolong. Gue nggak bermaksud."

"Nggak bermaksud selingkuh depan gue? Eh, salah. Kita emang enggak pernah pacaran, Kak. Lo yang maksa, tapi lo juga yang berulah."

"Bul."

"Apa? Gue capek, Kak. Gue bukan mainan yang bisa lo pake dan buang kapan aja." Sudah tidak minat rasanya ia melihat wajah penuh noda ini.

Baik, Arcas akui dirinya salah kali ini. Lelaki itu sontak maju beberapa langkah lagi, berdiri tepat di depan Nebula yang tampaknya sudah mau menyusul Halona.

Ia pejamkan matanya erat, lantas memeluk Nebula-nya sekuat mungkin. Iya, Nebula mendadak diam bagaikan patung. Harus bagaimana lagi ia sekarang? Kenapa perasaannya mendadak bercampur aduk?

"Lo sengaja meluk gue biar dimaafin 'kan?" Nebula akui, dirinya mendadak lemah. Ia tak bisa berkata hal-hal lain selain mengiyakan permintaan Arcas.

"Iya, dan gue bener-bener minta maaf. Lo mau maafin gue 'kan?"

Dengan rasa yang tak tertahankan, Nebula mengangguk, membalas pelukan Arcas erat. Ia capek, dan mungkin kali ini, semoga, Arcas bisa melindunginya dari segala tuduhan, serta membersihkan nama baik gadis itu di hadapan para guru.

"Tapi lo kenapa kemaren jatohin gue di depan Miss. Sunshine?"

Arcas diam.

"Kenapa? Nggak bisa jawab? Mau cari muka?" Baiklah, ia butuh kejelasan, sebelum akhirnya benar-benar dibuat gila oleh Arcas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro