Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍩28. Kehilangan Arcas

"Intinya acara hari ini harus berjalan lancar! Terutama buat kalian yang ditugasin buat menjaga acara, gue harap enggak ada yang miss! Kalau ada, siap-siap angkat kaki dari OSIS!" seru Arcas sambil menyembunyikan kedua telapak tangannya di balik punggung. Terus bergerak mondar-mandir di depan papan tulis ruang OSIS yang langsung saja membuat anggotanya mengangguk setuju. Lebih tepatnya, menuruti agar tak kena semprot.

Memang, dibilang betah bekerja sama dengan Arcas juga enggak, tapi kata orang, ini berguna untuk mencari potongan harga saat masuk universitas. Memang, sih, cowok itu kalau memimpin suka pakai urat, tapi banyak guru yang bangga sama cowok itu sampai memuji-mujinya tiap detik.

"Lo ... Harta, pimpin doa. Habis itu kita ke lapangan buat eksekusi."

Lelaki berambut jabrik dengan kacamata yang dikenal dengan nama Harta Tahta Kasta itu pun kembali mengangguk, lantas bergerak maju dan berdiri di samping Arcas baru berucap, "Teman-teman, mari kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing ...

Doa dimulai," lanjutnya sambil menundukkan kepala.

Semua siswa dan siswi berjas biru dongker itu pun ikut menundukkan kepala—berharap dan berdoa kepada yang maha kuasa dengan khusyuk agar tidak dimarahi oleh Arcas. Iya, salah sedikit, maka akan dipanggil dan diceramahi panjang lebar seperti warga yang siskamling. Iya, rasanya kayak 2x24 jam

"Selesai," sahut Arcas tiba-tiba yang langsung bergerak maju dan memanggil semua anggota untuk membentuk lingkaran. Perlahan, satu persatu tangan mereka pun mulai berkumpul di titik tengah, baru di bagian paling atas ditumpu oleh telapak Arcas.

Diam-diam Nebula justru berdiri di depan pintu sambil mengintip apa yang cowok itu lakukan. Sebenarnya enggak disuruh juga, cuman kepo aja. Daripada nanti dia diputus kontrak belajar bahasa inggris, mending jadi penguntit.

Di hati yang paling dalam, ada rasa takjub sampai gadis itu menggelengkan kepala pelan, seperti ada beberapa kupu-kupu yang berterbangan di perutnya walau ia sendiri tak paham ada apa. Jujur, ia akui Arcas hari ini sangat keren walau sedikit pucat.

"OSIS SMA DAUN BIRU!" teriak Arcas.

"DO THE BEST! LET'S FIGHTING!" seru mereka semua kompak yang kemudian langsung menaik-nurunkan tangan mereka.

"Ngomong apaan, dah?" tanya Nebula di balik kaca, sampai tak sadar jika kakinya sudah berjinjit depan pintu—sibuk memandangi wajah Arcas. Mengingat bagaimana cowok itu menjadi semakin jahil, bahkan terlalu banyak pemaksaan yang sebenarnya manis, membuat Nebula semakin ingin berdekatan walau ia sendiri tak mengerti dengan apa yang ia pikirkan,

"Kerja keras! Jangan lupa!" seru Arcas sambil melempar tatapan tajam pada Nebula.

"Ih apaan?" desis Nebula sambil memutar bola matanya malas. Ada-ada saja. Apaan coba pake dipelototin kayak gitu? Emangnya Nebula enggak takut?!

"Yuk, bantu kita," ucap Arcas yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya dan menarik petgelangan gadis itu secara sepihak. Diikuti oleh anggota lainnya yang keluar secara bergantian dan berjalan menuju lapangan secepat mungkin.

Sip, ini memang masih jam 6 pagi, dan acara pun masih mulai pukul 7. Entah setan kerajinan apa yang merasuki pikiran mereka sekarang.

Sudah begitu, sepanjang jalan Nebula terpaksa mendengus—mengingat bagaimana dirinya diburu-burui waktu mau berangkat, padahal ada urusan aja enggak. Sampai bisa dapat predikat siswi terajin ini mah.

☁️☁️☁️

Sepanjang acara Nebula terus mengusap peluh yang berselancar di area wajahnya, sesekali mengipas-ngipaskan area pipi, sembari memutar bola matanya malas ke arah pembina upacara yang tampak hobi menjalankan kegiatan membosankan seperti ini,

"Duh, jajan es krim aja di kantin, ah, yuk!"  seru Nebula pada Halona yang berdiri di barisan sebelahnya.

"Nggak boleh, kasian Miss. Sunshine udah capek-capek ngurusin teks pidato semaleman, nanti jadi nggak ngehargai, Nebula," sahut Asya yang berdiri di belakang Halona tiba-tiba.

Ah, sudahlah, memang kalau lagi sama Asya enggak usah bawa-bawa nama guru kesayangannya itu, ribet! Buang-buang tenaga sama tambah dosa pula karena menebar kebencian.

Keheningan di antara siswa-siswi yang awalnya sempat berbincang pun mendadak terhenti berkat tatapan dari Miss. Sunshine yang tiba-tiba saja terdiam sambil melempar lirikan tajam ke arah mereka.

Sontak para guru yang tengah berdiri di samping mikrofon milik Miss. Sunshine pun langsung menatap sinis ke arah semua murid seolah paham dengan apa yang dirasakan oleh sang guru bahasa inggris.

Namun, tiba-tiba saja bayangan Arcas yang melintas dari balik barisan guru-guru pun berhasil membuat Nebula kembali memicingkan mata. Terus mengikuti ke mana arah langkah sang lelaki, yang rasanya tak etis. Iya, bagaimana bisa cowok itu jalan-jalan—yang mungkin saja menurut Nebula—pasti bosan dan mengikuti jejaknya.

"Oh, jangan-jangan selama ini dia pencitraan! Iya! Hmm ... bisa jadi anceman kalau gue tega."

"Hush, Nebul perhatiin Miss. Sunshine ngomong apa," tegur Asya sambil mencubit lengan sahabatnya itu.

Betul saja kalau Nebula langsung berdecak. Apa, deh, kayak hobi kali Asya membela sang guru kesayangan. Sudah cocok pula mereka jadi ibu dan anak.

"Shut your tongue!"

"Salah, Nebul. Bukan it—"

"Bawel! Diem, ah."

"Sudah, Tom and Jerry enggak boleh berantem, kita harus belajar menghormati dan menghargai orang yang lebih tua," sahut Halona tiba-tiba dengan sok bijaknya.

🍣🍣🍣

"Kak Aya, lo liat Arcas nggak?" tanya Nebula yang baru selesai melirik ke arah sekitar usai para anggota OSIS bersiap 'tuk membereskan lapangan.

Enggak, entah apa yang membuat mereka berhasil mengajukan proposal, tapi yang jelas kali ini Arcas berhasil menaklukkan kepala sekolah untuk mengizinkan para siswa dan siswi untuk pulang lebih cepat usai merayakan hari guru.

Hari ini memang acara dibuat menjadi lebih padat sampai ada lomba segala, tapi usai melangsungkan acara, lelaki itu hilang, malah anak buahnya yang sibuk kelimpungan membereskan lapangan sampai tak bisa duduk walau hanya sedetik. Kasihan, sih, tapi itu resiko berorganisasi.

Gadis yang tak menyukai Nebula—si seksi dekorasi itu—iya, si Alaia yang gibah waktu Arcas salah sebut nama—malah tidak menjawab. Langsung saja ia menoleh ke sembarang arah tanpa minat dan berjalan ke arah lain. Membuat Nebula yang saat itu masih berdiri di tengah lapangan terpaksa mendengus sambil berjalan mencari sang wakil ketua OSIS.

"Karmayanti, daripada bengong di lapangan, mending kita belajar, yuk. Biar nggak remedial terus di pelajaran saya," ucap Miss. Sunshine yang kebetulan melintas melewati lapangan. Wanita dengan setelan jas biru berbalut kemeja putih yang dipadukan celana panjang putih itu sontak melenggang pergi sambil tersenyum tipis. Puas kali rasanya menggoda Nebula di tengah siang terik saat murid lain sudah berhamburan pulang ke rumah.

"Don't speak what-what! I lagi ... eh, Kak Salah!" teriak Nebula sambil mengangkat tangan kanannya ke udara pada seorang perempuan bersurai hitam panjang sepinggang yang merupakan seorang wakil dari Arcas.

Tampak jelas gadis bernama lengkap Salah Rapunzell itu sontak menghentikan langkah tepat di depan wajah Nebula, padahal niatnya tadi mau mampir ke depan mimbar upacara 'tuk berbincang sedikit dengan kepala sekolah.

"Iyap? Ada apa?" balas Salah sembari mengusap keringatnya.

"Arcas mana? Kok gue nggak liat batang idungnya?"

Sang lawan bicara tampak terdiam sebentar, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada yang sontak saja membuat Nebula mengerutkan kening. Pantas, terbilang sangat sering ketika Arcas lebih memilih untuk mengerjakan semuanya sendiri dibanding mengajak sang wakil.

Tunggu ... bisa jadi si Salah sedang menyembunyikan sesuatu. Jangan-jangan sekarang ini Arcas diculik, lalu Salah pura-pura polos dan berpikir bagaimana caranya agar gadis yang hampir 24 jam bersama Arcas ini pergi dan tidak mencari tahu lebih lanjut soal di mana keberadaan Arcas. Oke, overthinking memang nomor satu.

"Di mana, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Perasaan tadi dia ingat, kok sekarang lupa lagi, ya?

"Lo mau gue viralin, ya? Lama banget jawabnya. Lo wakil, seharusnya lo tau, dong, Kak," balas Nebula kesal. Lagi pula, aneh kali cewek ini, bisa jadi wakil ketua OSIS, padahal kemampuan mengingat juga di bawah rata-rata. Cuman boleh dikatakan, entah memang pencitraan atau bagaimana, kalau di depan guru, otaknya mendadak bagus dalam hitungan detik.

"Santuy, Beb. Bentar ... kayaknya dia izin pulang tadi."

Tanpa mengucapkan terima kasih atau teman sejenisnya, langsung saja gadis itu pergi meninggalkan Salah. Tak peduli pula dirinya kalau menjadi tontonan, sudah biasa. Selama tak ada yang merekam, karena mereka semua lagi sibuk, bebas saja dia berekspresi dan berpendapat.

"Pulang? Kenapa? Dia sakit? Masa? Tapi bukan biasa dia selalu mengedepankan keprofesionalitas?" tanya Nebula pada dirinya sendiri.

Aghu merasa pas bagian anak anak osis anuin apa itulah yg biasa org kumpulin tangan di tengah, kek keren gitu wkkwwk

Astaga, kayaknya saya emang mencoba buat serius dan kalem di author notes, tapi gagal. Enggak kayak di bab awal😭

Otw kalem dulu

Baik, buat siapa pun yang sekarang lagi berjuang, semangat yaaaaaaaa

Buat yg ldr an kalian kerennnn

Buat yang lagi pusing, bobo duluu terus makan es krim bareng nebul oghe?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro