Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍯14. Jenengan Rese, Yo!

Entah, tapi yang jelas raut wajah Arcas sudah tak lagi terlihat normal. Dengan cepat lelaki itu membalikkan sang layar ponsel dan menekan tombol merah, lalu kembali menatap Nebula penuh amarah.

"Kak? Lo ... ada hubungan apa sama Ona?"

Sembari menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, lelaki itu sontak berkata, "Cepet udah malem! Lo nggak usah ngalihin pembicaraan."

"Ayah, cowok jelek yang ngajarin kakak galak. Nash nggak suka!" ucapnya sembari membuka pintu kamar dan berlari ke arah Arcas yang seketika ikut membeku bersama Nebula saat melihat kehadiran Nash yang tak diminta.

"Nash?" panggil Nebula.

"Siapa nama lo?" tanya Arcas sembari melemparkan tatapan tajam pada gadis berusia lima tahun itu.

"Nash!" balasnya ketus sambil menjulurkan lidah.

"Njir, lo harus sopan kalau lagi ngomong sama orang yang lebih dewasa, Adek."

"Nggak peduli! Koe ora mau denger jenengan!"

Nebula yang tak terima dengan perilaku Arcas kepada adiknya pun sontak bangkit. Mengarahkan jari telunjuknya pada lelaki itu, kemudian memicingkan mata. "Lo jangan bentak adek gue!"

Astaga, memang, ya, adik dan kakak tidak ada yang waras. Lagi pula, seorang anak kecil itu harus diberikan shock theraphy agar kelak menjadi anak yang kuat dan sopan kepada orang tua. Begitu menurut Arcas yang selalu dididik dengan keras oleh almarhum orang tuanya.

Jujur saja, Arcas sendiri pun bingung darimana asalnya mental lemah yang dimiliki oleh sebagian besar anak zaman sekarang—mungkin terlalu dimanja dan serba dituruti, sampai dicubit oleh guru saja harus melapor pada polisi. Padahal kalau orang tuanya bercerita, hal itu merupakan sesuatu yang wajar.

Dengan langkah sigap, Nash melangkah mendekati Arcas. Mendekatkan mulutnya di samping telinga lelaki itu, kemudian mengembuskan napasnya kasar. "Ayah!!!"

Astagfirullah, baik ia sendiri tak mengerti cobaan apa yang diberikan oleh Tuhan hingga dirinya dipertemukan dengan seorang dakjal mini yang sekarang hanya bisa tertawa lepas sambil melirik ke arah Nebula.

Arcas sontak menarik lengan tangan Nash kasar sampai posisi keduanya pun saling berdekatan. "Lo jadi anak kecil nggak boleh teriak-teriak. Kuping gue sakit."

"Woi, adek gue mau lo apain?!" Ya ampun jangan sampai apa yang menimpa dirinya waktu itu terjadi pada Nash. Bagaimana jika Arcas menggendong balita dan menciumnya dengan rakus? Dulu memang hanya khayalan dari otaknya, tapi kalau itu sampai terjadi pada Nash, bagaimana?

"Kakak tolongin aku," lirihnya sambil menatap Nebula penuh harapan. Ingin segera dibawa pergi dari sana atau boleh juga kalau Karma datang dan menggendongnya ke kamar.

"Ayah, Nash dalam bahaya!!!" teriak Nebula dari ruang tamu yang sontak saja membuat Karma berlari dari kamarnya.

Kedua bola mata pria itu terbelalak. Mendapati kondisi anak-anaknya yang ia lihat masih normal dan tak ada yang membahayakan.

Ada-ada saja memang perilaku anak zaman sekarang. Suka mencari perhatian orang tapi tak tahu harus memberi alasan apa.

"Ada apa?"

"Nash disiksa sama Kak Arcas!" teriak Nash sembari mundur beberapa langkah dan berlari ke belakang memeluk kaki Karma.

Karma menurunkan badannya dan menyamakan tingginya dengan sang putri. "Ada apa? Kasih tau Ayah."

"Nash diomelin, Ayah! Masa tadi Nash cuman teriak di samping kupingnya dan belain Kakak, dia malah marah."

"Ya Tuhan, Nash. Gue nggak ngomel, cuman ngomong biasa aja. Saya minta maaf, ya, Om."

"Astagfirullah, Nash nggak boleh teriak-teriak di samping kuping kakaknya. Nggak sopan," ucap Karma sembari mengusap puncak kepala putri kecilnya lembut walau sang balita yang diajak berbicara justru menjulurkan lidah ke arah Arcas, lalu berlari dari sana.

"Maafin Nash, ya. Silakan lanjut belajarnya."

"Kak, lo belom jawab gue, kenal Ona darimana?"

"Nggak usah kepo."

▪▪▪

Ya ampun, sudah terhitung berapa hari rasanya Nebula tidak menyentuh es krim cokelat milik Auntie Belanda. Tapi sebentar ... ada sesuatu yang harus ia tanyakan pada Halona terkait kejadian misterius kemarin.

"Ona, lo sejak kapan deket sama Kak Arcas?"

Halona yang masih sibuk mengusap layar ponselnya pun seketika terdiam di tempat. Sedikit mendongak, kemudian menatap Nebula yang masih bergeming seolah ingin mendapatkan jawaban saat itu juga.

Ia pikir, kalau Nebula sudah berpacaran sama es krim, semua hal-hal yang terjadi semalam tak akan dibahas lagi, bahkan dirinya pula sudah dengan sengaja tidak ikut menggunakan uang jajan Nebula untuk kebahagiaan dirinya dalam menyantap es krim. Masa tidak cukup aksi untuk menghindarnya?

"Hm? Kak Arcas? Kenal aja enggak, ih." Tawa gadis itu seketika pecah—walau sebenarnya ia sendiri pun tak tahu apa yang sedang ia tertawakan sekarang, bahkan ia sampai tak sadar bahwa para siswa yang tengah duduk di sekeliling mereka akhirnya menoleh.

"Ona bohong, ya?!" sahut Asya yang jadi ikut kepo dengan pembahasan.

Halona sontak menggeleng sembari melirik ke arah kedai es krim Auntie Belanda yang masih dipenuhi oleh antrean para murid SMA Daun Biru. Sejak dulu sampai sekarang, rasanya tak 'kan pernah sepi. Telat sedikit saja, maka dagangan akan habis. Ya memang, bisa Halona akui pula kalau teknik berjualannya bagus. Manda ada toko es krim yang memberikan diskon setiap hari sesuai tanggal?

"Eh, liat es krim Auntie Belanda rame terus, ya! Apalagi besok udah tanggal 30, harus makin gercep, nih!"

"Ona, jawab gue." Tak lagi ada senyuman yang terpancar dari raut wajah Nebula sekarang, kedua matanya memicing—mulai mencurigai bahwa Halona adalah dalang di balik semua kejadian buruk yang menimpalinya.

Namun, lagi dan lagi, seorang lelaki berjas biru dongker dengan celana cokelat mudanya itu sudah berjalan ke arah Nebula yang sibuk mencari jawaban dari seorang gadis yang namanya muncul di layar ponsel Arcas semalam.

"Nebul dicariin Kak Arcas," ucap Asya yang langsung memecahkan keheningan di antara ketiganya. Membuat Halona yang awalnya sibuk berteman dengan senam jantung bisa bernapas lega.

Nebula menoleh, lantas memutar bola matanya sembari mendengkus. Segera bangkit dan melangkah ke arah Arcas, kemudian bertanya, "Apa? Lo ngapain cari gue? Ini bukan lagi jam kerja san belajar."

Tak ada suara, lelaki itu dengan santainya langsung menarik telapak tangan sang gadis menuju pintu gerbang neraka.

"Kak? Lo mau ngapain lagi anjir ganggu gue terus? Oh, apa lo baru aja dikasih tau sama Ona kalau gue lagi cari tau? Jadi, lo dateng buat jadi pahlawan dan nyelametin dia?"

Langkah Arcas seketika terhenti sampai membuat Nebula yang masih berjalan sambil mengoceh terpaksa menabrakkan kepalanya di punggung lelaki titisan dinosaurus coklat ini.

"Lo nggak usah sok tau. Halona di dunia ini tuh nggak cuman satu, emang kalau gue punya adek dan namanya Halona juga? Nggak boleh?"

"Nggak usah sotoy karena gue nggak minat buat kenalan sama lo dan temen-temen lo."

Astaga, jangan-jangan Nebula terlalu berburuk sangka? Ya Tuhan, kebiasaan emang!

"Terus gue mau diapain?!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro