Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Me and Mom | Part.2

Q: Jika terlahirkan kembali, kau ingin terlahir dari ibu seperti apa?

-

-

-

Hujan deras membasahi kota Seoul, tepat beberapa menit setelah jam pulang kantor Eunji. Wanita cantik bermarga Jung itu jadi kesal sendiri, sebab mengabaikan perkataan ibunya pagi tadi. Padahal wanita yang melahirkannya itu sudah memperingatkan Eunji agar membawa payung hari ini. Tapi dengan keras kepalanya, ia menolak sambil mengatakan kalau sang ibu berlerbihan. Sekarang Eunji menyesal karena keputusannya dan jadinya ia hanya bisa mengerutu seorang diri sambil menatap bulir2 hujan yang menghantam bumi.

"Eunji-ya" Eunji segera menoleh kala mendengar seseorang memanggil namanya.

Senyum pun wanita itu kembangkan melihat sosok Minhyun yang berjalan mendekat kearahnya.

"Belum pulang?" Tanya pria bermarga Hwang itu ramah.

"Belum, aku tidak membawa payung" Jawab Eunji menunjuk kearah luar gedung kantor mereka.

Minhyun ikut mengarahkan pandangan keluar dan mengangguk ketika melihat bagaimana derasnya hujan di luar sana.

"Kalau begitu ayo pulang bersamaku saja" Ajak Minhyun membuat kedua mata Eunji membulat seketika.

"Eh, tidak usah" Tolaknya sambil menggerak2an tangannya di udara.

"Kenapa?"

"Arah rumahmu dan rumahku kan berbeda"

Minhyun tersenyum tampan "Tak masalah, sesekali aku ingin mengambil rute agak memutar"

Eunji girang bukan main, tapi mati2an Wanita Jung itu mengontrol diri untuk tidak menunjukan sikap di luar nalarnya. Tidak lucu kan kalau Minhyun tiba2 membatalkan niat baiknya, hanya karena melihat sikap abstrud seorang Jung Eunji.

"Benar tidak apa2?" Eunji bertanya –sekedar basa basi sebenarnya- pada Minhyun.

"Kau ini seperti dengan siapa saja" Minhyun memukul pelan lengan Eunji "Kajja, kita kebasemant" Ajak pria itu kemudian.

"Baiklah, maaf karena merepotkanmu pak presedir" Canda Eunji sambil membungkuk 90 derajat.

Minhyun tidak bisa untuk tidak tertawa karena sikap yang ditunjukan Eunji padanya. Pria Hwang itu memang selalu kagum dengan watak mandiri plus ceria yang dimiliki Eunji. Wanita bersurai pendek itu juga tak pernah menunjukan kesulitannya pada orang lain, sehingga membuat beberapa orang justru merasa hidupnya begitu santai.

Padahal, Minhyun sangat tahu kalau Eunji menjalani kehidupan yang tak mudah juga. Seorang wanita muda harus menjadi tulang punggung keluarga dan membiayai kuliah serta segala keperluan ibunya. Jika ada yang bilang itu sesuatu yang mudah, maka orang itu berpikiran sempit. Ah, atau Eunji saja yang terlalu pintar menutupi segala sakit yang ia terima. Jadi hal itu membuat orang2 berpikir apa yang ia lalui hingga sampai ditahap ini semudah membalikan tangan saja.

"Ya! Apa yang kau pikirkan?" Minhyun tersentak kala merasaka cubitan pelan di pipinya.

"Eoh, tidak....tidak apa2" Sangkal Minhyun.

"Eeey, kau memikirkan hal2 cabul ya" Tuduh Eunji sambil menunjuk hidung Minhyun.

"Jangan sembarangan bicara" Menepis jari Eunji pelan, Minhyun terkekeh diakhir kalimatnya.

Eunji ikut terkekeh membuat beberapa orang memandang iri kearahnya. Ya, tidak semua orang bisa tertawa bersama dengan seorang Hwang Minhyun. Dan Jung Eunji adalah satu dari beberapa orang yang beruntung bisa tertawa bersama dengan presedirnya tersebut.

"Sudah...sudah, sebaiknya kita bergegas sekarang" Minhyun menarik lengan Eunji dan membawanya menuju lift.

Menahan debar jantungnya yang memacu kencang, Eunji mengikuti langkah Minhyun yang terus menarik tubuhnya untuk menuju basemant gedung kantor mereka.

***

Ketukan pintu terdengar ketika Sung ryeong tengah memasak makan malam untuk keluarga kecilnya. Menatap sekilas panci sup yang sudah mendidih, wanita cantik itu pun melihat pada Wooseok kemudian. Putra bungsunya tersebut tengah menata meja makan, sambil sesekali bertukar pesan dengan Yuto teman kuliah kuliahnya.

"Wooseok-a, sepertinya ada tamu" Sedikit berteriak, Sung ryeong berujar pada Wooseok

Wooseok menoleh pada sang ibu, sebelum kemudian menajamkan pendengarannya.

"Benarkah?" Tanya Wooseok memastikan.

"Ne, coba kau lihat siapa yang datang" Perintah Sung ryeong.

Mengangguk pelan, Wooseok pun berjalan menghampiri pintu masuk. Dan benar kata Sung ryeog, seseorang mengetuk pintu kediaman mereka dengan tidak sabaran.

"Oh, Bomi noona" Wooseok membulatkan mata ketika baru saja membuka pintu kediamannya.

Sosok Bomi, sahabat sang kakak sudah berdiri disana. Dengan mengenakan mantel hujan dan dua buah kantung plastik besar di tangannnya, sahabat sang kakak melemparkan senyum lebar pada Wooseok.

"Hai Wooseok-a" Sapa Bomi sedikit mengigil

Wooseok meraih bawaan Bomi, kemudian menatap bingung kearah gadis Yoon tersebut. Kedua tangannya membawa plastik besar yang cukup berat, lalu bagaimana dia bisa mengetuk pintu rumah Wooseok.

"Aku menggunakan kakiku" Seperti paham keheranan Wooseok, Bomi menjawab bahkan tanpa ditanya.

"Aaaah, ayo masuk noona" Tukas Wooseok terkekeh geli.

Bomi mengangguk, kemudian mengikuti langkah Wooseok setelah lebih dulu melepas mantel hujan yang ia gunakan.

"Noonamu sudah pulang?" Tanya Bomi menyusul langkah Wooseok.

"Noona belum pulang" Jawab Wooseok "Mungkin sebentar lagi" Tambahnya kemudian.

Untuk kedua kalinya Bomi mengangguk, langkah kakinya dipercepat saat mencium aroma lezat dari arah dapur.

"Siapa yang datang Wooseok-a?" Mengira itu Wooseok, Sung ryeong bertanya sambil terus mengaduk sup buatannya.

"Aku omma" Jawab Bomi

Mendengar suara Bomi, Sung ryeong pun menoleh. Kemudian tersenyum lebar pada sahabat dekat putrinya tersebut.

"Omo, kau kemari hujan2?" Tukas Sung ryeong.

"Ne, aku rindu omma...makannya kemari" Jawab Bomi.

"Noona juga membawa banyak barang omma" Wooseok yang juga sudah memasuki dapur menunjukan bawaan Bomi.

Mata Sung ryeong membulat melihat apa yang Bomi bawa. Lobak, Kubis dan sawi berada dalam kantung plastik yang diberikan Wooseok.

"Kenapa kau membawa semua ini?" Tanya Sung ryeong bingung.

"Seorang nenek menjualnya di dekat kantorku tadi, karena mau hujan...aku memborong semuanya agar nenek bisa pulang lebih cepat" Jawab Bomi.

Sung ryeong menatap takjub pada Bomi, dia selalu suka dengan sikap perduli yang gadis Yoon itu miliki. Bomi bahkan selalu menolong orang2 disekitarnya, meski dirinya terkadang sering dirugikan karena hal tersebut.

"Apa kau sudah makan malam?" Tanya Sung ryeong

"Aku kemari karena ingin makan malam" Aku Bomi jujur.

Tawa Sung ryeong berderai "Kalau begitu cepatlah duduk di meja makan"

"Aku tak perlu membantu?" Tanya Bomi

"tak usah, sebentar lagi makanan juga matang" Tolak Sung ryeong.

Bomi tersenyum lebar, kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas miliknya.

"Ini untuk omma" Tukas Bomi mengarahkan sebuah isotonik pada Sung ryeong.

"Nenek penjual sayur memberikannya padaku tadi, tapi kurasa omma lebih memerlukannya daripada aku" Tukas Bomi melihat raut bingung yang tergambar di wajah Sung ryeong.

"Apa tak masalah?" Tanya Sung ryeong

"Tentu saja tidak"

"Baiklah, omma akan mengambil ini" Sung ryeong mengambil isotonik yang Bomi berikan "Sekarang pergilah tunggu di ruang makan" Perintah Sung ryeong kemudian.

"Baik omma" Bomi menurut, lantas pergi ke ruang makan seperti perintah Sung ryeong.

Suara ocehan Bomi pun terdengar tak lama setelah gadis itu keluar dari dapur. Sung ryeong bisa mendengar dia menasehati Wooseok agar berhenti mengirim pesan dan menemaninya mengobrol. Suasana sepi pun mulai pergi karena kedatangan Bomi dan hal itu sedikit menambah semangat Sung ryeong yang masih sibuk dengan masakannya.

***

Minhyun dan Eunji berlari menuju kediaman milik sang gadis Jung. Karena mobil tak bisa masuk ke daerah kediaman Eunji, jadi keduanya terpaksa harus menerobos hujan deras dengan jas kerja Minhyun sebagai payung mereka.

"Aigo" Eunji berujar ketika akhirnya tiba di teras kediamannya.

Tangannya sibuk membersihkan air hujan yang membasahi pakaiannya, meski hal itu sebenarnya sama sekali tidak membantu. Sebagian tubuh Eunji tetap saja basah karena jas kerja milik Minhyun tak benar2 efektif melindungi keduanya.

"Mau mampir dulu?" Tanya Eunji melihat tubuh Minhyun yang mengigil.

Tidak menjawab, Minhyun justru menatap bingung Eunji yang baru saja melempar frasa tanya padanya.

"Masuklah, nanti kupinjamkan pakaian Wooseok untukmu" Lagi Eunji berujar

"Ah, itu akan merepotkan" Minhyun tampak sungkan.

"Aku lebih dulu merepotkanmu bukan"

"Maksudmu?"

"Mengantarku sampai harus kuyup seperti ini, bukankah aku lebih dulu merepotkanmu?" Tukas Eunji menjelaskan maksudnya kepada Minhyun.

"Anniyo, kau sama sekali tak merepotkanku" Bantah Minhyun sembari menggeleng pelan.

Senyum bahkan sudah merekah di wajah tampannya, membuat Eunji yang semula kedinginan merasa sedikit kehangatan di hatinya.

"Tidak apanya? Kalau bukan karena memaksa mengantarku sampai di rumah, apa kau pikir tubuhmu akan kuyup begitu?"

Minhyun kembali diam sambil menatap kemejanya yang memang sudah sangat basah. Dia sendiri merasa risih sebenarnya, tapi dia benar2 merasa tak enak hati jika menerima tawaran Eunji.

"Aku takkan mau lagi menerima bantuanmu, jika kau menolak tawaranku kali ini" Ancam Eunji seperti paham apa yang ada di pikiran Minhyun.

"Hey! Apa kau sedang mengancam atasanmu?" Sambil terkekeh Minhyun berujar.

"Iya, aku sedang mengancam atasanku sekarang" Jawab Eunji seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Jung Eunji aku..."

Cklek, belum lagi Minhyun menyelesaikan ucapannya. Pintu rumah kediaman Eunji terbuka lebar, bersama munculnya sosok Wooseok yang menatap keduanya dengan tatapan tak percaya.

"Wuaah, aku tak tahu kalau omma seorang cenayang" Gumam Wooseok yang masih bisa tertangkap telinga Eunji dan Minhyun tentunya.

"Apa maksudmu?" Eunji yang tak paham melayangkan frasa tanya pada sang adik.

"Omma menyuruhku melihat keluar, kalau2 noona sudah pulang tapi belum masuk rumah" Wooseok berujar sambil menyerahkan selembar handuk kecil pada Eunji "Aku awalnya tak berpikir kalau firasat omma benar, tapi melihat ini..." Wooseok terkekeh kecil diakhir kalimatnya, membuat Eunji ikut tertawa pelan.

Hanya Minhyun yang diam menatap kedua kakak beradik itu. Pria Hwang itu telalu bingung untuk bereaksi dan pastinya terlalu kedinginan untuk mencoba memahami apa yang kedua Jung bersaudara itu katakan.

"Teman noona?" Wooseok menunjuk Minhyun yang tengah menatap keduanya dengan tatapan kebingungan.

"Atasanku" Balas Eunji.

Dia tak pernah menceritakan perihal Minhyun pada Wooseok, jadi adiknya itu tak kenal dengan sang atasan. Berbeda dengan Sungyeol dan Bomi yang memang setiap hari selalu jadi bahan gunjingan Eunji. Segala hal tentang pasangan itu Eunji bicarakan pada Wooseok dan juga omma mereka.

"Anyeonghaseyo, aku adik Eunji noona. Namaku Jung Wooseok" Dengan sopan Wooseok memperkanalkan diri pada Minhyun.

"Aku Minhyun, Hwang Minhyun" Balas Minhyun sambil tersenyum ramah.

Wooseok ikut tersenyum, kemudian menyenggol bahu Eunji pelan.

"Noona, ajak atasan noona masuk. Kalau tidak dia bisa sakit karena memakai pakaian basah seperti itu" Nasehat Wooseok kemudian.

"Kau dengar presedir? Ayo masuk ke kediaman sederhanaku" Ajak Eunji setengah bercanda.

Tak lagi bisa menolak, akhirnya Minhyun memutuskan untuk mampir ke kediaman Eunji. Mungkin dia bisa menetap sebentar, setidaknya sampai hujan sedikit reda di luar sana, pikir Minhyun dalam hati.

***

Makan malam sudah usai sekitar 30 menit yang lalu dan hujan belum reda di luar sana. Minhyun yang awalnya berencana pulang, dipaksa menginap oleh Sung ryeong. Awalnya tentu saja Minhyun menolak, namun karena wajah memelas Sung ryeong dan sedikit desakan dari Eunji, pada akhirnya pria bermarga Hwang itu akhirnya setuju untuk menginap.

"Presedir, eh...maksudku hyung. Silahkan tidur disini" Wooseok mempersilahkan Minhyun tidur di ranjang miliknya, setelah lebih dulu membersihkan tempat tidur miliknya tersebut.

"Aku tidur di ranjangmu?" Tanya Minhyun menunjuk ranjang milik Wooseok.

"Ne" Jawab Wooseok tanpa ragu.

"Lalu kau?"

Sekali lagi Minhyun melempar frasa tanya pada Wooseok, setelah melihat single bed milik pemuda jangkung tersebut. Ranjang itu tentunya takkan cukup untuk mereka berdua, jadi Minhyun sedikit bertanya2, dimana Wooseok akan tidur.

"Aku akan tidur dengan ommaku hyung" Sambil tersenyum lebar Wooseok menjawab pertanyaan dari Minhyun.

"Dengan ommamu?" Sedikit tak yakin, Minhyun kembali bertanya pada Wooseok.

"Ne" Wooseok mengangguk "Hyung tidurlah dengan nyenyak, aku akan ke kamar omma sekarang" Tukas Wooseok kemudian berlalu meninggalkan Minhyun tanpa menunggu jawaban dari pria Hwang tersebut.

Wooseok pun langsung menuju kamar ibunya, yang sudah menyiapkan bantal juga selimut tambahan untuk mereka gunakan.

"Omma" tukas Wooseok membuat Sung ryeong segera menoleh pada sang putra.

"Bagaimana? Atasan Eunji sudah tidur?" Tanya Sung ryeong pada sang putra.

"Tadi saat aku masih di kamar dia belum tidur, tapi tidak tahu sekarang" Jawab Wooseok yang sudah naik ke atas kasur milik sang omma.

Putra bungsu keluarga Jung itu bahkan sudah mencari posisi nyaman, membuat Sung ryeong tersenyum melihat sikapnya.

"Hah, kapan terakhir aku tidur di ranjang ini?" Tanya Wooseok dengan mata terpejam.

Sung ryeong mematikan lampu kamar miliknya dan menghidupkan lampu tidur yang ada di nakas sisi ranjang.

"Hmm, saat kau SMP mungkin. Omma saja lupa kapan kau terakhir tidur bersama omma" Jawab Sung ryeong.

Wooseok tersenyum kemudian memiringkan tubuhnya menghadap Sung ryeong.

"Aku jadi besyukur atasan noona menginap, jadi aku bisa tidur sambil memeluk omma malam ini"

Sung ryeog tertawa kecil "Ya, apa kau tidak malu? Bersikap manja sudah sebesar ini?"

"Eeeiy, walaupun aku sudah besar. Tapi aku tetap putra kecil omma bukan?" Balas Wooseok.

"Majayo" Sung ryeong mengangguk "Tak perduli sebesar apa putra atau putri omma, bagi omma kalian tetap bayi yang menggemaskan"

Keduanya tertawa bersama, meski tak senyaring suara hujan di luar rumah.

"Jja, sekarang waktunya tidur. Apa putra omma mau omma menyanyikan lagu tidur?" Canda Sung ryeong sambil megusap lembut rambut Wooseok.

"Ne, nyanyikan lagu tidur untukku" Wooseok sama sekali tak keberatan.

Sung ryeong tersenyum, kemudian mulai menyanyikan lagu penghantar tidur kesukaan Wooseok saat pria itu masih kecil.

***

"Jadi ommamu memintamu putus dengan Sungyeol?" Tanya Eunji pada Bomi.

Keduanya sudah sama2 berbaring di ranjang, namun belum tertidur karena Bomi menceritakan perdebatan yang terjadi antara dirinya dan sang ibu sore tadi. Tepatnya sebelum Bomi memutuskan pergi dari rumah dan datang ke rumah Eunji.

"Lalu apa yang kau katakan pada ommamu?" Tanya Eunji kemudian.

"Bisa apa lagi? Tentu saja aku menolaknya" Jawab Bomi dengan nada terdengar sedih.

"Imo pasti marah besar" Tebak Eunji yang dibalas anggukan pelan Bomi.

Bukan kali pertama perseteruan antara Bomi dan ibunya terjadi. Bahkan bila dicatat dalam sebuah buku, sejarah pertengkaran keduanya akan meghabiskan lebih dari selusin buku dengan tebal 1000 halaman per bukunya.

"Eunji-ya, kenapa ommaku tak pernah mau menerimaku apa adanya, seperti yang ommamu lakukan padaku?" Tanya Bomi dengan nada sedih.

"Bomi-ya" Eunji berujar sambil menoleh pada Bomi.

Bomi tak ikut menoleh padanya, pandangannya mengarah lurus ke langit2 kamar Eunji dengan pelupuk mata yang mulai dihiasi genangan air mata.

"Aku tahu kehadiranku bukanlah anugrah untuknya" Bomi berujar dengan suara serak "Aku juga tahu...kehadiranku hanyalah sebuah beban untuknya" Kali ini satu tetes air mata membahasi pipi Bomi.

"Omma berkali2 menegaskan kehilangan segalanya setelah kehadiranku. Dia juga bilang tak pernah lagi merasa bahagia saat aku lahir ke dunia. Tapi..." Bomi tercekat "...apa begitu sulit menerimaku? Apa...tak bisa mencoba menerimaku seperti dia menerima kehadiran saudara2ku yang lain?" Tak bisa membendung tangisnya, Bomi pun terisak pelan kini.

Eunji memeluk Bomi, mencoba menenangkan sang sahabat yang tengah dilanda gundah.

"Aku juga putrinya kan? Meski dia tak menginginkanku...aku lahir dari rahimnya kan?" Dalam isaknya, Bomi masih berujar.

"Ne,...kau putrinya, kau putri ommamu"

"Lalu kenapa dia seperti itu? Kenapa dia selalu begitu padaku"

"Ommamu hanya belum paham Bomi-ya, ommamu belum paham betapa berharganya kau untuknya" Eunji berujar masih sambil memeluk Bomi.

"Suatu saat...suatu saat nanti dia pasti bisa sadar, kalau kau....adalah putri terhebat yang dia miliki" Tambah Eunji lagi.

Bomi menarik tubuhnya dari pelukan Eunji dan memandang sahabat dengan tatapan penuh harap.

"Kapan itu?" Tanya Bomi

"Aku tak tahu, tapi...kuharap kau bisa bersabar menanti hari itu tiba"

Senyum tulus Eunji berikan pada Bomi, menarik sedikit kesedihan yang kini tengah gadis Yoon itu rasakan.

"Sekarang sebaiknya kau istirahat, karena...untuk berjuang melewati hari2 beratmu, kau memerlukan tenaga yang sangat banyak. Jadi...kau harus tidur untuk mengisi tenagamu" Saran Eunji yang dibalas anggukan pelan Bomi.

To Be Continue....

Answer:

Aku tetap akan memilih mejadi putri ommaku.
_Jung Eunji_

Aku ingin jadi putra seorang Kim Sung ryeong.
_Jung Wooseok_

Ommaku, aku akan tetap memilihnya apapun yang terjadi
_Hwang Minhyun_

Aku ingin lahir dari seorang wanita yang menginginkan kehadiranku. Yang bersyukur memiliku meski aku terlihat buruk atau jelek di mata orang lain. Aku...ingin omma seperti itu
_Yoon Bomi_
.
.
.
Langsa, 6 Januari 2021
Porumtal

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro