My Home
15 Mei 2004, hari yang membahagiakan untukku karena bisa kembali bernafas dan melihat indahnya dunia.
14 tahun telah berlalu, dengan membawa sebuket bunga mawar merah yang segar. Duduk di samping gundukan tanah dan sebuah batu nisan yang bertulis Go Anna.
Mengingat masa lalu bersama dengan nya membuatku tersenyum miris.
Aku masih mengingat suara lembut memanggilku putriku dan sebuah pelukan hangat yang membuatku nyaman.
"Hallo, bunda! Apa kau sudah bahagia disana?"
Sambil menaruh buket bunga itu di makam bunda ku.
"Anakmu sekarang sudah menjadi gadis yang besar dan tidak cengeng lagi"
Kedua bola mataku berkaca kaca sambil membersihkan rerumputan yang tumbuh di atas makam.
"Bunda! Aera sekarang sedang belajar masak." Aku menghela nafas berat.
"jika saja bunda masih ada. Pasti Aera sudah sangat hebat dalam memasak. Kan, bunda koki terkenal. Mana mungkin anak seorang koki tidak bisa memasak" senyumku berat sambil menahan tangis.
"Bunda, Aera pergi dulu ya. Soalnya kelas mau di mulai nih, nanti Aera telat lagi. Nanti Aera datang lagi ya buat nemenin bunda. Bye bunda." Pamitku.
***
Suara keributan datang, setibanya aku di sekolah. Banyak siswi berteriak histeris meneriakkan nama Kim Yohan.
Ya benar! Kim Yohan, atlit taekwondo nasional yang baru saja kembali dengan mendali emasnya.
Aku yang tidak tertarik dengan itu hanya melewati segerombolan siswi yang mengerumuni sosok laki-laki yang bernama Yohan itu.
"Ish, cewek seleranya rendah sekali. Dia gak lihat apa? Kim Yohan di hadapannya? Malah dilewatinya gitu aja" cibir salah satu siswi.
Aku tidak menggubris perkataannya dan pergi melewati mereka begitu saja.
"Ya!!! Mana tugas Matematika nya? Sudah kamu kerjakan?"
Tanya Yura anak hits yang sok jagoan.
Aku membuka tas ku dan mengambil buka tugas matematika Yura.
Cewek itu mengecek semua tugas tugasnya yang sudah rampung ku kerjakan.
"Nah gini nurut, besok besok kerjakan lagi ya tugasku. Jangan sok nolak"
Cewek itu mendorong tubuhku hingga menghantam sandaran kursi. Dengan wajah juteknya dia pergi ke tempat duduknya.
Aku hanya bisa diam karena jika aku melawan aku tetap akan disalahkan.
***
"Pulang sama siapa?" Tanya seorang anak laki laki dengan senyum manis.
"Mau pulang dengan ku?" Tawarnya.
"Enggak usah Ren, aku bisa pulang sendiri" tolakku.
Anak laki laki itu sontak tertawa terbahak bahak bahkan orang sekitar kami pun juga tertawa.
"Ya kali, aku mau ngajak lo pulang bareng?! Motor mahal ku gak bakal sudi buat gonceng gadis kek lo," ucap Renjun
Karena ucapan Renjun yang sangat membuatku malu aku langsung berlari pergi meninggalkan sekolah secepat mungkin.
***
"Aku pulang" ucapku sambil menaruh sepatuku di rak sepatu.
Sama seperti hari biasanya, rumah tampak sunyi tanpa kehadiran siapapun.
Aku sangat sedih, melihat seisi rumah yang begitu sepi tanpa kehadiran ayah, bunda, dan kakak kakak ku.
Aku sangat merindukan kehangatan rumah yang dulu pernah ku rasakan semasa bersama bunda.
Semua orang yang sangat sayang denganku, aku selalu di jaga, dan tidak pernah boleh terluka sedikitpun. Tapi sekarang sangat berbeda. Tidak ada yang peduli kepadaku bahkan teman temanku menjauhiku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro