",•'° g e t c a u g h t pt. 2
Play: more than any star -
Red velvet ost hotel del luna
Sinar matahari membias, membelai wajah Dahyun yang tak tertutupi selimut. Tubuhnya menggeliat, tangannya bergerak mematikan alarm di atas nakasnya lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Kesadarannya masih belum terkumpul sempurna, namun ketika ia membuka matanya, gadis itu terhenyak.
“Mwoya, kenapa aku bisa ada di sini?”
Dahyun mengedarkan pandangannya, namun tidak ada siapapun di kamarnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa mencelos saat tak melihat keberadaan ketiga lelaki itu di sini. Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang sangat berharga karena tanpa ia sadari, mereka bertiga sudah masuk terlalu jauh dalam kehidupannya.
Dahyun berdecak, tangannya menyugar rambutnya ke belakang lantas mencepolnya asal sebelum akhirnya turun dari atas ranjang. Ia harus segera menemui Yoongi. Bisa-bisanya lelaki albino itu mengambil mereka darinya dan tak mengembalikannya lagi.
“Ck, Kang Yoongi sialan.”
Dahyun meraih gagang pintu, lantas membukanya hingga terdengar suara gedebuk disusul dengan erangan kesakitan. “Ahh! Appo!” rengek Taehyung seraya memegangi dahinya yang memerah. Rupanya, lelaki itu hendak membuka pintu kamar Dahyun bertepatan dengan Dahyun yang membuka pintunya dari dalam, membuat pintu kayu itu sukses mencium jidat paripurnanya.
Sementara Dahyun mematung di tempatnya, ia mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Jimin dan Jungkook yang rupanya tengah membereskan sisa kekacauan kemarin saat Soobin dan Yoongi datang kemari.
“Mwoya … sejak kapan kalian kembali?”
“Kau tidak ingat? Semalam kami menemukanmu sudah tertidur di luar, untungnya Jungkook sempat menahanmu, kalau tidak kau pasti sudah jatuh,” omel Jimin dengan bibir mengerucut sebal. Sebenarnya, Jimin tidak sebal pada Dahyun, ia justru merutuki kakinya yang lebih pendek dari Jungkook sehingga lelaki itu berlari lebih cepat darinya.
“Ya! Apa kau tidak melihat keadaanku?” protes Taehyung, membuat Dahyun menoleh ke belakang, mendapati wajah kesal lelaki itu dengan dahi memerah. “Kau harus bertanggung jawab!”
Dahyun menghela napas panjang. Ia mendekat ke arah Taehyung, lantas menyibak rambut lelaki itu ke belakang lalu berjinjit untuk melihat dahinya lebih dekat, “Ini hanya luka kecil, setelah di kompres dengan es batu pasti tidak akan sakit lagi,” ujarnya dengan tenang. Berbanding terbalik dengan Taehyung yang membeku di tempatnya. Dahyun langsung berjalan ke dapur untuk mengambil es batu, sementara Jimin dan Jungkook hanya mampu merutuk ditempat saat melihat perlakuan manis Dahyun pada Taehyung tadi.
Dahyun kembali dengan es batu yang telah dilapisi kain lalu memberikannya pada Taehyung. “Ini, kau tekan-tekan sendiri pada dahimu. Maaf soal tadi, aku tidak tahu kalau kau ada diluar saat aku membuka pintu.” Taehyung mengangguk dan tanpa banyak bicara lagi, ia langsung mengompres dahinya dengan benda itu. Rasa kesalnya pada Dahyun tadi, kini sudah hilang, ia malah merasa senang dengan perlakuan gadis itu tadi.
Setelah mengurus Taehyung, Dahyun beralih pada Jimin dan Jungkook yang baru selesai membereskan barang-barang di sekitar meja. “Sudah selesai? Baiklah, sekarang waktunya untuk membahas masalah kemarin.” Gadis itu menyuruh Jimin dan Jungkook untuk duduk lewat matanya sementara Taehyung yang sudah duduk di sampingnya hanya memperhatikan dengan bingung.
“Kemarin … kenapa kalian bisa tiba-tiba berubah menjadi hewan? Lalu—albino … ani maksudku Kang Yoongi, kenapa lelaki itu bisa tahu tentang kalian? Apa sebelumnya kalian pernah bertemu dengannya? Kalian pasti pernah keluar dari rumah ini saat aku tidak ada, kan? Ayo jawab!”
Ketiga lelaki itu malah kebingungan karena Dahyun langsung menanyakan banyak hal sekaligus.
“Ya, kami tidak mengerti. Apa kau bisa menanyakannya lagi satu persatu?” Jimin angkat bicara, membuat Dahyun menghela napas dan kembali mengulang pertanyaan tadi.
“Baiklah, kita mulai dari yang pertama, kenapa kalian bisa berubah menjadi hewan kemarin?”
“Bukankah kami sudah mengatakannya? kami memang berasal dari hewan,” balas Jungkook.
“Iya, tapi—kenapa bisa tiba-tiba berubah? Apa ada hal yang kalian lakukan sebelumnya?”
Ketiganya saling berpandangan sesaat. “Emm itu … Yoongi hyung bilang kalau kami keracunan makanan,” ujar Taehyung membuat manik Dahyun langsung melotot.
“Mwo? Keracunan? Ya! Apa lelaki itu pikir aku memberi kalian makanan kadaluarsa?! Ck, si albino itu benar-benar keterlaluan, rasanya aku ingin—“
“Ingin apa?” Yoongi tiba-tiba saja muncul dari balik pintu, lantas masuk ke dalam rumah Dahyun begitu saja dengan pakaian santainya. Setelan training yang terlihat lusuh dimata Dahyun.
“Ya! Bagaimana bisa kau masuk kemari?”
Yoongi mengangkat bahunya cuek, “Pintunya tidak tertutup dengan benar dan sepertinya ada yang sedang membicarakanku jadi aku mampir untuk memastikan.”
Dahyun mencebik kesal lalu mendelik saat lelaki itu duduk seenaknya di sofa yang berhadapan langsung dengannya. "Ck, dasar tidak tahu diri.”
“Aku memang selalu seperti ini.”
“Terserah. Oh ya, aku ingin menanyakan sesuatu, darimana kau tahu soal mereka? Dan—kemana kau membawa mereka pergi kemarin?” tanya Dahyun to the point, setidaknya ia harus menanyakan dua hal ini sebelum mengusir albino menyebalkan ini dari rumahnya.
“Umm … hanya itu? sepertinya aku tidak perlu menjelaskan lagi. Pertanyaanmu nanti akan dijawab oleh Seokjin.”
“Seokjin?”
Tak lama, pintu rumah Dahyun kembali dibuka, menampilkan seorang lelaki jangkung bersetelan resmi dengan rambut yang ditata rapi. Bak seorang model papan atas, lelaki itu melangkahkan kaki jenjangnya perlahan memasuki rumah ini. Dahyun bahkan sampai menganga saat melihat visualnya yang terlihat begitu menawan. Lelaki bernama Kang Seokjin itu tersenyum tipis sebelum membungkuk sembilan puluh derajat, “Annyeonghaseyo, maaf datang tiba-tiba seperti ini. Saya Kang Seokjin, perwakilan dari kaum eternity,” ujarnya tegas.
Sementara Dahyun malah melongo, “Nde? Kaum—ete … eter … “
“Eternity,” ralat Yoongi membuat Dahyun langsung mendelik sebal ke arahnya, lalu mempersilahkan Seokjin untuk duduk.
“Geunde, aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud dan tujuan anda datang kemari. Apa ini ada hubungannya dengan … mereka bertiga?” tanya Dahyun. Ia benar-benar kebingungan dan sama sekali tidak paham dengan apa yang tengah terjadi saat ini.
“Saya akan langsung keintinya saja. Ya, mereka bertiga rupanya termasuk ke dalam kaum kami, eternity. Anda telah membangkitkan mereka dan sebagai konsekuensinya, ada beberapa hal yang harus anda taati.” Seokjin mengeluarkan sebuah amplop lalu memberikannya pada Dahyun.
“Di dalam amplop itu berisi kontrak dan beberapa ketentuan yang harus kau lakukan. Mungkin ini terdengar tidak nyata, tapi kaum kami telah tersebar di seluruh dunia. Demi menjaga ikatan yang telah terjalin antara manusia dan kaum kami ratusan tahun yang lalu, kontrak seperti ini perlu ditetapkan. Kau bisa membacanya dulu dan menandatanganinya nanti, lalu—jika ada pertanyaan lain kau bisa langsung menanyakannya pada Yoongi.”
“Eoh? Apa … dia juga termasuk kaum eternity?” tanya Dahyun seraya menunjuk Yoongi dengan dagunya.
“Iya. Dia kucing yang agak menyebalkan.”
“Ya! Dasar tikus!”
“Aku hamster!”
“Sama saja.”
“Tentu saja berbeda! Sudahlah berhenti membahas itu, kau lupa? Derajatku lebih tinggi daripada kau,” balas Jin telak hingga membuat Yoongi mendengus dan memalingkan wajahnya. Seokjin berdeham, berusaha mempertahankan image cool-nya.
“Ekhm, tolong abaikan percakapan kami tadi, sebentar lagi akan datang persediaan makanan untuk kalian bertiga. Kalian harus memakannya selama seminggu penuh, baru bisa memakan makanan manusia. Untuk keperluan lain, akan kami kabarkan secepat mungkin. Kau bisa menghubungiku jika ada masalah karena sepertinya Yoongi tidak bisa diandalkan.”
“Ya! Hyung!”
“Kalau begitu, tugasku sudah selesai dan ini kartu namaku.” Setelah berpamitan, Seokjin langsung beranjak dari tempatnya lalu keluar dari rumah ini dan tak lama, beberapa orang berpakaian hitam membawa beberapa kardus dan menatanya di dapur. Kardusnya cukup banyak, jika dihitung, mungkin ada sekitar 5 sampai sepuluh kardus di tumpuk dekat kulkas.
Dahyun memijat keningnya, kepalanya terasa ingin meledak karena tidak mampu mencerna hal-hal yang baru ia ketahui. Gadis itu tidak menyangka jika prosesnya akan serumit ini. Dahyun pikir, ia tinggal merawat mereka saja, bak simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Namun kenyataannya, ia malah disuruh menandatangani kontrak dan mematuhi peraturan semacamnya. Amplop di tangannya belum dibuka, tapi ia sudah merasa tidak sanggup untuk memikirkannya lagi.
“Hah … bagaimana? Kau akan menandatangani kontraknya?” tanya Yoongi, membuat Dahyun langsung memandanganya malas.
“Ya, mau sampai kapan kau disini?” tanya Dahyun sarkas.
“Entahlah, sebenarnya aku sangat sibuk.”
“Kalau begitu pergi saja dari sini,” ujar Jimin telak membuat Taehyung mati-matian menahan tawa sementara Jungkook menatap Yoongi dingin.
Yoongi berdecak tak percaya, “Ck, kalian ini. kalau kemarin aku tidak menyelamatkan kalian, kalian pasti sudah tidak ada di sini.”
“Iya iya, sudah sana pergi. Katanya sibuk,” balas Taehyung yang semakin membuat Yoongi naik darah. Namun pada akhirnya, lelaki itu tetap pergi walaupun dengan perasaan dongkol setengah mati.
Sebenarnya, jika harus dijabarkan. Ketiga lelaki ini jauh lebih merasa kesal. Sejak tadi ketiganya diabaikan. Rasanya seperti diasingkan di tengah-tengah perbincangan orang dewasa. Padahal itu semua menyangkut tentang mereka, tapi mereka sendiri justru hanya diam dan mendengarkan. Sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat.
“Hah … ini masih jam sepuluh pagi. Aku bahkan belum mandi dan sarapan, tapi kenapa kepalaku rasanya sudah ingin meledak.” Dahyun menyandarkan kepalanya pada sofa. Membiarkan kepalanya menengadah sementara matanya sudah memejam. “Aku benar-benar tidak paham. Jadi kalian harus menjelaskan padaku lagi ya. Mungkin aku bisa lebih mengerti bahasa kalian dibandingkan ucapan lelaki tampan tadi.”
“Yang tadi itu tampan menurutmu?” tanya Taehyung tidak percaya. Dahyun mengangguk tanpa beban, “Iya, dia sangat tampan hingga aku tidak bisa fokus dengan perkataannya. Hanya mengagumi wajahnya saja lebih menarik.”
“Ck, bukankah kami jauh lebih tampan darinya?” ujar Jimin percaya diri. Dahyun menegakan duduknya, lantas memandangi ketiga lelaki itu satu persatu. “Ya … kuakui kalau kalian juga tampan tapi—ppfftt … tidak bisa. Aku jadi selalu terbayang wujud asli kalian, terutama Taehyung. Hahaha—“ Dahyun langsung terbahak-bahak dan menabok bahu Taehyung berkali-kali. “Kupikir kau akan berubah jadi harimau besar, tapi ternyata kau hanya sebesar kucing. Dan Jimin, kau mungil sekali, hampir saja aku menginjakmu.”
“Lalu aku?” tanya Jungkook, membuat pandangan Dahyun langsung beralih padanya. “Bagaimana denganku?” tanyanya lagi. Sejak tadi, lelaki itu terus diam, makanya Dahyun agak kaget saat lelaki itu tiba-tiba saja menyeletuk untuk mendengar pendapatnya. “Kau lucu, bahkan saat ini pun kau terlihat seperti kelinci,” ujar Dahyun santai sementara kuping Jungkook langsung memerah.
“Baiklah, aku akan mandi dulu. Kalau kalian belum sarapan, kalian bisa sarapan lebih dulu dengan makanan di dus yang dibawa mereka tadi.” Dahyun segera beranjak dan berjalan menuju kamarnya. Namun belum sempat ia membuka pintu, terdengar suara seseorang yang tengah menekan tombol kunci dari luar. Beberapa sekon selanjutnya, Pinky muncul, diikuti dengan Chaeyoung yang membawa sekresek makanan. “Dahyun-ah, kami—“
Kresek di tangan Chaeyoung langsung jatuh, Pinky mematung di tempat sementara ketiga lelaki yang masih duduk di sofa itu hanya melihat ke arah mereka dengan manik polos. Dahyun menggigit bibirnya gugup, mampus, kali ini aku benar-benar tertangkap basah.
Untuk pertama kalinya, Dahyun menyesal telah memberitahu password rumahnya pada mereka berdua.
First update in 2021✨
Well, ini memang cuma sebabak tpi panjangnya sampe 1,6k words jadi jangan lupa vote + komennya biar makin semangat ngelanjutnya 💜
[02 januari 2021]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro