Yotsuba Tamaki
(Name)
"Mba pulang... "
/lepas sepatu, muka lelah.
Tamaki
"Met datang~ "
/makan jeli nutri*el. Duduk santai disofa ruang tamu.
(Name)
/datengin Tamaki yang lagi duduk disofa.
(Name)
"Hari ini masak tumis kangkung, ayam goreng sama sambal terasi gak papa, kan? "
/elus pelan rambutnya Tamaki.
Tamaki
"Aku bakal makan semua masakan yang dimasakin Mba. "
/noleh ke (Name)
(Name)
"Oke. Adik tunggu sebentar, ya! Mba masakin setelah ganti baju. "
Tamaki
/angguk.
(Name)
/jalan kekamarnya. Pijit-pijit pelan bahunya.
(Name)
"Aduduh... "
/gumam.
Tamaki
"Mba! "
(Name)
/langsung pasang muka biasa aja. Noleh ke Tamaki sambil senyum.
(Name)
"Iya? "
Tamaki
"...gak papa. "
/wajah murung.
(Name)
"Ada apa? Cerita sama Mba. Adik udah janji bakal cerita apa aja ke Mba, kan? "
Tamaki
"...Mba juga janji bakal cerita ke Adik, tapi Mba malah nyembunyiin cerita... "
/buang muka.
(Name)
/tersentak. Narik napas pelan.
(Name)
"Mba cerita apa aja, kok. Kemarin juga Mba cerita kalau ada pelanggan yang– "
Tamaki
"Bukan cerita yang kayak gitu! "
/teriak.
(Name)
/kaget.
Tamaki
"Adik gak mau dengar cerita kayak gitu! Gak mau! Bisa gak sih Mba jujur sama Adik?! Mba sendiri tau kalo Adik itu bodoh! Adik gak bakal paham kalo Mba gak cerita! "
(Name)
"A-adik... Tenang ya... Ada apa? Adik punya masalah di sekolah? Coba cerita–"
Tamaki
"Yang harusnya cerita itu Mba! Bukan Adik yang hanya bisa ngerepotin! "
(Name)
"Tamaki! Mba gak merasa kamu ngerepotin! Kamu itu tanggung jawab Mba! Jangan pernah kamu mikir kayak gitu! "
Tamaki
/diam. Palingin wajah dari (Name)
(Name)
/tarik napas lagi, jalan pelan mendekati Tamaki.
Tamaki
"...Adik mau... Dengar suara hatinya Mba yang sebenarnya... Adik tau kalau Mba capek, Adik tau kalau Mba nangis tiap malam karena mikirin biaya sekolah adik... Adik juga tau.. Kalau Mba itu pengin kita bertiga kumpul lagi... Adik, Aya, dan Mba..."
/nahan tangis.
(Name)
/narik pelan bahunya Tamaki, senderin kepalanya dipundaknya. Elus pelan kepalanya Tamaki.
(Name)
"Liat? Tanpa Mba cerita Adik udah tau. Padahal Mba udah berusaha biar gak ketauan. "
/ketawa pelan.
Tamaki
/mulai nangis.
(Name)
"Stt... Adiknya Mba jangan nangis... "
/elus pelan bahunya Tamaki.
Tamaki
"Adik... Mau putus sekolah aja... Mau bantuin Mba cari uang... Buat apa juga sekolah kalo bikin Mba nangis melulu tiap malam... "
/sesegukan.
(Name)
"Hayoo. Adik gak boleh gitu, Mba rajin kerja sampai seperti ini supaya Adik bisa sekolah. Pakai baju seragam bagus kayak teman-temannya Adik. Adik gak usah mikirin biaya, itu semua tanggungan Mba. "
/hapus air mata di pipinya Tamaki.
Tamaki
"Gak mau. Adik juga gak pinter-pinter disekolah. "
(Name)
/senyum tipis.
(Name)
"Bukan karena pintar enggaknya, Mba mau Adik punya bekal dimasa depan. Biar bisa ngejar mimpinya Adik. "
Tamaki
"Adik gak punya mimpi! "
(Name)
"Siapa bilang? Mba tau kok kalau kamu latihan ngedance dikamar diam-diam. "
/ketawa pelan.
Tamaki
"...Mba... Tau? "
/muka kaget.
(Name)
"Tau lah. Terus Adik tau gak? Pas liat Adik latihan ngedance diam-diam dengan wajah ceria, Mba jadi mikir. Mikir kalau Mba harus lebih giat kerja, supaya Adik bisa tetap sekolah dan ngeraih impian Adik. Mana bisa Mba hancurin mimpi Adik hanya karena keterbatasan biaya? "
Tamaki
"Mba... "
/nangis sesegukan, peluk erat (Name)
(Name)
/balas peluk, muka nahan tangis.
(Name)
"Adik harus janji, sekolahnya lebih rajin. Dengerin penjelasan guru terus jangan repotin Dik Iori ama Dik Haruka, Mba kasian liat mereka ngurus kamu yang kayak Sapi kurban ngamuk terus lepas. "
/ketawa, air mata mulai netes.
Tamaki
/angguk-angguk, masih nangis.
(Name)
"Kalau kita udah siap secara finansial, kita jemput lagi Didik Aya, ya? "
/tepuk-tepuk pelan punggungnya Tamaki, suara getar.
Tamaki
/angguk pelan.
Tamaki
"Adik janji... Bakal sukses dan gak biarin Mba kerja bagai kuda! Gak bakalan! "
/lepasin pelukannya (Name), pegang erat lengannya (Name). Ingus meler sana-sini.
(Name)
/ketawa lepas, air mata tambah deras keluar.
(Name)
"Iya! Bakal Mba tunggu saat ketika Mba gak jadi titisan kuda lagi! "
/berusaha hapus air mata yang keluar.
(Name)
"Mba capek harus lari sana-sini keliling resto, tapi gak papa! Demi Adik walau kakinya Mba bakal kepasang tapal kuda Mba jabanin! "
/sesegukan.
Tamaki
"Tapi Adik gak mau Mba beneran jadi kuda! "
/nangis kejer lagi.
(Name)
"Gak lah, adik! Mba gak bakal jadi kuda–"
/muka panik walau masih nangis.
Tamaki
"Liat aja kalau Mba sampai jadi kuda beneran, aku ajak by one si pemilik resto gak ada akhlak itu! "
/peluk lagi (Name)
(Name)
/senyum tipis dengan berlinang air mata, angguk pelan.
Tamaki
"Pokoknya hari ini sesi curhatnya Mba! Mba harus jujur sejujur-jujurnya! Gak boleh ada yang ditutupi! Soalnya bohong itu lie! "
/ndusel-ndusel di lehernya (Name)
(Name)
/angguk lagi.
(Name)
"Iya! Mba juga lagi kangen berat sama Adik! Kita ngomong bareng sampai larut malam! Rasanya udah lama gak ngomong bareng ama Adik! "
_________________
Piu! Udah ngomong dari hati ke hati kepada orang yang terkasih, belum?
Kalau ada orang terkasih yang terlupa karena kesibukan, coba ajak ngobrol. Kadang obrolan ringan antara pembaca sekalian dengan orang terkasih jadi semacam healing ampuh dari padatnya kesibukan. Sama ampuhnya dengan healing jalan-jalan kesana kemari~
Yang lagi muales sekolah karena satu dua alasan, Enthor hanya mau bilang...
Mau Enthor tempeleng onlen^^?
Apa by one sebentar sini?
/tampol pelan diri sendiri.
Bercanda... Iya kali Enthor mau nampol orang...
Kalau lagi malesss banget sekolah karena satu dua hal, jangan diterusin. Gak baik. Masa sekolah kayak gini harus dimamfaatin, cari teman. Gak usah banyak-banyak gak papa, yang penting ketika kamu bersama mereka kamu bisa ketawa lepas memperlihatkan tawa paling ceria kamu. Cari pengalaman dan memori indah, bakal senyum-senyum sendiri kalau ingat lagi memori lucu di masa sekolah, kan?
Rasa malas sekolah wajar, kok. Semua pelajar pernah ngerasain, begitu juga dengan Enthor. Tapi semangat Enthor balik lagi ketika ingat betapa lelahnya orang tua Enthor biayain sekolah Enthor. Ditambah syukurlah ada Mbaknya Enthor yang jadi 'payung' bagi Enthor yang masih butuh peneduh. Jadi 'tali' buat Enthor yang labil oleng sana-sini. Jadi 'panci' buat nampol ketika rasa malas yang datang.
Mungil-mungil begitu Mbak Enthor adalah sosok yang kuat jiwanya, Enthor mah kalau diibaratin kayak kertas Mbaknya Enthor kayak panci presto!
Chapter kali ini didedikasikan untuk Mbaknya Enthor yang kayak Mak, teman, sohib perhaluan, plus ustazah dadakan.
Trims lo Mbak...
Adikmu ini sukses jadi gadis tukang halu di dunia oren.
/angkat jempol, nyengir.
Buat kamu yang lagi malas sekolah juga, ayo semangat! Enthor yakin kalian punya secercah mimpi! Tetap jaga secercah mimpi itu, jangan sampai redup bahkan menghilang!
Ah satu lagi!
Coba tegok sebentar kebelakang ketika kamu merasa sendiri.
Ada orang yang selalu mengkhawatirkan kamu, tapi kamunya yang gak sadar~
Ayo dinotis, kasian dighosting mulu :(
Yang mikir itu oshi gepeng, Enthor tempeleng beneran, nih :(
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro