Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.7 MAY - Perhaps Love

HOLAAAAAA, selamat datang kembali.
Terima kasih karena masih betah di lapak absurd ini meski updatenya tiga bulan sekali 🙏🙏🙏🙏

Mengandung sedikit kegosongan. Jadi, diharapkan untuk membacanya setelah bedug. Oke?

🎲🎲🎲

Lisa merasa sedikit bersalah setelah melakukan percintaan panas dengan suaminya sendiri. Wanita itu terlihat melamun dengan pikiran yang berkeliaran entah ke mana, mengabaikan sosok tampan yang saat ini menjadi lawan bicaranya.

"Sayang, ada apa?" Ken menyentuh tangan Lisa di atas meja, menarik sang empunya untuk kembali dalam fananya dunia. "Kenapa melamun terus sejak tadi?"

Lisa menggeleng gugup dan berusaha mengumpulkan sisa akal sehatnya. "Tidak ada. Hanya sedang memikirkan pekerjaan."

Berbeda dengan Sehun yang langsung pergi ke studio pemotretan untuk bekerja, Lisa memilih untuk mengambil cuti dua hari dan waktu makan malamnya dihabiskan bersama Ken.

Ken menatap kekasihnya dengan intens. "Ada yang kau sembunyikan dariku," celetuknya, "Apa ini tentang Sehun?"

Sial! Lisa tersedak salivanya karena pertanyaan Ken terlalu tepat sasaran. Bagaimana kekasihnya ini tahu kalau Lisa sedang memikirkan Sehun? Apa tertulis jelas di keningnya?

Lisa tertawa kering untuk mencairkan suasana. "Untuk apa aku memikirkan Sehun," kilahnya seraya mengaduk makan malamnya tanpa minat. "Dia bukan siapa-siapaku lagi."

Ken tidak menanggapi dengan kata, tapi tatapannya mengawasi Lisa dengan ketat, bahkan menyadari perubahan sikap kekasihnya itu, tapi Ken mencoba untuk tidak menggalinya lebih dalam.

"Tinggallah bersamaku malam ini," pinta Ken dengan rengekannya. Laki-laki itu nemeluk Lisa dari belakang dan mencium leher wanitanya. "Aku ingin bersamamu."

Lisa mengusap tangan Ken di perutnya dan menoleh untuk melihat wajah kekasihnya. "Aku juga ingin bersamamu malam ini, tapi aku akan tinggal sementara waktu di rumah ibu mertuaku. Jadi, aku harus pulang," sesalnya dengan penuh rasa bersalah.

"Setidaknya tinggallah di sini satu jam lagi." Ken masih berusaha membujuk Lisa. Tampaknya laki-laki itu tidak ingin melepaskan sang kekasih begitu saja.

Tangan yang tadinya berada di perut Lisa kini mulai bergerak naik dan memijat lembut dada wanita itu dari luar pakaiannya.

Lisa mendesah pelan dan mendorong dadanya maju untuk mendapatkan sentuhan yang lebih banyak. Wanita itu juga ingin tinggal, tapi tidak bisa.

BENAR-BENAR TIDAK BISA.

Leher Lisa mulai mendapatkan serangan dari bibir Ken, membuat setengah akalnya berlarian. Wanita itu menekan kepala belakang Ken agar mengeksplorasi lehernya lebih dalam lagi.

Hisapan yang keras di lehernya menyadarkan Lisa akan sesuatu. Buru-buru dia menarik kesadaran dirinya dan menghentikan semua kegiatan Ken yang memanjakannya.

"Ken, aku harus pulang," katanya saat berbalik menghadap Ken. "Ibu mertuaku akan mengoceh panjang jika aku terlambat pulang hari ini."

Ken mendesah dengan wajah ditekuk kesal. Laki-laki itu jelas masih ingin menghabiskan waktunya bersama Lisa, tapi status pernikahan wanita itu membuat mereka tidak lagi sebebas dulu.

Lisa membungkus kedua pipi Ken dan mengusapnya lembut. "Kita akan menghabiskan waktu bersama lagi setelah aku dan Sehun pindah ke rumah kami," katanya menenangkan, "Setidaknya bertahanlah dengan situasi ini sampai minggu depan."

"Janji hanya sampai minggu depan?" Ken setengah merengek, tidak ingin jika hanya diberi janji palsu.

Lisa mengangguk. "Aku janji," katanya penuh keyakinan, lalu mencium Ken sekilas.

Namun Ken merasa tidak cukup hanya dengan ciuman singkat. Laki-laki itu menarik Lisa untuk mendekat padanya dan mencium dengan rakus sebelum berpisah malam ini.

Saat sampai di rumah, Lisa tidak menemukan Sehun. Hanya ibu mertuanya dan dua lusin pelayan. Berbeda dengan Lisa yang memiliki dua kakak laki-laki, Sehun adalah anak tunggal. Jadi, bisa dipastikan betapa kesepiannya Sehun selama ini karena tidak memiliki saudara. Satu-satunya teman yang Sehun miliki hanya William.

Hanya. William.

Sekarang Lisa sedang mematut tubuh telanjangnya di cermin, di mana ada banyak sekali bercak merah di sekujur tubuhnya dan bagian dadanya terasa agak sakit saat Lisa menyentuhnya.

"Si Bastard itu benar-benar gila saat di atas ranjang," keluhnya seraya membelakangi kaca dan melihat punggungnya yang juga memiliki beberapa bercak.

Sungguh, sebrutal apa pun dia bercinta dengan Ken, tidak pernah tubuh Lisa dipenuhi dengan tanda kemerahan sebanyak ini. Jika Lisa tidak salah hitung, ada sekitar 30 bercak di sekujur tubuhnya. Mulai dari leher, dada, lengan, perut, bahkan paha bagian dalam.

"Ken tidak melihat bercak di leherku, 'kan?" gumam Lisa khawatir.

Sebenarnya Lisa tidak benar-benar ingin pulang tadi. Wanita itu juga masih ingin menghabiskan waktunya bersama Ken, tapi bekas percintaan panasnya dan Sehun semalam pasti akan menghancurkan perasaan Ken, lebih-lebih lagi hubungan mereka.

Jadi, kabur adalah satu-satunya hal yang bisa Lisa lakukan.

Wanita itu menatap pantulannya dari cermin dengan tangan memegang pinggiran wastafel.

Pikirannya membawa Lisa pada ingatan masa lalu, di mana wanita itu berbicara dengan Sehun untuk kali pertama.

Saat itu keduanya masih duduk di kelas dua SMA. Sehun adalah murid populer di sekolah yang menjajal dunia modeling—sebelum memutuskan untuk menjadi fotografer. Satu sekolah mengenalnya, termasuk si Lalisa Chloe Dayne.

Tidak hanya Sehun saja yang menjadi sorotan, tapi Lisa juga menjadi pusat perhatian di sekolah untuk hal yang lain.

Waktu itu Sehun sedang bermain basket dan Lisa berjalan di pinggir lapangan. Seperti yang semua orang bayangkan, bola itu mengenai Lisa tepat di kepala dan menbuat gadis itu pingsan.

Singkat cerita, Sehun membawa Lisa ke UKS, menunggu gadis itu sampai sadarkan diri, dan mengantarnya pulang sebagai bentuk tanggung jawab.

"Pegangan, nanti kau jatuh." Sehun menarik tangan Lisa agar melingkari perutnya, sebelum motornya melaju membelah jalanan.

Hubungan keduanya berhenti sampai di sana? Tentu saja, tidak! Jika hubungan keduanya hanya sebatas Sehun mengantar Lisa pulang, maka kebencian Lisa pada mantan kekasihnya itu tidak akan menjadi penyakit yang separah ini.

Ada kejadian yang benar-benar membuat Lisa mengambil langkah mundur dan berpaling dari Sehun, tapi dia enggan memikirkannya. Mengingat interaksi pertama mereka saja sudah membuatnya mual dan ingin muntah.

Lisa menarik jubah mandi yang sempat diturunkannya ke lengan dan mengikatnya, sebelum keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya.

"Astaga!" Sehun memekik saat Lisa tiba-tiba saja keluar dari kamar mandinya. "Apa yang kau lakukan di kamarku?"

Lisa memutar bola matanya jengkel. Laki-laki di depannya ini memang bodoh atau hanya berpura-pura bodoh saja?

"Kau ingin kubenturkan kepalamu di dinding supaya ingat alasan kenapa aku ada di kamarmu?" Lisa tidak main-main dengan ancamannya. Wanita itu akan dengan senang hati melakukannya.

Mulut Sehun terbuka lebar, sebelum akhirnya mendesah putus asa. "Ah~ kupikir menikah denganmu hanya mimpi buruk, ternyata itu adalah kenyataan paling buruk yang pernah kualami."

Jengkel dengan ocehan Sehun, Lisa dengan cepat melemparkan salah satu botol serumnya dan mengenai tepat di kening Sehun.

"Berengsek sepertimu sama sekali tidak pantas menjadi suamiku." Lisa menatap jengkel dan berjalan membongkar kopernya, mencari pakaian ganti karena ingin secepatnya pergi dari hadapan Sehun.

Sehun tertunduk begitu botol serum menghantam keningnya. Rasa sakit jelas tidak dapat disembunyikan, terlebih saat darah terlihat di sela jari-jarinya saat berniat mengusap keningnya.

Sehun marah, dadanya bergemuruh karena sikap kasar Lisa, tapi entah kenapa laki-laki itu hanya bisa menahan amarahnya, tanpa bisa berteriak seperti yang biasa dia lakukan.

Putra tunggal Tiffany itu menatap telapak tangannya yang terlihat ditempeli bercak darah, kemudian menoleh pada Lisa yang masih sibuk membongkar koper.

Tanpa mengatakan apa pun, Sehun berjalan ke kamar mandi dan segera membersihkan luka di keningnya, sekalian membasuh wajahnya yang terlihat begitu kusut dan lelah.

"Kenapa Tuhan harus mempertemukan kita lagi?" Sehun bertanya pada dirinya terpantul di cermin depan. "Aku sudah melupakanmu dan kebodohanmu, tapi kenapa Tuhan menuntunmu untuk kembali padaku?"

Sehun tidak bisa membohongi hatinya sendiri.

Bercinta dengan Lisa semalam mengembalikan perasaan yang telah lama dikuburnya dalam-dalam. Meski melakukannya karena obat perangsang, tapi Sehun tahu kalau hatinya memang menginginkan mantan kekasihnya ini.

"Lupakan dia, Sehun." Sehun mengingatkan diri dengan mata tertutup. "Dia yang mengakhiri hubungan kalian. Jadi, jangan repot-repot untuk memulainya kembali."

Sehun membersihkan diri setelah seharian ini disibukkan dengan pekerjaannya. Saat keluar dari kamar mandi, Lisa masih belum kembali. Entah ke mana perginya wanita itu, Sehun tidak peduli dan langsung saja menghempaskan tubuhnya di kasur untuk tidur.

Terserah Lisa ingin tidur di mana, yang jelas Sehun tidak akan menunggu wanita itu kembali ke kamar hanya untuk beradu argumen saja.

Rupanya, Lisa sedang berbincang dengan ibu mertuanya, dengan sebotol wine yang menemani mereka.

"Kau harus tahu, tapi Sehun itu sangat manja. Terkadang dia merengek untuk tidur bersamaku. Bisa kau bayangkan di usianya yang sudah seperempat abad itu, dia masih merengek untuk tidur bersama ibunya." Tiffany tertawa saat menceritakan itu semua. Tangannya yang memegang gelas digoyangkan lembut untuk sekadar mencari kegitan.

"Itu pasti karena dia merasa sangat kesepian," balas Lisa dengan celetukan apa adanya.

"Tapi sekarang ada kau yang menemaninya tidur." Tiffany mengedip jahil. "Anak itu tidak akan merengek pada ibunya lagi karena memiliki seorang wanita cantik di atas ranjangnya, yang bisa memberikannya lebih dari sekadar menemaninya tidur."

Pipi Lisa terbakar. Ocehan asal Tiffany membuatnya malu bak kepiting rebus. Ibu mertuanya ini blak-blakan sekali, setelah menambahkah obat perangsang, kini Tiffany dengan terang-terangan membicarakan hal yang menjurus ke hal-hal yang berbau seks.

"Kembalilah ke kamarmu. Sehun pasti sudah menunggumu." Tiffany berdiri dan tersenyum pada anak menantunya, kemudian meninggalkan Lisa pipi merah yang terasa sangat panas.

Saat Lisa kembali ke kamar, Sehun sudah jatuh tertidur dengan luka kecil di keningnya. Laki-laki itu terlihat sangat lelah karena terdengar mendengkur halus.

Lisa tidak melihat ada duri apa pun di sisi tempat tidurnya. Memeriksa bantal, wanita itu juga tidak menemukan telur di dalamnya seperti yang dipikirkan. Itu artinya Sehun tidak memasang jebakan apa pun membalasnya malam ini.

Dengan sangat hati-hati, Lisa merangkak naik ke atas tempat tidur. Bukan karena tidak ingin mengganggu Sehun, tapi karena enggan terlibat adu mulut lagi. Lisa sendiri juga sangat lelah.

Namun, sesuatu memaksanya untuk mendekatkan wajah pada Sehun. Disingkapnya poni tipis Sehun yang menutupi kening, di mana lukanya masih belum diobati.

"Apa dia terluka saat aku melemparnya dengan botol serum tadi?" Lisa bergumam sendiri, mencoba untuk mencari tahu apakah luka itu karenanya atau karena kecerobohan Sehun sendiri.

Melihat botol serumnya masih ada di lantai, Lisa turun dari atas tempat tidur dan mengambilnya. Bagian alas botolnya terlihat memiliki bercak merah, di mana Lisa yakin betul kalau itu bukan lipstiknya.

Merasa bersalah, Lisa bertanggung jawab dengan mengobati luka di kening Sehun.

"Tumben sekali dia tidak mengumpat saat aku melemparnya tadi. Biasanya dia akan membalasku," celoteh Lisa seraya menyapukan antiseptik dengan sangat hati-hati.

"Kenapa sih kau itu harus kembali ke dalam hidupku, hah?" Lagi, Lisa berceloteh pada Sehun yang sedang tidur pulas. "Meski aku menjadi selingkuhan Ken, tapi kupikir itu lebih baik daripada menjadi istrimu."

"Bahkan jika kau adalah satu-satunya yang tersisa di dunia ini, aku akan memilih sendiri sampai bumi hancur, ketimbang harus menikah denganmu."

Tampaknya Lisa benar-benar tidak sudi menikah dengan Sehun, meski laki-laki itu mapan dan sangat tampan tentunya.

Setelah mengolesi lukanya dengan obat merah, Lisa menutup kening yang terluka itu dengan poni tipis Sehun dan memunggungi suaminya untuk tidur.

🎲🎲🎲

Entah bagaimana caranya, tapi pagi ini Lisa kembali terbangung di dalam pelukan Sehun. Jika itu setelah melakukan percintaan panas, maka Lisa akan maklum, tapi semalam jelas mereka tidak melakukan apa pun. Jadi, kenapa tubuh Lisa bisa rapat sekali di tubuh Sehun, terlebih lagi tidur dengan berbantalkan lengan laki-laki itu?

Dan Sehun sendiri melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Lisa.

Dua anak manusia yang saling membenci, tapi pernah saling mencintai ini tengah berpelukan dengan sangat erat, seolah tidak ingin melepaskan satu sama lain.

Lisa semakin merapatkan tubuhnya pada Sehun dan membiarkan wajahnya tenggelam di dada laki-laki itu. Alam bawah sadarnya meyakini kalau yang dipeluknya saat ini adalah Ken, bukan Sehun. Jadi, Lisa mencari kenyamanan yang lebih banyak lagi.

Untuk pagi kedua ini, Sehun yang bangun lebih awal. Laki-laki itu lebih dulu menggenggam kesadarannya dan cukup terkejut sebenarnya karena posisi tidur saat ini.

"Apa kami berpelukan sepanjang malam?" gumamnya penuh tanda tanya. "Tidak ada yang kami lakukan selain tidur, 'kan?" Lagi, Sehun berbicara pada dirinya sendiri untuk sekadar meluapkan apa yang ada di pikirannya.

Bahkan tubuh keduanya tahu kalau mereka masih saling menginginkan, tapi hati keduanya jelas menolak untuk mengakui. Kebencian yang ditanam membuat mereka tidak menyadari perasaan sesungguhnya yang kembali tumbuh di antara keduanya.

Dengan sangat hati-hati, Sehun melepaskan pelukan Lisa yang melingkar di pinggangnya. Laki-laki itu tidak ingin memulai paginya dengan perdebatan apa pun. Jadi, membiarkan Lisa tidak tahu dengan posisi intim pagi ini adalah solusinya.

Nyatanya Lisa merasa terganggu saat pelukannya dilepas. Wanita itu menggeliat tidak nyaman dan mencengkeram erat kaus Sehun di punggung, sebelum mengangkat pandangan dan bertemu langsung dengan tatapan Sehun.

"Kuharap kau tidak bertanya kenapa yang kau lihat pagi ini adalah aku dan bukannya kekasihmu."  Sehun membuka suara lebih dulu saat Lisa menatapnya dengan keterkejutan. "Dan aku tidak tahu kenapa kita bisa berpelukan seperti ini karena aku tidur duluan semalam," jelasnya panjang lebar karena tidak ingin ada perdebatan apa pun pagi ini.

Perlahan Lisa melonggarkan pelukannya dan menarik diri menjauhi Sehun, tapi tatapannya mengawasi, menunggu apa lagi yang akan suaminya katakan.

Lisa sendiri juga tidak tahu kenapa dia bisa berakhir di pelukan Sehun, padahal semalam dia memunggungi laki-laki itu.

"Yang jelas aku juga tidak memelukmu secara sengaja semalam," balas Lisa menjelaskan. Wanita itu tidak ingin dianggap mengambil kesempatan atau apa pun itu. "Aku berani bersumpah atas hal itu."

Sehun menarik punggungnya dari kasur dan mengangguk menanggapi penjelasan istrinya. "Aku mandi dulu," katanya pada Lisa, kemudian turun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi.

"Bukankah dia menjadi lebih pendiam dalam dua puluh empat jam terakhir ini?" Lisa bertanya pada dirinya sendiri seraya menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup. "Apa dia salah makan kemarin?"

Dering ponselnya mengalihkan perhatian Lisa ke atas nakas. Di mana nama kekasihnya tertulis di sana.

"Selamat pagi, Sayang." Lisa menyapa lebih dulu. Suaranya menjadi lebih bersemangat karena kekasihnya menelepon duluan hari ini.

"Hai, Lalisa. Ini aku Samantha, istrinya Ken."

Jelas balasan dari lawan bicaranya membuat Lisa bungkam. Sejak menjalin hubungan dengan Ken, ini adalah kali pertama Samantha meneleponnya.

"Apa kita bisa bertemu hari ini saat jam makan siang?"  Samantha bertanya saat dia tidak mendapatkan jawaban dari Lisa. "Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."

Bagaimana ini, apakah Lisa harus menerima ajakan Samantha untuk bertemu atau menolaknya? Tapi jika Lisa menolak, maka itu artinya Lisa mengakui kekalahannya atas istri sah suaminya. Namun, jika menyetujuinya, kira-kira apa yang ingin Samantha katakan? Apakah wanita itu akan mempermalukan Lisa di depan banyak orang nanti dengan mengumumkan kalau dirinya ini adalah selingkuhan dari suaminya?

Apa skenario terburuk dari pertemuan antara istri sah dan selingkuhan Kenneth Ryhs Mayers hari ini?

Lisa menunduk dan mengangguk samar. "Kirimkan saja lokasinya padaku," katanya menyetujui ajakan untuk bertemu hari ini.

"Temui aku di restoran favorit kalian dan tolong jangan katakan pada Ken kalau aku meneleponmu pagi ini."

Lisa melempar ponselnya di kasur setelah Samantha memutuskan sambungan dengan helaan napas kasar. Tidak ada yang Lisa takuti sebenarnya. Wanita itu kerap membayangkan kalau suatu saat nanti dia pasti akan bertemu dengan istri sah kekasihnya, hanya saja tidak menyangka Samantha akan mengajaknya bertemu di saat dia sudah resmi menjadi istri dari mantan kekasihnya.

Kini, Lisa tidak ada bedanya dengan Ken. Keduanya sama-sama sudah terikat dengan pernikahan, tapi juga menjalin hubungan dengan yang lain.

"Apa kau mengobati lukaku semalam?"

Pertanyaan itu sukses menarik perhatian Lisa dan menoleh pada pintu kamar mandi, di mana suaminya menyingkap rambut yang menutupi kening.

"Apa kau pikir aku memiliki waktu untuk melakukannya?"  Lisa membalas jengkel, mencoba menyembunyikan fakta yang sebenarnya. "Mungkin kau sendiri yang mengobatinya, tapi kau lupa karena terlalu lelah."

"Benarkah?" Sehun bergumam sendiri dengan wajah penuh kebingungan. Pasalnya laki-laki itu yakin betul kalau lukanya semalam dia biarkan begitu saja.

"Cepat sana mandi," gertak Lisa, "Di sini bukan hanya kau saja yang punya keperluan. Aku juga harus pergi."

Sehun mendengus sebal dan kembali ke kamar mandi.

Suasana hati Lisa semakin mending, padahal lima belas menit belum berlalu sejak dia membuka mata, tapi wajahnya sudah ditekuk masa.

Sadar kalau kopernya masih tergeletak di lantai dengan pakaian yang belum di susun sepenuhnya, Lisa beranjak untuk memasukkan pakaiannya ke lemari Sehun dan menyingkirkan sebagian pakaian suaminya.

Sementara itu, di rumah Ken yang tidak pernah diketahui dipenuhi dengan kehangatan, ada Samantha yang baru saja meletakkan ponsel suaminya di atas meja makan setelah menghubungi Lisa.

Ini adalah kali pertama Samantha bersikap lancang seperti ini dan ini semua karena tidak lain adalah karena kesempatan yang datang tanpa diduga.

Ponsel Ken menggunakan sandi pola dan Samantha tidak tahu pola seperti apa yang digunakan suaminya itu dan tidak pernah meninggalkan ponselnya di sembarang di tempat.

Namun, entah keberuntungan apa yang menyertai Samantha hari ini, dia mendapati Ken meninggalkan ponselnya di meja dalam keadaan belum terkunci. Hal ini ibu satu anak itu manfaatkan untuk menghubungi selingkuhan suaminya yang sudah sangat lama ingin dia temui.

Sebelum mengembalikan ponsel Ken ke tempat semula, Samantha lebih dulu menghapus riwayat panggilan terakhirnya dan Lisa. Wanita itu bukan takut dimarahi, dia hanya tidak ingin pertemuan hari ini gagal. Itulah kenapa Samantha melarang Lisa untuk memberitahu Ken, kemudian pergi ke ruang tengah di mana putri dan suaminya sedang asyik bersenda gurau.

Meski Ken tidak mencintai Samantha, tapi laki-laki itu menyayangi Lauren dan selalu memperlakukan gadis itu dengan lembut.

Sama seperti Lisa dan Sehun yang memiliki rahasia masa lalu atas berakhirnya hubungan mereka, Ken dan Samantha pun memiliki sesuatu yang seperti itu di balik pernikahan mereka.

Dan waktu akan menjawab semuanya.

🎲🎲🎲

Hayo, hayo, ngapain mbak Sam ngajak ketemuan selingkuhannya mas Ken? 🌚🌚🌚🌚

22 April 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro