Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.3 MAY - Perhaps Love

Yeay, mbak crush hari ini udah muncul. Update foto cantik, terus muncul sama anaknya yang menimbulkan kegosangan karena pose rebahan yang mencurigakan 🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚

Masnya juga muncul secara tidak langsung buat brand kecantikan baru 💃
Susah emang kalau punya bias shining simmering splendid 🤣🤣🤣🤣

Happy reading ~

✳️✳️✳️

Samantha terkejut mendengar permintaan Sehun yang luar biasa—gila. Matanya membulat dan tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Kau ingin aku menjadi kekasih palsumu?" tanyanya dengan mata membulat.

"Aku tahu ini tidak masuk akal, tapi aku butuh bantuanmu." Sehun memohon dengan sangat, "Hanya kau yang bisa membantuku sekarang."

Samantha menggeleng, bukan bermaksud untuk menolak permintaan Sehun. Dia hanya tidak menyangka kalau di zaman sekarang masih ada perjodohan.

"Aku tidak mengerti kenapa kau—dengan tampilan sesempurna ini—harus dijodohkan." Samantha sudah menetralisirkan keterkejutannya dan mulai menggantinya dengan tawa ringan. "Memangnya kau tidak memiliki kekasih?"

Lagi-lagi Sehun ditanya perihal kekasih. Apakah status yang satu itu perlu untuk disebarluaskan? Tidak bisakah Sehun saja yang tahu dengan kebenarannya?

"Aku tidak akan sefrustrasi ini jika ada kekasih yang bisa kubawa ke depan ibuku," balas Sehun dengan sindiran halusnya.

"Teman wanita yang bisa membantumu?" tanya Samantha lagi. Dia masih tidak menyangka kalau Sehun akan meminta hal seperti itu padanya, alih-alih pada wanita yang sudah lebih dulu laki-laki itu kenal dengan baik.

Sehun menggeleng. Wajahnya terlihat kecut. Bukan karena Samantha yang terus bertanya, melainkan karena ibunya yang menyebalkan.

"Jika ibuku tahu aku menghamili wanita lain, dia pasti tidak akan memaksaku untuk menikah lagi dan akan menyuruhku untuk mempertanggungjawabkan perbuatanku." Sehun kembali menjelaskan maksudnya. Dia pikir Samantha perlu mengetahui setiap detail rencananya saat ini agar bisa membantunya. "Kau hanya perlu datang bersamaku dan aku akan mengatasi sisanya."

Samantha mengangguk paham. Dia mengerti dengan semua yang Sehun jelaskan dan mulai mempertimbangkan.

"Lalu bagaimana jika ibumu benar-benar menyuruhmu untuk tanggung jawab padaku?" tanya Samantha. Ini adalah pertanyaan murni yang ingin ditanyakan karena rasa ingin tahu.

"Aku akan mengatakan kalau itu bukan anakku, bahkan jika dia menginginkan tes DNA, aku tidak akan menolak," balas Sehun dengan bahu yang terangkat.

Tanpa sadar laki-laki itu baru saja membuat Samantha menjadi terlihat sangat murahan dengan skenarionya. Rasanya tidak pantas jika Sehun merusak citra Samantha di depan sang ibu yang bahkan tidak mengenal wanita itu.

"Samantha, maaf," sesal Sehun saat alam bawah sadarnya memukul dan menyadarkan kesalahannya barusan. "Aku tidak bermaksud untuk—"

"Aku akan membantumu." Samantha memotong cepat. Segaris senyum tercetak di wajahnya.

"Hah?" Sehun membeo dengan tatapan yang sedikit terkejut.

Samantha mengangguk ringan. "Aku akan menjadi kekasihmu dan bertemu dengan ibumu."

Sehun menggeleng tegas. Dia pikir ini keputusan yang salah karena akan merusak nama baik Samantha dan Sehun jelas tidak bisa melakukan hal itu.

"Tidak, tidak. Kau tidak perlu melakukannya. Aku akan mencari jalan keluar yang lain," kata Sehun menolak bantuan yang beberapa saat lalu sangat diharapkannya. "Maaf karena sudah meminta hal seperti ini padamu."

Sehun benar-benar bodoh karena meminta hal seperti itu pada Samantha hanya karena wanita itu sedang hamil.

"Tidak apa-apa. Aku akan membantumu." Samantha sudah bulat dengan keputusannya. "Anggap saja ini balasan karena sudah menolongku saat itu."

Sehun masih diselimuti rasa terkejut. Samantha terdengar begitu yakin dan percaya diri seolah tidak masalah jika ibu Sehun nantinya akan berpikir jelek tentangnya. Lalu, laki-laki itu menelan saliva saat melihat cincin yang tersemat di jari manis Samantha.

Mungkin bukan Lisa yang pantas dijuluki bodoh, melainkan Sehun sendiri. Sejatinya Sehun-lah yang bodoh di sini karena laki-laki itu tidak menyadari lebih cepat. Harusnya Sehun sadar kalau Samantha memiliki suami, tapi laki-laki itu tidak berpikir sampai di sana.

"Tidak, Samantha," balas Sehun dengan gelengan kecil. "Aku tidak bisa menggunakan istri orang lain untuk masalahku," katanya dengan nada yang terdengar bergetar.

Samantha menyadari ke mana arah pandangan Sehun, sebelum memutuskan untuk menatapnya dan ikut menatap jari manisnya dengan senyum miris. Sudah sangat lama cincin itu tersemat di jarinya, sementara Ken? Entahlah, mungkin saja laki-laki itu menghilangkan cincinnya sejak awal pernikahan.

"Jangan terlalu mencemaskan soal cincin." Samantha menatap Sehun dengan senyum yang sebisa mungkin tidak memperlihatkan kegetirannya. "Suamiku tidak akan masalah dengan hal ini."

Atau lebih tepatnya, Ken tidak peduli dengan apa yang akan Samantha lakukan di luar sana.

Sehun meringis. "Samantha, ini terlalu berisiko. Aku tidak ingin kau bertengkar dengan suamimu karena membantuku."

Bertengkar?

Samantha pikir dia dan Ken tidak pernah bertengkar tentang hal-hal semacam ini,  bahkan jika Samantha tidak pulang sekali pun, belum tentu sang suami akan mencarinya.

"Aku hanya perlu bertemu dengan ibumu setidaknya dua kali, 'kan?" tanya Samantha memastikan, "Lalu, setelahnya kami tidak akan bertemu lagi karena kita sudah putus. Harusnya itu tidak akan menimbulkan masalah apa pun."

Sehun benar-benar tidak yakin untuk menggunakan Samantha sebagai alasan menolak perjodohannya dan Lisa—meski Samantha sudah berusaha meyakinkan kalau tidak akan ada masalah ke depannya.

"Katakan saja kapan aku harus bertemu dengan ibumu." Samantha mengambil sling bag-nya yang sempat ditaruh di kursi kosong sebelahnya.  "Aku pulang dulu. Hubungi aku kapan pun kau butuh bantuanku."

Samantha memberikan senyum terakhirnya,  sebelum meninggalkan Sehun yang masih sibuk berkutat dengan pikirannya.

"Jadi, aku jatuh hati pada istri orang?" Sehun mengeluh dengan lirih. Tatapannya terlihat begitu putus asa karena merasa salah jatuh cinta pada wanita yang sudah bersuami. "Mati sajalah kau, Kyle!"

Sehun jelas tidak bisa memaksakan diri untuk mendekati Samantha, sementara wanita itu sudah terikat dengan pernikahan—tapi akan berbeda cerita jika Sehun tahu seperti apa Ken memperlakukan Samantha selama ini.

✳️✳️✳️

"

Kau dari mana?"

Samantha terkejut karena teguran itu. Dia baru saja melangkah dari ruang tamu menuju kamarnya. Lalu, sosok Ken muncul dari arah dapur dengan segelas air mineral di tangan.

"Baru saja bertemu dengan teman," balas Samantha apa adanya, "Kenapa tidak bilang kalau kau akan pulang hari ini?"

Ken hanya mengangkat bahu tidak acuh dan berjalan mendahului Samantha menuju ruang keluarga yang diikuti oleh wanita itu. Laki-laki itu mengambil duduk di kursi tunggal dan menekuk kedua lututnya, sambil menonton televisi setengah niat.

"Kupikir Lauren sedang di rumah."

"Lauren ada di rumah ibuku," balas Samantha apa adanya.

Ken hanya mengangguk singkat. Lalu, memfokuskan pandangan pada sang istri setelah sekian lama. "Kenapa kau tidak mengatakan kalau kau hamil?" tanyanya. Nada suaranya terdengar agak jengkel.

"Dari mana kau tahu?" Samantha tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Kau sengaja menyembunyikannya dariku?" Ken terlihat menuduh dengan tatapan tidak suka dan mengabaikan pertanyaan istrinya begitu saja. Sama sekali tidak terlihat cinta di mata laki-laki itu. "Kau sengaja melakukannya untuk melawanku di pengadilan?"

"Aku tidak mengatakannya karena kau sering tidak pulang dan kita jarang bicara di rumah," balas Samantha apa adanya. Sama sekali tidak ada kemarahan di dalam suaranya, bahkan wanita itu terdengar sangat lembut. "Jadi, tidak ada waktu untuk membicarakan hal ini."

Ken membuang pandangan dari Samantha dan menghela napas panjang. "Tidakkah kau lelah berhadapan denganku?" tanyanya seraya menatap Samantha dengan dalam. "Kau tahu kalau aku tidak pernah memperlakukanmu dengan baik, tapi kenapa kau tidak ingin bercerai? Tidakkah rasa cintamu luntur seiring berjalannya waktu?"

Samantha menatap dengan sorot mata yang terlihat pasrah dan tidak bersemangat. Dia lelah dengan pertanyaan yang berulang.

"Kita sudah sering membahasnya dan tidak peduli seberapa banyak kau bertanya, jawabanku tetap tidak akan berubah."

Ada ketegasan yang tidak bisa Ken bantah di dalam suara istrinya dan ada cinta di balik rasa kecewa yang tidak pernah ditunjukkan. Ken menyadari keduanya, tapi tidak pernah mencoba untuk mengerti.

Lalu, tanpa melihat bagaimana Ken menatapnya dengan frustrasi, Samantha meninggalkan suaminya dengan kecewa yang menyelimuti.

Ken berdiri dan menatap punggung istrinya dengan maksud tertentu. "Samantha," panggilnya dengan keseriusan yang kental, "Aku ingin menikahi Lisa. Jadi, terima saja gugatan ceraiku."

Samantha berhenti mengambil langkah. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi cepat atau lambat dan wanita itu sudah mempersiapkan diri.

"Nikahi saja dia. Aku tidak masalah kau menikah lagi," balas Samantha dengan suara pahit yang tertahan di tenggorokan.

"Kau pikir dia rela dijadikan istri kedua?" Nada suara Ken terdengar marah. Tatapannya terlihat tajam menatap punggung Samantha.

Samantha berbalik untuk menatap suaminya. "Maka jangan nikahi dia," balasnya datar. Untuk pertama kalinya Samantha menunjukkan keangkuhannya. "Jika aku rela suamiku menikah lagi, kenapa dia tidak ingin dijadikan yang kedua? Bukankah kami mencintai orang sama?"

Ken tidak pernah tahu cara berpikir Samantha. Wanita itu tidak pernah protes dengan sikapnya selama ini dan tidak pernah menuntut hak yang seharusnya wanita itu dapatkan.

Harusnya Ken bersyukur karena memiliki istri seperti Samantha. Harusnya Ken bisa mencintai Samantha seperti wanita itu mencintainya dan harusnya Ken tidak pernah mengkhianati Samantha tepat di depan wajah wanita itu.

Dan seharusnya Tuhan tidak pernah mempertemukan Ken dan Samantha—karena laki-laki itu tidak pantas.

✳️✳️✳️

"Will, kau di mana?" Sehun berteriak saat memasuki apartemen William dan mulai berkeliling mencari sang pemilik apartemen. "Will?"

Oh, sepertinya William sedang tidak ada di apartemen sekarang. Padahal ini masih sore, tapi ke mana perginya laki-laki itu?

Sehun menghela napas dan memutuskan untuk tidak mau terlalu ambil pusing. Dia pikir William sedang pergi keluar. Jadi, Sehun memutuskan untuk mengambil alih apartemen William sementara dengan mengambil apa saja di kulkas dan membawa apa saja ke ruang tengah dan langsung bermain gim.

Ruang tengah apartemen William sudah berantakan ketika sang pemilik tempat datang dengan beberapa kantung plastik.

"Sehun, kapan kau datang?" William bertanya saat melewati ruang tengahnya.

"Sejak satu jam lalu," sahut Sehun apa adanya, tapi tidak memberikan fokus pada William sedikit pun. "Kau dari mana?"

William menggunakan hoodie, masker, juga tas di bahunya. Terlihat seperti laki-laki itu baru saja kembali dari tempat yang lumayan jauh.

"Baru saja mengambil mobil di bengkel dan mampir ke supermarket," balas William dari arah dapur dengan setengah teriakan.

Sehun yang teringat dengan tujuan awalnya datang langsung melempar stick play station-nya asal-asalan dan menghampiri William di  dapur. Laki-laki itu melompat ke punggung William yang baru saja ingin memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam kulkas.

"Will, aku sudah menemukan cara untuk menolak perjodohanku dengan Lisa." Sehun berceloteh heboh di atas punggung William.

"Benarkah?"

Sehun melompat turun dan mengambil sekaleng soda di dalam kantung plastik yang tadi William bawa. "Hmmm, aku akan mengatakan pada ibuku kalau aku menghamili seseorang. Dia pasti akan memintaku untuk bertanggung jawab dan membatalkan perjodohanku dan Lisa. Lalu, beberapa minggu setelah perjodohan dibatalkan, aku akan mengatakan kalau wanita itu tidak hamil anakku. Maka tidak ada perjodohan dan tidak ada pertanggungjawaban," jelasnya panjang lebar dengan nada yang begitu riang.

"Kau pikir ibumu akan percaya?" tanya William skeptis. Saat Sehun sibuk bercerita, dia juga sibuk menyusun lemari pendinginnya. "Bukankah trik seperti ini sudah sangat basi?"

Sehun bergumam. "Entahlah, tapi lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali."

William tidak memiliki tanggapan lain dan hanya mengangguk setuju dengan apa yang Sehun katakan.

"Tapi dia istri orang, Will," celetuk Sehun. Wajahnya terlihat agak kecewa dan mengetukkan jari ke kaleng iseng.

"Siapa yang istri orang?" tanya William bingung. Tatapannya terlihat ingin tahu dengan alis berkerut.

"Wanita yang akan kukenalkan pada ibuku."

"Kau meminta istri orang untuk membantumu?" tanya William dengan mata membulat.

Sehun mengangguk dan menceritakan bagaimana pertemuannya dan Samantha malam itu. Lalu, bagaimana dia meninta Samantha untuk membantunya.

William berdecak jengkel setelah mendengar penjelasan panjang Sehun dan berkomentar agak kesal.  "Kau sama saja bermain api dengan istri orang tahu!"

Setelah Sehun pikir-pikir lagi, apa yang William katakan memang ada benarnya juga. Rasanya seperti bermain api karena Samantha sudah bersuami dan terlebih lagi Sehun sudah menaruh hati pada wanita itu.

Sehun menggaruk tengkuknya setelah duduk di atas meja dan mengayunkan kaki layaknya anak kecil. "Tapi 'kan aku tidak memaksanya. Aku sudah menolak karena mempertimbangkan pernikahannya, tapi dia balik memaksaku dengan dalih ingin membalas kebaikanku."

"Kalau begitu jangan hubungi dia!" sahut William keras, "Cari saja cara lain untuk membatalkan perjodohan kalian. Jangan bermain api dengan istri orang," katanya memperingati dengan tegas.

"Kau punya cara yang lain?" tantang Sehun. Dia bertanya dengan sungguh-sungguh. Jika William bisa memberikan usul dan memiliki persentase keberhasilan lebih dari 50%, Sehun tidak akan meminta bantuan Samantha.

"Sekarang sih tidak ada," balas William apa adanya, "Tapi jika kau ingin menunggu beberapa hari, aku akan mencarikannya untukmu."

Sehun menghela napas panjang. "Aku tahu kalau menggunakan Samantha akan sangat berisiko, tapi peluang dibatalkannya perjodohan sialanku juga sangat besar, Will."

William menatap Sehun beberapa saat, mencoba untuk mencari celah menggoyahkan keputusan Sehun, tapi tidak ditemukan.

"Terserah kau saja," kata William pada akhirnya, "Tapi jangan mengeluh jika rencanamu ini gagal total."

Sehun hanya mengangguk bagaikan anak anjing. Dia berharap kalau rencananya ini akan berhasil tanpa menimbulkan masalah apa pun dan semoga Sehun tidak benar-benar bermain api seperti yang William tuduhkan tadi.

✳️✳️✳️

Sehun sudah bulat dengan keputusannya. Dia akan menggunakan Samantha sebagai alat untuk membatalkan perjodohannya dan Lisa. Terkutuklah Sehun karena menggunakan wanita hamil yang tidak berdosa seperti Samantha.

"Samantha, kau bisa mundur jika mau." Sehun menoleh pada Samantha di sampingnya.

Keduanya baru saja sampai di kediaman Sehun setelah laki-laki itu menjemput Samantha di rumah. Malam sebelumnya Sehun mengatakan pada Samantha mengenai rencana tempo hari dan wanita itu setuju untuk tetap membantu. Namun, Sehun masih saja terlihat ragu meski puluhan kali meyakinkan diri.

Samantha tersenyum kecil. Ini sudah terlambat untuk mundur. Mereka hanya perlu masuk dan berbicara pada Tiffany mengenai kehamilannya. Lalu, semuanya akan selesai seiring berjalannya waktu.

Samantha menggenggam tangan Sehun. "Lakukan ini dalam sekali aksi," katanya, "Dan semuanya akan berakhir dengan lancar."

Sehun agak malu sebenarnya. Dia yang memaksa Samantha pada awalnya, tapi dia jugalah yang ragu pada akhirnya. Namun, genggaman tangan Samantha sedikit menambah kepercayaan diri Sehun.

Laki-laki itu membalas senyum dan genggaman tangan Samantha. Lalu, mendorong pintu untuk terbuka.

Sehun menemukan Tiffany duduk di ruang tamu keluarga dan sibuk dengan ponsel di tangan. Lalu, tanpa basa-basi memanggil agar sang ibu mengalihkan perhatian padanya.

"Bu, aku ingin bicara denganmu."

Tiffany mengangkat kepala, tapi tidak melepaskan pandangan dari ponsel. "Sehun, Jessica memberikan beberapa contoh gaun pengantin. Datanglah ke butiknya bersama calon istrimu besok," ocehnya tanpa tahu siapa yang dibawa sang putra hari ini.

"Bu, inilah yang ini aku bicarakan." Sehun tidak meninggikan suaranya, tapi membuat nadanya menjadi tegas.

Tiffany mengangkat kepala. "Apa yang ingin kau—siapa dia?" Pandangannya fokus pada tangan yang saling bertautan.

"Kekasihku," jawab Sehun tegas.

Jika saja William ada di sini, laki-laki itu pasti akan menertawakan ekspresi wajah Sehun yang dibuat-buat serius.

Tiffany diam tidak menanggapi. Dia hanya menatap dengan ekspresi datar sambil menggali pasangan paslu di depannya.

"Alasan kenapa aku tidak ingin menikah dengan wanita pilihanmu karena aku memiliki kekasih." Sehun menjelaskan dengan jantung yang berdebar kencang. "Dan dia sedang hamil. Jadi, aku tidak bisa menikah dengan wanita lain, sementara kekasihku hamil anakku."

Tiffany menggeleng tidak percaya. "Kau pasti berbohong. Ini hanya akal-akalanmu saja, 'kan?" tanyanya dengan decihan tipis.

"Bu, kau pernah berada di posisi yang sama dengan Samantha." Inilah senjata pamungkas Sehun untuk membatalkan perjodohannya dan Lisa. "Jadi, kau pasti paham dengan perasaannya saat ini. Apa jadinya jika ayah tidak bertanggung jawab padamu saat itu? Aku pasti tidak tumbuh menjadi Sehun Kyle. Mungkin aku akan mengikuti nama belakangmu."

Sehun benar-benar sangat licik. Bisa-bisanya dia memanfaaatkan dirinya dan masa lalu sang ibu untuk melawan balik. Lalu, bersikap dengan putus asa hanya untuk menarik simpati Tiffany.

"Nyatanya bukan hanya kau saja yang cereboh, tapi aku juga. Ayah bertanggung jawab karena dia tidak ingin aku tumbuh sendiri, 'kan?" Sehun kembali melancarkan serangannya tanpa peduli dengan Samantha yang baru saja mendengar aibnya. "Aku pun tidak ingin anakku tumbuh sendiri, Bu. Jadi, biarkan aku menikahi Samantha."

Samantha tahu ini hanya sandiwara, tapi entah kenapa jantungnya berdebar dengan keseriusan Sehun. Entah karena suasana tegang saat ini atau karena perasaan yang lain.

Tiffany terlihat marah. Tatapannya menjadi sengit dengan wajah mengeras. Lalu, tanpa mengatakan apa pun wanita itu menghampiri Samantha dan langsung menyibak blus istri Mayers itu dengan kasar.

Samantha terkejut, begitu pula dengan Sehun yang langsung melayangkan protes keras.

"Bu!"

Tiffany melepaskan blus Samantha dengan kasar setelah melihat perut buncit di balik kain yang baru saja disingkapnya. Masih dengan tatapan marah, wanita itu mengambil langkah mundur.

"Kau benar-benar menghamilinya?" tanya Tiffany skeptis, "Aku ragu kau menghamili seorang wanita karena kau tidak memiliki banyak teman wanita," tambahnya dengan decihan sinis.

"Memangnya kau tahu apa tentang teman wanitaku, Bu?" tantang Sehun dengan nada sinis yang sedikit tipis.

"Aku tidak tahu," balas Tiffany mengangkat bahu. "Itulah sebabnya aku tidak percaya padamu."

"Kau ingin tes DNA?" tantang Sehun angkuh. Dia harus benar-benar terlihat meyakinkan agar ibunya percaya—dan berharap kalau wanita itu tidak menanggapi tantangannya dengan serius.

Samantha hanya diam di tengah obrolan Sehun dan Tiffany. Wanita itu merasa tidak memiliki hak untuk bicara. Jadi, dia hanya diam sampai menunggu waktu yang tepat untuk bicara.

Langkah menderap di belakang Sehun dan Samantha, tapi tidak ada satu pun yang peduli, bahkan sang pemilik rumah sekalipun karena sibuk mencari kebohongan sang putra yang biasanya mudah terdeteksi.

"Samantha, apa yang kau lakukan di sini?"

✳️✳️✳️

Kira-kira siapa yang manggil Samantha? 🌚

Alamat gagal rencana Sehun mah, ketahuan bohong auto di smack down sama emaknya, terus dilempar ke kolam piranha 🤣🤣🤣🤣

Si Dayne aing simpen dulu buat chapter bobrok selanjutnya 😂😂😂

6 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro