Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1.2 MAY - Perhaps Love

Aing ingatkan sekali lagi untuk tidak terkejut dengan kelakuan karakter di bawah ini 😈😈😈😈😈😈

Semua ini hanyalah fiktif belaka yang tercipta dari si bantat yang tidak berakhlak 😂😂😂😂

Happy reading ~

✳️✳️✳️


Ken berjalan bolak-balik di dalam kamar dengan sebatang rokok yang terselip di jarinya. Ini masih terlalu pagi, tapi wajahnya sudah begitu kusut dan terlihat sangat frustrasi, padahal cuaca di luar sana tampak sangat cerah.

“Kenapa menyuruhku datang pagi-pagi begini?” Lisa baru saja datang dan langsung menghempaskan tubuh di tepi kasur. Tangannya dijadikan tumpuan di samping. “Aku bahkan tidak sempat sarapan,” keluhnya dengan wajah menahan kesal.

Ken tidak menjawab dan melemparkan test pack di samping Lisa dengan wajah mengeras. Dia menghisap rokoknya dengan begitu kuat tanpa takut tersedak. Kemarahan terlihat jelas di matanya.

Lisa mengambilnya dengan kerutan kebingungan dan melihat dua garis di sana. “Ini bukan milikku,” katanya mengangkat pandangan. “Aku tidak pernah menggunakan test pack dan kau selalu menggunakan pengaman. Jadi, sudah jelas kalau ini bukan milikku!” Lisa melempar asal test pack-nya di lantai. Entah kenapa dia merasa marah tanpa sebab yang jelas.

Wanita itu pikir Ken baru saja menuduhnya, bahkan jika Lisa hamil pun Ken tidak akan mempermasalahkan sebenarnya. Lalu, apa yang terjadi pada Ken hingga laki-laki itu terlihat begitu marah?

“Itu milik Samantha!” Ken memekik frustrasi dan membuang asal rokoknya, kemudian diinjak untuk dimatikan bara apinya. Laki-laki ikut duduk disamping Lisa dan mengusap wajah berkali-kali. “Aku menemukannya subuh tadi.”

Lisa diam dan menatap test pack di bawah kakinya. “Jadi, kalian ...” Wanita itu menjeda kalimatnya dan menatap sang kekasih di samping. “... masih sering berhubungan?”

Ken berdecak sebal dan menatap malas. “Apa yang kau maksud dengan sering? Bercinta dengan Samantha hanya akan membuatnya besar kepala.”

Lisa mengangguk malas. “Tapi pada akhirnya kalian tetap bercinta, bahkan Samantha sampai hamil,” decihnya dengan wajah yang terlihat begitu cemburu. “Sering atau tidak bukan masalah. Intinya adalah—”

Ken tidak membiarkan Lisa menyelesaikan kalimatnya karena langsung menarik tengkuk wanita itu agar bisa segera membungkam bibir yang terus saja berbicara. Ken melumatnya dengan tidak sabaran seolah tidak ada hari esok.  Mencium kekasihnya pagi ini adalah di luar rencana.

Niat hati hanya ingin membicarakan perihal kehamilan Samantha—yang tidak diinginkan—tapi malah berakhir dengan pergumulan panas di pagi hari saat Lisa lebih dulu mengusap nakal dada kekasihnya.

Sekarang Lisa sedang menempelkan sebelah pipinya pada dada Ken dan menelusurkan jari dengan iseng. “Kupikir itulah yang membuatnya tidak ingin bercerai denganmu,” gumamnya.

Ken mengembuskan napas kasar. “Entahlah, aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Samantha jarang sekali berbicara. Jadi, aku tidak bisa mengertinya sedikit pun.”

“Ah, jadi kau ingin mengerti Samantha?” Lisa mengangkat wajahnya untuk menatap Ken. “Kau pasti sangat membencinya hingga ingin mengerti perasaannya.”
Wanita itu jelas baru saja melemparkan sarkasme dan memukul jengkel dada kekasihnya, kemudian bangkit tanpa ingin mendengar apa pun.

Namun, Ken tidak membiarkan wanita itu melarikan diri. Dia menyentak tangan Lisa agar kembali pada pelukannya dan memeluk dengan begitu erat.

“Ayolah ....” rengek Ken, “Kau tahu kalau aku tidak mencintainya. Jadi, berhenti cemburu padanya.”

“Aku tidak cemburu!” bantah Lisa.

“Tapi kau terus-terusan mengkhawatirkan tentang perasaanku padanya, padahal kau tahu kalau aku hanya mencintaimu.” Ken mencium puncak kepala wanitanya. “Saat itu aku tidak bermaksud untuk menghabiskan malam dengannya.”

“Jika bukan menghabiskan malam lalu apa?” Lisa mendelik, tapi tidak memperlihatkan wajah kesalnya pada sang kekasih.

“Saat itu kita sedang bertengkar. Kau mengabaikanku berhari-hari dan aku sangat frustrasi karena merindukanmu. Jadilah aku melampiaskannya pada Samantha,” jelas Ken panjang lebar.

“Bagus sekali caramu melampiaskan libidomu,” decih Lisa. Wanita itu jelas baru saja menyindir kekasihnya. “Besok-besok datanglah pada Samantha!”

Ken tidak membalas lagi. Laki-laki itu hanya diam tidak menanggap dan mengusapkan jarinya di sepanjang tulang belikat Lisa. Dia tidak ingin membahas lebih jauh lagi mengenai ketidaksengajaannya yang menghabiskan malam dengan Samantha—meski dilihat dari sudut mana pun, Ken tidaklah bersalah karena bagaimanapun juga wanita itu adalah istrinya sendiri, bukan orang lain.

Harusnya Samantha-lah yang marah karena suaminya lebih sering menghabiskan malam di luar dengan wanita lain. Namun, Samantha bahkan tidak pernah berbicara dengan nada menuntut pada Ken, apa lagi marah. Samantha jelas tidak memiliki kuasa semacam itu.

“Apa yang harus aku lakukan untuk mempercepat perceraian kami?” Ken bertanya dengan gumam yang lirih. “Keberadaan janin itu pasti akan menghambat segalanya.”

Lisa ikut berpikir juga. Sebenarnya kesalahan terbesar ada di dirinya karena menjalin hubungan dengan laki-laki beristri. Masih ada banyak laki-laki tampan yang tidak terikat dalam status pernikahan di luar sana—contohnya saja Sehun Kyle—tapi bodohnya Lisa malah memilih laki-laki beristri.

“Bagaimana kalau digugurkan saja?” usul Lisa asal-asalan seraya mengangkat kepala untuk menatap kekasihnya. “Jika tidak ada janin itu, perceraian kalian pasti akan lebih cepat. Toh, janin Samantha masih sangat muda.”

Mata Ken bergetar kecil saat mendengar saran mengerikan dari kekasihnya. Tatapannya berubah menjadi ngeri dengan ringisan. “Tidakkah kau merasa kalau kau terlalu kejam?” tanyanya was-was.
Lisa melepaskan diri dari pelukan Ken dan duduk untuk menatap lebih leluasa.

“Kaulah yang lebih kejam karena membiarkan Samantha mencintaimu sendirian selama ini!” balasnya berapi-api, “Jika kau ingin menjadi laki-laki dingin yang tidak punya hati, lakukanlah dengan benar!”

Untuk kali ini Ken tidak bisa menahan kepergian Lisa yang baru saja masuk ke kamar mandi dan membanting pintu. Laki-laki itu sudah dipusingkan dengan kehamilan sang istri dan sekarang kekasihnya sedang merajuk di kamar mandi.

✳️✳️✳️

“Bu, aku pasti akan menikah.” Sehun mengeluh pada sang ibu yang kembali datang ke kamarnya hanya untuk membahas soal perjodohannya dan Lisa.  “Tapi dengan wanita pilihanku, bukan pilihanmu.”

“Tapi aku hanya ingin kau menikah dengan wanita pilihanku,” balas Tiffany Kyle tidak mau kalah, “Aku tidak ingin kau salah pilih.”

“Tapi pilihanmu belum tentu akan jadi yang terbaik untukku,” bantah Sehun. Dia akan melakukan segala macam bentuk bantahan agar sang ibu membatalkan niatnya.

“Dan pilihanmu juga belum tentu yang terbaik untukmu!” Tiffany meninggikan suaranya, berharap sang putra akan berhenti membantah. “Jadi, berhenti membantahku dan temui Lisa hari ini!”

“Aku tidak mau bertemu dengannya!” Sehun duduk di tepi kasur dengan tangan terlipat di dada, pertanda kalau dia sedang merajuk dan tidak ingin memenuhi permintaan sang ibu.

“Temui dia atau kujadikan kau umpan untuk ikan piranhaku.” Tiffany mengancam dengan geraman rendah dan mata melotot tajam.

“BU!” Sehun memekik tidak suka. Ibunya ini selalu saja memberikan ancaman yang begitu mengerikan. “Apa hidupku segitu tidak berharganya di matamu?”

Tiffany menghela napas panjang, mengikis jarak dengan anaknya, dan membungkus kedua pipi Sehun. “Kau sangat berharga untukku. Itulah kenapa aku ingin mencarikan wanita untuk mendampingimu. Kau adalah putraku satu-satunya.”

“Tapi bukan berarti aku harus dijodohkan dan menikah dengan wanita pilihamu, ‘kan?” Sehun terdengar lelah.

Jika itu bukan Lisa, mungkin Sehun akan mempertimbangannya, tapi berhubung wanita yang ingin dinikahkan dengannya adalah Lisa, maka tidak ada alasan untuk mempertimbangkan meski hanya satu detik.

“Jika yang kau permasalahkan saat ini adalah cinta ...” Tiffany menjeda kalimatnya untuk mengembuskan napas. “... kau akan merasakannya setelah pernikahan. Aku dulu juga tidak mencintai ayahmu dan terpaksa menikah dengannya.”

Sehun terkejut dengan mata membulat. Tidak mungkin ibunya ini tidak mencintai ayahnya. Selama ini sang ibu selalu terlihat lebih posesif dan mudah sekali cemburu, tidak terhitung berapa banyak wanita yang ibunya labrak karena dicurigai mendekati sang ayah.

“Mustahil kau tidak mencintainya,” balas Sehun skeptis.

Tiffany menggeleng dan menarik tangan dari Sehun. “Aku menikahinya karena hamil dirimu dan dia ingin bertanggung jawab,” jelasnya dengan bahu terangkat. “Jadi, tidak alasan untuk menolak ayahmu—saat itu.”

Sehun menganga dengan rahang yang jatuh ke lantai. “Jadi, aku hasil dari kecelakaan?” pekiknya tidak percaya.

Tiffany memutar mata malas. “Apa itu penting untuk dibicarakan sekarang?”

Mendapati fakta kalau dia adalah hasil dari married by accident membuat Sehun kesal beberapa saat, meski itu tidak mengubah jati dirinya.

“Kau benar-benar sangat ceroboh,” cibir Sehun dengan bibir mencebik.

“Terserah apa katamu saja,” sahut Tiffany setengah acuh, “Tapi yang jelas kau harus menemui Lisa jam dua siang nanti di tempat yang sudah aku pesan,” titahnya tanpa ingin bantahan. Lalu, berlalu dari hadapan Sehun tanpa ingin mendengar balasan.

Sehun berdecak sebagai respons dari paksaan ibunya. Dia jelas tidak akan menemui Lisa hari ini, terlebih lagi tanpa fasilitas yang jelas hanya akan mempermalukannya nanti.

“Ah, satu lagi.” Tiffany mendesah seraya membalikkan tubuh. “Aku akan mengembalikan semua fasilitasmu jika mau bertemu dengan Lisa hari ini.”

Mata Sehun berbinar cerah mendengar penuturan ibunya, hingga berdiri dengan wajah cerah. “Kau akan mengembalikan semuanya?”

Tiffany mengangguk. “Aku juga akan melupakan kalau kabur dari jendela malam itu,” katanya dengan manis yang mengejek. “Hanya jika kau mau menemui Lisa hari ini.”

Sehun mempertimbangkannya sebentar, sebelum akhirnya setuju untuk menemui Lisa. Toh, hanya perlu bertemu bertatap muka selama beberapa detik lalu berpisah setelahnya dan berkeliling kota untuk menghabiskan waktu. Benar-benar pertemuan yang sangat mudah.

“Jangan hanya berkeliaran dan seolah bertemu dengannya. Aku akan memantau pertemuan kalian hari ini atau kakimu yang akan menjadi santapan utama bagi piranhaku.”

Sial! Bagaimana ibunya bisa tahu dengan apa yang Sehun pikirkan saat ini?

Terkutuklah ikatan batin seorang ibu dan anak, batin Sehun mencibir saat ibunya keluar dan menutup pintu.

✳️✳️✳️

Seperti yang Tiffany inginkan. Sehun datang menemui Lisa hari ini—dengan sangat amat terpaksa tentunya—dan duduk di meja dekat jendela dengan wajah tertekuk, berharap kalau si Stupid Dayne itu tidak akan datang.

Sehun sedang mengingat berapa lama mereka tidak pernah saling bertatap muka, hingga akhirnya kembali dipertemukan dalam sebuah perjodohan konyol yang sangat tidak diinginkan.

“Padahal aku berharap kalau kau tidak akan datang,” decih Lisa seraya mengambil duduk di depan Sehun. Ekspresi serta auranya menegaskan kalau dia enggan bertemu.

“Justru kuharap kaulah yang tidak datang,” balas Sehun tidak kalah sebal, “Kenapa kau tidak kecelakaan lalu lintas saja dan masuk rumah sakit agar kita tidak bertemu?”

Wajar rasanya jika Lisa begitu membenci laki-laki di hadapannya. Lihatlah tingkah menyebalkan saat ini yang dengan mudahnya mendoakan hal seburuk itu terjadi padanya.

Satu pukulan Lisa berikan di kepala Sehun sebagai balasan karena laki-laki itu bersikap tidak sopan padanya, bahkan sebelum tiga puluh detik mereka bertatap muka.

“Harusnya kau saja yang kecelakaan dan mati!” balasnya dengan luapan emosi yang begitu meledak-ledak dan mengabaikan ringisan Sehun.

Sehun mengusap kasar kepalanya dan menatap sengit. “Cih, ibuku pasti sudah gila karena ingin menikahkanku dengan wanita tukang pukul sepertimu!” gerutunya.

“Dan orang tuaku pasti baru saja bangkit dari kematian karena menginginkan putrinya hidup dengan berengsek tidak berperasaan sepertimu!”

Satu menit bahkan belum berlalu, tapi keduanya sudah siap berperang dengan lisan masing-masing. Lalu, bagaimana keduanya akan hidup satu rumah dengan status suami istri? Mungkin mereka akan saling membunuh di malam pertama.

Keduanya saling menatap sengit seolah ingin melenyapkan lawan bicaranya masing-masing dan berharap mereka akan ada di dimensi yang berbeda.

“Aku tidak mau tahu, pokoknya kita tidak boleh sampai menikah!” Lisa kembali buka suara setelah pesanannya datang dan masih mempertahankan sisa kemarahannya pada si Bastard Kyle.

“Cih, memangnya aku ingin menikah denganmu?” balas Sehun berapi-api, “Jangan mimpi untuk menikah denganku! Aku juga tidak sudi!”

Jika keduanya benar-benar dipaksa untuk menikah dan tinggal satu atap, aksi kekerasan dalam rumah tangga jelas tidak akan terelakkan lagi. Mereka mungkin akan saling melemparkan piring satu sama lain.

Sehun menyesap kopinya, begitu juga dengan Lisa yang sibuk dengan minumannya. Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menatap lawan bicara di depan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Kau memiliki kekasih?” tanya Sehun setelah sekian lama bungkam dan saling mendiami satu sama lain. Tatapannya terlihat agak malas.

Entah kenapa pertanyaan Sehun memancing semangat Lisa. Dia balas menatap, tapi dengan sorot mata yang begitu jahil.

“Kenapa? Kau masih berharap padaku? Kau pikir aku ingin menikah denganmu?”

Sehun memutar bola matanya malas. “Kau tetap saja bodoh seperti dulu,” balasnya dengan decihan jijik seolah Lisa adalah bakteri. “Kau pikir dirimu siapa hingga aku harus berharap padamu, hah?”

“Lalu, untuk apa kau bertanya, hah?” Lisa menantang balik. Entah kenapa dia merasa sangat jengkel karena ekspresi Sehun yang begitu mengejek, mengingatkannya pada masa lalu.

“Jika kau memiliki kekasih, kita bisa menggunakannya sebagai alasan agar tidak menikah,” sahut Sehun berapi-api, “Kenapa begitu saja kau tidak paham sih? Benar-benar bodoh!” decihnya tidak habis pikir.

“Itu tidak akan berhasil,” balas Lisa dengan suara yang setara dengan bisikan. Membawa Ken ke hadapan orang tuanya di saat laki-laki itu masih menjadi suami orang jelas akan berdampak buruk pada diri dan juga jalinan kasihnya. “Mereka pasti hanya akan menyuruh kami putus dan tetap melanjutkan perjodohan ini.”

Sehun agak bingung karena Lisa terdengar begitu pesimis. Tidak seperti Lalisa Dayne yang dikenalnya dulu.

“Jika kekasihmu memiliki pekerjaan yang baik dan mapan, orang tuamu pasti akan mempertimbangkannya, ‘kan?” Sehun memberikan keyakinan yang tidak wanita itu miliki. “Anaknya memiliki kekasih yang mapan. Orang tua mana yang tidak ingin melihat putrinya menikah dengan laki-laki mapan yang dicintai anaknya?” celoteh Sehun panjang lebar.

Laki-laki itu terdengar sangat bijaksana. Sisi lain dari sosok Kyle yang tidak pernah wanita itu lihat selama ini, terlebih Sehun tidak memperlihatkan ekspresi menyebalkan seperti biasanya.

Lisa tertegun mendengar kedewasaan Sehun yang datangnya entah dari mana, tapi tidak ingin terlihat begitu jelas sedang mengagumi.

“Itu tetap tidak akan berhasil,” balasnya dengan gelengan kecil. “Memiliki kekasih atau tidak, itu tetap tidak akan membuat perjodohan ini batal begitu saja.” Lisa terdengar mengeluh dalam kepasrahannya.

“Memangnya sudah dicoba?” tantang Sehun. Ekspresinya terlihat agak meremehkan karena Lisa sudah menyerah lebih dulu.

Lisa berdecak dan memutar bola mata malas. “Aku mengenal orang tuaku.”
Sehun mendengus karena mendapat jawaban yang jauh dari keinginannya. Sementara itu, Lisa menatap balik dengan sedikit rasa penasaran.

“Bagaimana denganmu? Kau memiliki kekasih?”

Kekasih?

Rasanya Sehun ingin menangis dalam tawa. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya pada Lisa? Namun, wanita itu jelas hanya akan menertawakannya hingga mati.

“Jangan bilang kalau kau masih bergaul dengan William?!” Lisa memekik heboh saat lawan bicaranya hanya diam tidak memberikan respons. “Oh, Tuhan, Sehun! Mau sampai kapan kau bergaul dengannya? Apa kau tidak memiliki teman yang lebih waras darinya?”

Lisa tampak tidak habis pikir dengan laki-laki di depannya. Dari sekian banyak orang kenapa Sehun harus berteman akrab dengan William yang—ah sudahlah, Lisa tidak ingin membahasnya.

“Carilah teman yang lain.” Suara Lisa terdengar seperti perintah yang tidak ingin bantahan. Tegas dan menuntut.

“Memangnya apa pedulimu dengan siapa aku berteman?” tantang Sehun tidak terima. William memang berbeda, tapi laki-laki itu jelas sangat baik dan bisa diandalkan. “Toh, kau ini bukan siapa-siapaku—lagi.”

Lisa hanya mengangkat bahu. Sepertinya pembicaraan baru saja bergeser ke topik yang lain dan Lisa segera membawa kembali topik utama mereka.

“Jadi, apa idemu?” tanya Lisa, “Kau tidak akan membiarkan kita menikah, ‘kan?”

“Diamlah, aku sedang berpikir!” balas Sehun ketus. Wajahnya tertekuk kesal karena terus didesak.

Lisa mendecih dan menikmati minumannya, sembari membiarkan Sehun berkutat dengan pikiran—yang entah apa isinya saat ini.

“Mungkin akan bagus jika kau menghamili wanita lain,” celetuk Lisa asal-asalan.

Namun, bagi Sehun itu adalah ide yang sangat brilian hingga tanpa sadar laki-laki itu menarik wajah Lisa dan langsung menciumnya tepat di bibir.

“Itu benar-benar ide yang sangat bagus, Dayne,” katanya dengan wajah rona yang penuh dengan antusias, kemudian mengacak gemas rambut Lisa. “Tumben sekali otak bodohmu ini berguna.”

Lalu, tanpa membiarkan Lisa merespons atas sikapnya barusan, Sehun langsung pergi meninggalkan wanita itu dengan tergesa-gesa.

“HOW DARE YOU, BASTARD KYLE!”

✳️✳️✳️

Sehun pikir ini adalah ide paling gila—sekaligus paling brilian—yang akan dia lakukan hari ini. Setelah pergi meninggalkan Lisa dengan satu kecupan basah, laki-laki itu langsung pergi ke tempat lain untuk bertemu seseorang.

Entah kenapa Sehun menjadi agak gugup sekarang. Rasanya seperti sedang menunggu calon mempelai wanitanya berjalan di altar. Laki-laki itu terus mengedarkan pandangan untuk mencari seolah tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

“Di sini!” Sehun melambaikan tangan dengan berapi-api saat melihat sosok yang ditunggu. Senyumnya mengembang dengan cerah.

“Terima kasih karena sudah datang,” katanya saat sang lawan bicara sudah mengambil duduk di depannya.

“Jadi, kau ketahuan kabur dari jendela atau tidak?” Tawa meluncur bebas dari bibir wanita yang tidak lain adalah Samantha. Wanita itu jelas baru saja menggoda Sehun. “Sepertinya agak terlambat kalau meminta pertanggungjawaban setelah tiga hari.”

Sehun tertawa dengan ejekan Samantha. Lalu, mengangkat bahu ringan. “Ibuku melupakan masalah yang satu itu dengan satu syarat menyebalkan,” balasnya dengan decihan tipis.

“Berarti kau tidak mendapat hukuman malam itu?” tanya Samantha, masih dengan tawa yang menggoda.

Sehun menggeleng. “Tapi dia nyaris menjadikanku umpan untuk piranhanya.”

Tawa Samantha semakin pecah. Dia pikir Sehun hanya bercanda, nyatanya Tiffany memang memiliki empat ikan predator ukuran besar di halaman belakang rumahnya dan sering kali mengancam akan melemparkan sang putra ke dalamnya jika terus membantah.

“Jadi, kenapa kau ingin bertemu denganku?” Samantha sudah menelan tawanya saat Sehun diam-diam memperhatikannya dengan begitu lekat.

“Ah, itu ....” Sehun menggaruk tengkuk dengan sedikit ringisan malu dan menggigit bibir, kemudian mengeluarkan sesuatu dari jaketnya—test pack. “Aku menemukannya di mobil tadi dan kupikir itu milikmu yang tidak sengaja jatuh malam itu.”

Mata Samantha membulat. Dia mengenali benda putih yang memiliki hiasan garis berwarna merah muda di bagian ujungnya dan mengambil benda itu. “Ini memang milikku,” katanya dengan kaku yang tidak enak.

Sehun mengangguk kaku. “Kalau boleh tahu, berapa usia kandunganmu saat ini?” tanyanya hati-hati. Laki-laki itu takut menyinggung perasaan Samantha.

“Memasuki usia tujuh minggu.” Samantha membalas ringan dan mencoba untuk menikmati pembicaraan pribadi ini dengan orang asing.

Binggo! Inilah solusi yang Sehun cari—yang lebih dulu diberikan oleh Lisa, itulah kenapa dia mencium si Stupid Dayne tadi karena memberikan ide padanya.

“Aku tahu kalau ini terdengar sangat kasar dan tidak tahu diri, tapi apa aku bisa meminta tolong padamu?” Sehun setengah memohon sekarang. Ekspresinya masih meringis karena malu.

Samantha berpikir sebentar, lalu mengangguk. “Apa yang bisa aku bantu?”

“Aku ingin kau menjadi kekasihku untuk dikenalkan pada ibuku, agar perjodohanku dibatalkan.”

✳️✳️✳️

Gak tau kenapa, selama ngedraf ini tuh aing cekikan terus. Karakternya luar biasa tidak berakhlak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

Gak paham aing tuh sama si Dayne, masa yang begini ditolak mentah-mentah sih 😭😭😭😭😭😭

Kyle pun sama tidak warasnya, masa dijodohkan sama yang bening paripurna gini gak mau sih 🤧🤧🤧

Tapi wajar sih kalau rela jadi selingkuhan, secara lakiknya orang bening gini perwujudanannya 🤤🤤🤤🤤

Padahal mas Ken tuh udah dapat yang bening, mulus, paripurna gini, tapi masih aja kegoda sama jodoh orang 😭😭😭😭😭😭😭

Nah, ini ibu suri yang doyan pelihara ikan predator 🤣🤣🤣🤣

TOLONG MAKLUMI KEGILAAN MEREKA SEMUA.

Dadah~

15 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro