Chapter 3
Naruto membuka mata nya dan menatap jam yang tergantung di dinding kamar nya. Jam menunjukkan pukul satu siang dan tak seperti biasanya Naruto masih berada di tempat tidur.
Saat ini Naruto sudah terlambat untuk berangkat kuliah dan tubuh nya terasa sangat lelah. Tendangan Sasuke di perut nya semalam tidak begitu sakit dan setidaknya pria itu tidak memperlakukan nya sekasar saat kali pertama mereka bercinta, namun tetap saja terasa menyakitkan bagi Naruto.
Perlahan, Naruto menyentuh dahi nya. Dahi nya terasa panas dan anus nya terasa sakit. Ia teringat bila kemarin malam Kurama tidak tidur di kamar bersama nya dan memilih tidur di kamar Naruko.
Sepertinya, kami-sama memberkati nya saat ini sehingga Naruko dan Kurama tak bertemu dengan nya saat ini. Naruto bangkit berdiri dan membuka pintu kamar yang terkunci. Ia menemukan sebuah kertas yang ditempel di kamar nya.
Naruto-nii, aku dan Kurama berangkat ke sekolah. Kami sudah memasak ramen untuk makan siang. Kuah ramen berada di dalam panci di atas kompor.
-Naruko
Naruto tersenyum membaca pesan dari Naruko. Ramen merupakan favorit nya dan saat ini merupakan saat yang pas untuk menikmati makanan favorit nya.
Perlahan, Naruto berjalan menuju dapur dan mengisi panci lain nya dengan air serta memasukkan ramen dan beberapa bahan pelengkap ramen di dalam air yang telah mendidih.
Setelah selesai, Naruto memindahkan ramen ke dalam mangkuk dan menyiram nya dengan kuah ramen hingga penuh. Ia mengambil pil berupa obat demam dan salep untuk luka yang diletakkan nya di lemari tempat penyimpanan obat di dapur.
"Itadakimasu", ucap Naruto pada diri nya sendiri.
Naruto mulai memakan ramen dengan cepat dan menyeruput kuah ramen itu. Rasa ramen itu cukup lezat meskipun tidak selezat ramen di Ichiraku ramen, kedai ramen favorit nya.
Di saat ini, perasaan Naruto terasa sakit. Sudah dua tahun berlalu dan Naruto merasa khawatir hampir setiap hari. Ia takut bila suatu hari nanti Naruko dan Kurama mengetahui pekerjaan nya yang sesungguh nya dan merasa kecewa. Namun, di saat yang sama Naruto merasa lelah untuk terus menerus berbohong.
Kuharap suatu saat nanti aku dapat jujur pada Naruko dan Kurama
Naruto mengaktifkan ponsel nya dan terdapat beberapa ponsel dan telepon tak terjawab. Naruto mengecek daftar telepon tak terjawab dan terdapat sembilan telepon tak terjawab dari Sakura, sahabat nya sejak sekolah menengah atas.
Ponsel Naruto kembali berbunyi dan Naruto segera mengangkat telepon.
"Moshi-moshi"
"Hey, kenapa kau tidak masuk kuliah, Naruto baka ?"
"Aku bangun kesiangan hari ini, Sakura-chan. Hehe...",Naruto terkekeh.
"Dasar ! Hari ini Orochimaru-san memberikan tugas kelompok dan kita berdua sekelompok"
"Tugas kelompok ?",Naruto memijit kepala nya yang terasa pusing seketika. Ia dan Sakura berkuliah di universitas yang sama dan berada di jurusan yang sama sehingga sering berada di kelompok yang sama setiap kali diadakan tugas kelompok.
"Ya. Kita diharuskan membuat sebuah aplikasi game sederhana untuk ponsel. Kita mendapat waktu selama lima minggu"
"Apakah kelompok nya hanya kita berdua saja ?"
"Tidak. Kita bertiga dengan Sai"
Naruto menghela nafas jengkel. Orochimaru adalah dosen berpenampilan unik dengan rambut panjang dan mengenakan eyeshadow berwarna ungu mencolok serta riasan wajah putih pucat. Seluruh mahasiswa pada awal nya mengira Orochimaru adalah seorang wanita.
Saat ini Naruto berada di semester enam akhir dan para mahasiswa semester enam sudah mulai memikirkan skripsi. Naruto sendiri telah memulai mengerjakan skripsi nya dan berniat menyerahkan bab satu untuk persetujuan dosen pembimbing.
"Bagaimana bila kita bertemu di Ichiraku Ramen depat kampus ? Cepatlah datang karena aku dan Sai akan tiba disana sebentar lagi"
"Tapi aku-"
"Ayolah, kita harus membahas proyek kita dan menyelesaikan nya secepat mungkin"
Naruto tak sempat menjawab dan Sakura telah mematikan telepon. Ia tak dapat menolak karena ia sendiri pun ingin cepat menyelesaikan tugas kelompok dan melanjutkan skripsi nya.
.
.
Naruto telah berada di Ichiraku ramen bersama dengan Sakura dan Sai. Naruto memesan semangkuk ramen favorit nya dengan segelas sencha dan ice cream matcha.
"Jadi, apakah kalian memiliki ide mengenai game yang akan kita buat ?",Sakura membuka pembicaraan sambil melirik kedua orang pria dihadapan nya.
"Bagaimana bila bertema RPG adventure ? Game seperti itu sedang populer",usul Naruto.
"Terserah. Aku akan mengurus desain character dan grafik untuk game itu",ujar Sai.
"Pastikan ada character yang terlihat mirip dengan Itachi-kun",ucap Sakura dengan wajah memerah dan tersenyum malu-malu.
"Dengan kerut di wajah dan rambut panjang yang diikat ? Baiklah, akan kubuat dia terlihat mirip dengan wanita atau bahkan seperti Orochimaru-san"
"SAI !", bentak Sakura sambil memukul meja dan menendang kaki Sai hingga pria itu meringis. Beberapa pengunjung melirik ke arah meja mereka dan Sakura mengatakan maaf pada para pengunjung dengan wajah memerah.
"Jangan menghina kekasihku seperti itu. Dia berbeda dengan Orochimaru dan ia terlalu jantan untuk menjadi seorang wanita"
Naruto tersenyum melirik Sakura yang terlihat antusias membicarakan kekasih nya. Ia selalu bersemangat dengan segala hal yang berhubungan dengan kekasih nya. Naruto sendiri hanya pernah melihat wajah kekasih Sakura sekilas di foto.
Deskripsi Sai mengenai kekasih Sakura sama sekali tidak salah. Pria itu memang memiliki dua garis kerutan di dekat hidung dan rambut panjang yang diikat. Wajah pria itu tidak jelek dan mata pria itu terlihat mirip dengan seseorang.
Naruto mencoba menginat wajah kekasih Sakura yang dilihat nya di foto dan ia meringis. Pria bernama Itachi itu memiliki mata yang sama dengan Sasuke !
"Sakura-chan, darimana kau mengenal kekasih mu ?",tanya Naruto dengan penuh rasa penasaran. Mungkin saja pria itu mengenal Sasuke dan ia dapat mencari informasi mengenai Sasuke.
"Hey, kau tidak pernah mendengarkan cerita ku, Naruto baka ?"
Naruto menggaruk kepala nya yang terasa tidak gatal dan tersenyum canggung, "Seingatku kau tidak pernah menceritakan nya"
"Ahaha... aku memang tidak pernah menceritakan nya, sih"
Sai menyela percakapan dengan berdehem keras. Pria itu telah menyelesaikan makan ketika Naruto dan Sakura sedang berbicara.
"Bisakah kita melanjutkan pembicaraan mengenai tugas kita ? Aku harus segera pergi setelah ini"
"Maaf",ucap Naruto dan Sakura engan perasaan tidak enak pada Sai.
"Jadi, kita akan membuat game bertema RPG adventure. Lalu, aku memiliki ide untuk membuat game dengan karakter utama pria dan wanita yang dapat dipilih. Tema game itu adalah masa depan dimana alien menginvasi bumi dan karakter utama diharuskan bertarung melawan alien itu",usul Naruto.
"Itu ide yang bagus. Kuharap game itu tidak terlalu sulit sehingga setiap orang dapat menyelesaikan game itu",ujar Sakura.
"Akan kuusahakan membuat grafik yang baik dan design boss yang terlihat kuat"
"Kalau begitu kau buat saja cerita untuk game ini. Aku akan mencari musik yang tepat dan ide mengenai kemampuan boss dan karakter utama di game itu"
"Bagaimana dengan pembuata program game ?",tanya Sai.
"Kita akan mengerjakan nya bersama-sama, Sai"
Sai melirik jam dan segera bangkit berdiri. Pria itu harus menjemput kekasih nya dan ia telah terlambat beberapa menit.
"Kalau begitu aku akan pulang. Aku akan segera mengirimkan desain karakter utama via email setelah menyelesaikan nya"
"Jaa ne",Sakura dan Naruto melambaikan tangan pada Sai yang meletakkan uang dan meninggalkan kedai dengan tergesa-gesa.
Naruto dan Sakura berpandangan satu sama lain dan menghabiskan ramen milik mereka yang tersisa.
"Kau masih penasaran dengan pertemuan pertama ku dengan Itachi-kun ?"
"Tentu saja. Kau tidak pernah menceritakan nya"
"Kau ingat saat masa orientasi mahasiswa baru ? Saat itulah aku bertemu dengan Itachi dan kami menjadi dekat. Aku tak menyangka bila ternyata dia adalah kakak lelaki dari Sasuke"
Naruto hampir menyemburkan sencha yang sedang diminum nya ke wajah Sakura. Ia tak mengira bila Sakura juga mengenal Sasuke dan ia bisa mendapatkan informasi mengenai pria itu lebih mudah.
"Sasuke ?"
"Ya, dia pria yang kusukai sewaktu sekolah menengah dulu",ujar Sakura.
Iris sapphire Naruto membulat dan ia menatap iris emerald Sakura dengan intens.
"Eh ? Ada apa ? Kau mengenal nya ?"
"Begitulah, dia boss ku"
"Boss ? Kau bekerja pada nya ?!",Sakura setengah menjerit. Ia menatap sekeliling dan berbisik pada Naruto, "Kuharap kau dapat bersabar pada nya"
"Bersabar ? Mengapa ?"
"Ia memiliki kepribadian yang perfeksionis, dingin dan kasar"
Naruto mengangguk. Ia baru bertemu Sasuke selama dua kali dan ia percaya dengan ucapan Sakura. Sasuke sangat dingin dan bersikap kasar, bahkan saat sedang tidak bercinta.
"Kau benar, Sakura-chan"
"Itachi-kun sangat khawatir pada nya dan sering bercerita mengenai Sasuke padaku. Aku sulit untuk percaya, namun Itachi-kun mengatakan bila dulu nya Sasuke adalah anak laki-laki yang manis, baik dan menggemaskan"
Naruto menengak ludah dengan keras. Ia tak dapat percaya dengan ucapan Sakura. Bagaimana mungkin seorang anak laki-laki yang manis, baik dan menggemaskan berubah menjadi pria sadis yang dingin dan tak berperasaan ?
"Tidak mungkin",gumam Naruto hingga dapat terdengar oleh Sakura.
"Kau juga tidak percaya ?"
"Ya. Aku tidak percaya"
"Sebetulnya aku juga. Namun, Sasuke memang berbeda saat aku bertemu dengan nya saat di sekolah menengah dan sekarang"
"Berbeda ? Sikap nya tidak seperti sekarang ?"
"Tidak."
"Mengapa ? Aku sangat penasaran",Naruto tersenyum lembut, berharap Sakura akan luluh dan menceritakan pada nya.
"Hey ! Apakah kau jatuh cinta pada Uchiha Sasuke ? Setiap orang yang kukenal yang jatuh cinta padanya akan menanyakan hal yang sama padaku"
Naruto terdiam. Ia jelas tak jatuh cinta pada Sasuke. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada pria yang telah memperlakukan nya dengan kasar bagaikan seorang budak. Bahkan, budak pun diperlakukan lebih baik.
Seorang gigolo tak hanya melayani seks, namun juga menawarkan cinta semu kepada para pelanggan nya. Dan Naruto biasa nya menawarkan cinta yang semu kepada hampir seluruh pelanggan nya. Namun tidak untuk Uchiha Sasuke. Ia bahkan tak pernah sekalipun berpura-pura mengatakan 'aku mencintaimu' dan menyentuh tubuh pria itu dengan lembut sebelum, saat atau sesudah mereka bercinta.
"Tidak. Dia sangat kasar"
"Ucapanku benar, kan ? Sebetulnya, dulu Sasuke adalah korban bullying"
"Huh ? Bullying ? Kau serius ? Pria seperti itu seorang korban bullying ?",Naruto tanpa sadar meninggikan suara nya.
Sakura mengangguk,"Dia korban bullying selama sekolah menengah dan di rumah nya"
Naruto sulit mencerna kata-kata Sakura. Pria seperti itu adalah seorang tipe yang mendominasi, bagaimana mungkin pria seperti itu menjadi korban kekerasan ? Seharusnya, Sasuke akan langsung melawan.
"Saat sekolah menengah dulu Sasuke adalah orang yang sangat pintar. Sekarang pun dia sudah lulus dari universitas dengan predikat summa cum laude"
"Lalu mengapa ia menjadi korban bullying ? Bukankah orang seperti itu seharusnya didekati banyak orang ?"
"Dulu nya, Sasuke adalah pria pendiam yang penyendiri dan sangat culun. Ia mengenakan kacamata dan bahkan tak memiliki hobi yang dimiliki para remaja pria seusia nya"
Sakura meminum sencha dan menghabiskan setengah gelas sebelum melanjutkan ucapan nya dan membuat Naruto semakin penasaran.
"Dulu, aku berusaha mendekati nya dan ia seolah 'mendorong' ku untuk menjauh. Setelah menjadi kekasih Itachi-kun, aku baru tahu bila ternyata ayah nya menganggap Sasuke adalah kegagalan dan meremehkan nya. Ayah nya membanggakan Itachi-kun dan mempersiapkan nya untuk menjadi pewaris"
Iris sapphire Naruto terbelalak dan ia hampir tersedak. Ia tak mengira bila seorang pria seperti Sasuke memiliki masa lalu yang kelam. Namun, apakah hanya karena hal itu ia menjadi seorang pria yang kasar ? Bila ia menjadi Sasuke maka ia takkan melakukan hal yang sama.
"Ayah Sasuke mendidik nya dengan sangat keras dan memberikan hukuman fisik walau ia hanya melakukan kesalahan kecil. Mungkin karena itulah ia menjadi seperti ini"
Naruto menatap dengan simpati. Bila itu yang terjadi maka ia semakin berhasrat untuk mengubah Sasuke dan membuat pria itu menjadi lebih baik. Ia akan berusaha keras untuk tetap berada di sisi pria itu meskipun Sasuke selalu memperlakukan nya dengan kasar.
.
.
Jam menunjukkan pukul setengah delapan malam dan Sasuke masih berada di kantor. Ia merapikan berkas-berkas di meja nya dan menutup laptop nya serta memasukkan ke dalam tas.
Sasuke melangkah menuju pintu dan mengunci nya setelah memastikan bila ruangan kantor nya dalam keadaan rapih. Ia adalah seorang pria perfeksionis yang terobsesi dengan kerapihan dan kebersihan sehingga menginginkan ruangan nya dalam keadaan rapih.
Sasuke berjalan menuju sebuah ruangan di sebelah nya dan berusaha membuka pintu. Sesuai dugaan nya, pintu itu telah terkunci. Itachi telah mengatakan akan pulang tepat pukul lima sore dan ia akan berkencan dengan kekasih nya, namun Sasuke berharap bila pria itu batal berkencan dan masih berada di kantor serta menemani nya untuk makan bersama.
Tubuh Sasuke terasa lemas saat ini dan otak nya tak dapat bekerja dengan benar. Bila otak nya bekerja seperti biasa nya, maka ia takkan mungkin mengharapkan Itachi atau siapapun menemani nya makan malam.
Saat pagi, Sasuke hanya sempat memakan sepotong sandwich keju dan mayonnaise serta terburu-buru berangkat ke kantor. Saat siang hari, ia hanya sempat memakan sepotong onigiri yang dijual di supermarket, itupun dengan satu tangan yang sibuk bekerja dan tangan lain nya untuk makan.
Hari ini merupakan hari yang melelahkan bagi Sasuke. Ia diharuskan hadir dalam dua rapat dalam jam yang berdekatan dan kembali ke kantor untuk melanjutkan rangkuman laporan dari setiap cabang perusahaan. Perusahaan Uchiha memiliki lebih dari lima puluh cabang yang tersebar di dalam dan luar negeri serta memiliki berbagai lini produk. Sasuke diharuskan memberi laporan keuntungan setiap produk berdasarkan laporan keuntungan perusahaan di setiap cabang.
Sasuke mengeluarkan ponsel nya dan menghubungi seseorang. Kepala nya terasa pusing dan ia merasa terlalu malas untuk makan malam di rumah atau berada di restaurant sendirian untuk makan malam.
"Konbawa, Sasuke-sama",terdengar suara ceria seorang pria.
Sasuke terkejut dan ia segera menjauhkan ponsel dari telinga nya dan mengecek nama orang yang ditelepon nya. Ia tidak menghubungi orang yang salah, namun reaksi nya berbeda dengan biasa nya.
"Dimana kau berada, dobe ?"
"Aku berada di rumah sekarang, Sasuke-sama. Apakah kau ingin meminta pelayanan seperti kemarin malam ?",tanya Naruto. "Maafkan aku, namun aku sedang demam malam ini. Bisakah kau menunda nya ?"
Saat ini Sasuke bahkan terlalu lemas untuk berjalan menuju mobil nya dan mengemudi menuju restaurant. Ia tak memiliki tenaga untuk bercinta meskipun ia menginginkan nya saat ini.
"Datanglah ke Grand Palace Café sekarang juga"
"Tapi aku-"
Sasuke memutus ucapan Naruto dan membentak pria itu,"Diamlah dan laksanakan perintah ku"
Hening sejenak di seberang telepon. Perlahan terdengar jawaban dari Naruto.
"Moushiwake arimasen deshita, Sasuke-sama. Aku akan berangkat sekarang juga"
Sasuke mematikan telepon dan setengah berlari menuju lift. Pintu lift terbuka saat ia menekan nya dan ia dengan cepat menekan tombol ground floor serta menghampiri mobil nya yang terparkir tepat di depan gedung kantor.
.
.
Sasuke telah menunggu di dalam private room café tepat ketika Naruto memasuki café. Wajah Naruto terlihat pucat dan memerah, namun ia memutuskan untuk menutupi nya dengan tersenyum ramah pada setiap orang.
Pelayan segera mengantarkan Naruto menuju ruang private room yang dipesan Sasuke ketika Naruto mengatakan ingin bertemu dengan Uchiha Sasuke yang berada di private room.
Ruangan private room itu sangat kecil dan memang sengaja di design khusus untuk dua orang. Seorang pelayan memberikan dua buah menu pada Sasuke dan Naruto.
Sasuke dengan sengaja memesan private room khusus untuk dua orang. Untunglah, café tidak terlalu ramai sehingga Sasuke dapat langsung memesan nya ketika ia datang. Pusing yang dirasakan nya akan bertambah parah bila ia berada di meja yang bergabung dengan semua orang dan mendengar suara orang-orang yang saling bercakap-cakap.
"Aku pesan Filet Mignon steak with red wine sauce dan tomato cream soup untuk appetizer, roasted tomato bread dan tomato juice",ujar Sasuke pada seorang pelayan yang mencatat menu.
Naruto hampir tertawa mendengar pesanan Sasuke. Pria itu seolah sedang bercanda dengan pesanan yang hampir seluruh nya mengandung tomat. Sebagai ganti nya, Naruto tersenyum dan Sasuke menatap nya dengan tajam.
"Apa yang kau tertawakan, bitch ?"
"T-tidak. Hanya saja pesanan mu terkesan lucu dengan menu yang hampir seluruh nya berhubungan dengan tomat"
Sasuke menatap Naruto dengan tajam. Ia menatap peralatan makan di samping nya. Ia terlalu lelah untuk menggebrak meja atau melemparkan peralatan makan.
"Diamlah. Itu bukan urusan mu, dobe"
"Maaf, Sasuke-sama"
"Cepatlah pesan makanan mu"
Naruto melirik menu di tangan nya. Harga menu di café itu sangat mahal dan seluruh menu itu berbahasa asing meskipun terdapat penjelasan dengan bahasa jepang.
"Aku pesan beef lasagna dengan orange juice"
Pelayan itu mengulang pesanan Naruto dan Sasuke serta meninggalkan ruangan. Naruto merasa gugup berhadapan dengan Sasuke dan melihat wajah pria itu hanya membuat nya meringis dengan pengalaman menyakitkan saat bercinta.
"Sasuke-sama, bolehkah aku tetap bekerja selain melayani mu ? Aku khawatir bila kedua adik ku akan mengetahui pekerjaan ku",tanya Naruto.
"Berapa usia mu dan apa tingkat pendidikan terakhir mu ?"
Pertanyaan Sasuke mengejutkan Naruto. Ia tak mengira bila Sasuke akan menanyakan hal pribadi mengenai diri nya.
"Dua puluh tahun. Saat ini aku kuliah di jurusan game design and technology semester enam"
Sasuke berpikir sejenak. Pria itu mencoba memikirkan pekerjaan yang sesuai dengan usia dan kemampuan Naruto sehingga ia dapat bekerja dengan baik di perusahaan milik nya.
"Kau bisa bekerja sebagai kasir paruh waktu di U Minimart cabang stasiun Konoha. Waktu kerja mu pukul tiga sore hingga sepuluh malam dan libur satu hari seminggu. Gaji mu akan kutambah tiga ratus lima puluh ribu ryo per bulan"
Naruto mengernyit seolah tak percaya. Sejak kapan seorang Uchiha Sasuke yan begitu kasar bisa bersikap baik dan memberikan gaji yang setara dengan pekerja kantor full time di bagian administrasi ?
"Mengapa ?",ucap Naruto tanpa sadar.
Sasuke menatap nya dengan tajam seolah mempertanyakan maksud pertanyaan nya.
"U-um... maksudku mengapa Sasuke-sama memberikan pekerjaan dengan gaji besar untuk ku ?"
Sasuke menarik dagu Naruto dengan kasar dan Naruto mengalihkan pandangan. Ia tak berani menatap iris onyx Sasuke yang menatap nya dengan tajam. Sasuke mencengkram dagu nya dengan keras.
"Agar aku dapat mengawasi mu sehingga kau tidak bercinta dengan orang lain"
Naruto terdiam dan Sasuke menghampiri nya mencium leher jenjang milik Naruto. Sasuke berniat mencium bibir merah yang sensual mllik Naruto dan terpaksa menahan diri demi menghindari penyakit Naruto tertular pada nya.
Sasuke menyentuh kening Naruto. Kening pria itu benar-benar panas dan ia tidak berbohong soal demam yang di alami nya. Sasuke menampar wajah Naruto dan berbisik,"Bila kau berani mencoba bercinta dengan orang lain, maka akan ku musnahkan seluruh keluarga mu"
Bulu kuduk Naruto merinding. Suara Sasuke menggelitik telinga nya dan ancaman itu diucapkan nya dengan ekspresi serius.
"Baiklah, Sasuke-sama"
Sasuke kembali ke tempat duduk nya dan tepat saat itu pintu terbuka. Seorang pelayan dan seorang manager café masuk dengan sopan dan membawakan appetizer dan minuman milik Sasuke dan Naruto.
Sasuke menatap pelayan itu dengan kesal. Hampir lima belas menit berlalu dan pelayan itu baru datang untuk membawakan appetizer serta minuman.
"Mohon maaf telah menunggu lama, Uchiha-sama. Main course anda akan di hidangkan sebentar lagi"
Naruto terkejut dengan manager itu yang seolah mengenal Sasuke. Namun, ia tersadar bila Uchiha Group adalah perusahaan besar yang memiliki banyak cabang dan cukup sering memberikan bantuan dalam jumlah besar kepada organisasi amal. Bukan hal mustahil bila orang awam mengenal seluruh keluarga Uchiha.
Sungguh ironis. Seorang pemilik perusahaan yang terkenal sebagai perusahaan besar yang sering memberikan bantuan amal memiliki seorang putra seperti Sasuke.
Sasuke sedang terlalu lelah untuk marah. Ia hanya mengatakan pada manajer itu untuk memperbaiki pelayanan café itu sambil memberikan tatapan tajam yang menakutkan.
Manager dan pelayan itu keluar dari ruangan sambil menundukkan kepala berkali-kali dan Sasuke membuka dompet serta memberikan uang lima puluh ribu ryo pada Naruto .
"Cepat sembuhkan demam mu sehingga kita dapat segera bercinta setelah kau sembuh"
"Arigato gozaimasu, Sasuke-sama"
Sasuke tak mengatakan apapun. Namun entah kenapa Naruto merasa bila hari ini Sasuke bersikap lebih baik dibandingkan sebelum nya. Sebetulnya, bahkan ia merasa kasihan pada Sasuke.
Mulai saat ini, Naruto telah berjanji pada diri nya sendiri untuk terus bersabar pada Sasuke dan berusaha mengubah pria itu menjadi lebih baik. Setidaknya, ia yakin bila seorang Uchiha Sasuke masih memiliki hati dan sisi kemanusiaan.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro