
KKN dan Jatuh Cinta (2/3)
WARNING ⚠️🔞 Cerita fiksi ini memuat adegan tak senonoh seperti sex sesama jenis, rape, incest, violence, stockholm syndrome, bahasa kasar, dan adegan-adegan tak ramah dan menjijikkan lainnya. Mohon lebih bijak dalam memilih bacaan. Thanks!
****
Chanyeol juga langsung ngekunci pintu kamar tersebut dan langsung baringkan tubuh Chen di atas kasur bersprei merah bunga-bunga dengan tubuhnya yang menindih tubuh Chen.
Chen merasa dihargai ketika Chanyeol membaringkannya dengan hati-hati, padahal pacar-pacarnya dulu setiap kali mereka ngeseks pasti selalu ngebanting tubuh Chen dulu ke kasur sampai dia pernah sakit pinggang. Kata mereka sih, Chen kelihatan lebih panas kalau lagi kesakitan sampai bikin mereka makin horny. Sinting emang!
Chanyeol membelai wajah Chen yang dimatanya begitu indah dan panas. Dia lalu melepaskan seluruh kancing baju Chen dan membuang kain itu ke sembarang tempat, kini tubuh bagian atas Chen telanjang. Chanyeol memandangi pemandangan indah di bawahnya itu dengan liur menetes, seperti seekor serigala yang mendapati rusa kecilnya menyerahkan diri untuk dirinya santap bulat-bulat.
“Mas,” panggil Chen lirih.
Chanyeol yang lagi melepas baju dan celananya sendiri menjawab, “Apa, Sayangku?”
Chen malu sendiri ketika Chanyeol memanggilnya seperti itu.
“Mas Chanyeol mau aku nenenin gak?” Dia membusungkan dadanya. Memperlihatkan buah dadanya yang lumayan berisi dengan puting susu kecokelatannya yang berdiri keras.
Setelah menanggalkan sempaknya dan membiarkan penisnya bergelantungan. Chanyeol naik ke atas ranjang menyusul Chen dan langsung memeluk tubuh itu.
Chanyeol mencubit kedua puting susu Chen sampai bikin Chen memekik kesakitan sekaligus keenakan. Chanyeol menjilat-jilat puting itu sebelum mengulumnya secara bergantian sampai bikin Chen belingsatan dan semakin membusungkan dadanya sensual.
“Mas ahh ah enak ahh Mas kenyot lebih cepet lagi ahh ah.”
Setiap mulut Chanyeol menyedot puting susu Chen dan bikin bulu kumis tipisnya bergesekan dengan kulit Chen, jiwa Chen rasanya kayak lagi ditarik perlahan-lahan dari tempatnya sampai bikin dia lupa daratan.
Lidah Chanyeol lalu turun ke perut datar Chen, dia menjilati pusar Chen dan menyedot-nyedotnya seperti yang dia lakukan tadi pada kedua puting susu Chen.
“Ah ah Mas Chanyeol, ahh ah.”
Lama-kelamaan ciuman itu turun ke selangkangan Chen di mana laki-laki itu masih menggenakan celananya. Chanyeol membuka kaki Chen agar mengangkang, menurunkan resleting celananya di mana sesuatu di balik itu terlihat gundukan kecil yang keras. Chen melirik kegiatan Chanyeol dengan pandangan berkabut dan penisnya yang udah berkedut-kedut.
“Mas ohh.” Chen udah gak tahu lagi mau mendefinisikan perasaannya saat ini kayak gimana, yang jelas seluruh badannya terasa panas dengan sensasi aneh diarea intimnya.
Bukan berarti Chen gak pernah ngelakuin seks sih, dia sering melakukannya, cuma aktivitas seksualnya kali ini dengan cowok yang hampir seusia ayahnya membuat Chen merasakan pengalaman baru yang luar biasa.
Chanyeol menelusupkan wajahnya ke selangkangan Chen di mana penisnya masih terbungkus celana dalam tipis berwarna pink dengan pita kecil tepat di gundukan penis pemuda tersebut. Laki-laki berusia 40-an itu menghirup aroma penis Chen sekuat-kuatnya, merasakan aroma nikmat yang semakin menaikkan libidonya. Hal itu tak acak juga mempengaruhi Chen yang kini sampai harus mengigit tangannya sendiri demi mereda desahannya yang semakin menjadi-jadi.
“Mas ahh ahh jangan dulu Mas ah ahh.” Chen berusaha merapatkan kakinya ketika Chanyeol dengan tergesa-gesa ingin melepas penghalang terakhir diantara mereka.
“Kenapa lagi, Dek? Mas udah gak tahan loh pengen cepet-cepet genjot kamu.” Chanyeol coba mengatur napasnya yang memburu. Penisnya yang udah berdiri tegak sejak tadi semakin berkedut-kedut sakit dan keras.
Seluruh wajah Chen sampai dadanya memerah selayaknya udang rebus lantaran sensasi panas yang sejak tadi membakar tubuhnya.
“Mas Chanyeol yakin mau ngelakuin ini sama aku?” Yoga berusaha menahan kakinya agar tak mengangkang, padahal didalam lubuk hatinya sendiri dia ingin segera mempersembahkan penisnya di wajah Chanyeol agar laki-laki itu mengemutnya dan tergesek dengan kumis tipisnya yang candu. “Aku gak mau kalau sampai Mas nanti nyesel.”
“Udah, buka aja celananya. Gak bakalan ada yang lihat ini selain saya, katanya kamu mau ngebikin burung saya seneng?” Chanyeol membelai penis Chen lembut.
Pelan namun pasti, Chen membuka kakinya dibantu Chanyeol yang meneteskan liurnya di atas celana dalam Chen.
“Ta-tapi kalau ada yang lihat gimana, Mas? Aku kan masih kuliah, Mas juga udah punya keluarga.”
“Udah lah, gak usah dipikirin, yang penting kita senang-senang dulu. Kamu gak lihat burungku udah berdiri karena pengen cepet-cepet masuk ke sarangnya?” Chanyeol menggoyang-goyangkan penisnya di depan wajah Chen, membuat wajahnya semakin merah dan panas.
Penis Chanyeol benar-benar indah. Bentuk dan warnanya mirip terong, hitam panjang dan melengkung ke atas. Ujung kepala penisnya juga bulat sempurna dan mengkilat.
Dengan gemetaran, Chen melepas celana dalamnya, lalu keluar lah penis berwarna cokelat muda yang sejak tadi sudah menegang kaku itu.
Chanyeol seperti melihat emas batangan, matanya berbinar dan napasnya memburu. Dia langsung menggenggam penis Chen begitu benda itu keluar dari tempatnya. Memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya penuh kenikmatan.
Chen dibuat merem-melek keenakan oleh tindakan Chanyeol yang sedang melecehkannya saat ini. Selangkangannya semakin memanas dan menegang, sampai akhirnya dia menyemburkan air maninya di dalam mulut Chanyeol yang menegak habis seluruh sperma Chen tak tersisa.
Tangan kiri Chen meremas sprei bunga-bunga itu kuat dengan bokongnya yang dia angkat naik tatkala Chanyeol masih menelusupkan wajahnya di tengah selangkangannya. Sementara tangan kanannya sendiri dia sumpal ke mulutnya untuk menahan gejolak dahsyat yang meledak-ledak di dalam dirinya.
“Mas ahh ahh sepongan mu enak banget Mas ahh ah.” Kepala Chen dibuat pusing melayang-layang.
Tapi Chanyeol belum puas, apalagi ketika tadi melihat Chen ejakulasi, semakin menaikkan libidonya.
Dengan lembut, Chanyeol mengangkat kaki Chen, menaruhnya di atas pundaknya dan membuat selangkangan Chen semakin lebar terekspos, Chanyeol lalu memposisikan penisnya yang sudah berkedut-kedut itu di tengah lubang anus Chen yang sudah basah.
“Dek Chen, lubangmu udah basah banget, Dek.” Chanyeol menampar-namparkan penisnya di depan anus Chen yang udah becek oleh lendirnya sendiri. “Mas masukin burungnya Mas ke sarangmu yang becek dan sempit ini, ya.”
Sambil melihat kelakuan nakal Chanyeol yang menggodanya, Chen mengigit bibirnya sekuat mungkin agar tak mendesah terlalu keras.
“Iyah ah ahh masukin, Mas. Ahh masukin aku kontol mu yang udah keras banget itu ahh.” Chen semakin membusungkan dadanya horny. “Aah Mas ahh perkosa aku Mas, perkosa aku ahh ah!”
“Sabar, ya, Dek, ya. Mas bakalan bikin kamu keenakan sama burung kesayangannya Mas ini.” Dengan pelan, Chanyeol memasukkan kepala penisnya ke lubang anus Chen yang sempit. “Eengghh!”
Dia mengejan ketika penisnya begitu sulit untuk masuk ke lubang Chen karena terlalu sempit, namun begitu kepala penis itu akhirnya dapat masuk, tanpa menunggu lebih lama lagi, Chanyeol langsung melesakkan seluruh batang penisnya ke dalam anus Chen, di dalam sana rasanya licin dan sempit. Anus Chen menjepit penis Chanyeol dengan ketat sampai laki-laki berkepala empat itu kesulitan mengatur napasnya yang memburu.
“Aaaahhh Mas ahh sakiiit ah ah.” Chen belingsatan, anusnya terasa sakit tapi juga enak, apalagi ketika bulu-bulu kemaluan Chanyeol yang cukup lebat menempel ke selangkangannya yang bersih dan mulus. Chen rasanya kayak disengat listrik yang bikin dia kegelian dan kecanduan.
“Ahh kamu legit banget, Deeek.” Chanyeol mulai memaju-mundurkan penisnya di dalam lubang anal Chen. “Analmu rasanya enak banget, Dek Chen. Becek, tapi sempit. Ketat, tapi licin. Ahh ah.”
Tubuh Chen terhentak-hentak oleh permainan seks Chanyeol, apalagi kini perutnya terasa digelitiki oleh ratusan kupu-kupu yang makin membuat lubangnya semakin becek dan haus akan kontol pejantan yang tengah mengawininya.
“Maaaasss Chanyeol ahh ahh yah di situ Mas ahh ah sodok aku lagi dibagian itu ahh ah.” Tangan Chen ikut mengocok penisnya sendiri yang terguncang-guncang ke sana ke mari.
Chanyeol terus menghujani lubang Chen yang sudah semakin longgar dengan penisnya yang kesetanan menghajar lubang surgawi becek yang membuatnya lupa diri itu. Ranjang tua yang telah berusia 10 tahun itu terguncang dan berderit-derit akibat menampung dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.
Di tengah-tengah kegiatannya menyodomi daun muda di bawahnya itu, Chanyeol meraup bibir Chen, memasukkan lidahnya ke mulut mahasiswa yang kini analnya tengah dia hajar dan mencumbunya sampai kehabisan napas, sambil terus menggenjotnya sampai kamar itu cuma terisi suara desahan keduanya dan bunyi plok plok plok becek.
“Mass Chanyeol oohh kontolmu enak banget Mas ahh ahh ohhh!”
Mulut Chen yang udah selesai dikokop Chanyeol terus-menerus meracau diselingi desahan, bibir tipis yang kini bengkak kemerahan itu masih aja terbuka sambil menjulurkan lidahnya kayak seekor anjing.
“Sodok aku lebih cepet lagi Mas ahh ahh, Mas Chanyeol ahh ahh.” Otot-otot Chen mulai menegang. “Mas aku ahh ahh buntingin aku, Mas! Ahh ahh ah! Aku mau bunting benih kamu Mas ahh ah ahh!”
Chanyeol mempercepat sodokannya. “Deeek Cheeeen ahh ahh kontol Mas pasti bakalan buntingin kamu Dek ahh ah.”
Tubuh Chen semakin menggelinjang ketika Chanyeol menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam lubang anusnya. Saking banyaknya yang Chanyeol semprotkan, perut Chen rasanya sampai penuh banget.
“Sshhh aahh ah.” Giliran Chen yang ejakulasi, air maninya menyemprot ke atas perutnya sendiri seperti air mancur.
Chanyeol menurunkan kaki Chen yang sejak tadi mengangkang di atas pundaknya. Dia mencabut penisnya yang sudah lemas itu dari lubang Chen, seketika maninya yang putih kental nan hangat itu berjubelan keluar dari anus Chen, mengotori sprei bunga-bunga yang sudah kusut.
“Ahhh ahh aah!” Chen dan Chanyeol mendesah panjang bersamaan.
Tangan kasar Chanyeol meraup spermanya yang masih betah di dalam lubang Chen dan mengoleskan sperma tersebut ke atas perut Chen, meratakannya dengan sperma milik Chen sendiri sampai licin dan mengkilat.
Chen horny lagi melihat kelakuan random Chanyeol.
“Ahh Mas Chanyeol, makasih buat pejuhmu yang kental dan banyak itu.”
Chanyeol kembali mencolek spermanya di lubang anus Chen dan mengoleskannya dibibir pemuda itu, dengan wajah penuh keringat Chen menjilat sperma milik Chanyeol dibibirnya, sekaligus dengan jempol tangan Chanyeol yang dia tahan dengan mulutnya.
“Mas Chanyeol ngomong sesuatu, dong,” rengek Chen manja.
Purnomo tak bisa melepaskan matanya dari tubuh Chen yang begitu menggoda, tubuh mulus yang sedang berbaring mengangkang di atas kasurnya ini benar-benar jatuh ke dalam pelukannya dan dia bahkan habis menggagahinya.
“Ngomong apa lagi, Dek? Hmm?”
Penis Chanyeol yang udah lemes tiba-tiba kembali turn on ketika dengan seksi Chen mengemut jempol tangan Chanyeol.
“Kamu benar-benar mau Mas buntingin, ya?”
Chen tertawa kecil ketika merasakan penis Chanyeol kembali berdiri di antara selangkangannya yang masih ngangkang, juga lubang anusnya yang habis dihajar masih menganga lebar.
“Kalau Mas Chanyeol emang bisa, coba aja entot aku sampai aku bunting?” Chen mengigit jempol Chanyeol main-main; menantangnya.
Chanyeol merasa tertantang. Plak! Dia lalu menampar bokong Chen sebelum akhirnya kembali melesakkan seluruh batang penisnya ke lubang becek Chen dalam sekali sodok.
“Aaaahh!”
Malam itu menjadi pengalaman seks paling panas bagi Chen selama jadi gay.
***
Ibu Jennie beserta kedua anaknya dan mahasiswa-mahasiswa lain pulang pukul sepuluh malam.
Sementara Chen dan Chanyeol mau gak mau menyudahi aktivitas seksual mereka pukul setengah sepuluh, itu pun Chanyeol harus membereskan sisa-sisa percintaan mereka dulu di kamar itu kalau gak istrinya bisa-bisa curiga. Chen gak bisa ngebantuin karena dia terlalu lelah setelah anusnya dihajar habis-habisan sama kontolnya Chanyeol sampai dia hampir gak bisa jalan.
Ketika orang-orang sudah kembali, Chen beneran tidur di sofa di depan TV tadi dengan selimut tipis akibat terlalu lelah melayani nafsu bejat Chanyeol. Baekhyun yang melihat Chen kedinginan merasa kasihan dan dia yang tahunya kalau Chen lagi sakit, diam-diam memberikan selimutnya sendiri untuk Chen.
Besoknya, baik Chanyeol dan Chen pura-pura bersikap seperti biasa saja, padahal dalam hati, setiap kali tak sengaja berpapasan satu sama lain, bayangan malam panas yang keduanya lalui kemarin malam masih terbayang-bayang sampai bikin penis Chanyeol menegang sakit dan anus Chen berkedut-kedut mengeluarkan lendirnya.
Selama beberapa Minggu tersisa Chen KKN di desa Sekar Mulia yang dipimpin oleh Chanyeol sebagai lurahnya, Chanyeol selalu curi-curi kesempatan untuk meremas bokong Chen.
Chen sendiri juga jalang dan udah ketagihan disodok Chanyeol, jadi dia sering banget ngirim pap lagi onani sambil nusuk anusnya sendiri pakai jari ke Chanyeol dengan caption nakal kayak:
Mas aku kangen kontol mu.
Mas aku mau kamu perkosa aku.
Mas kapan burungmu mau main ke lubangku lagi.
Mas Chanyeol aku udah becek banget.
Mas kapan kamu buntingin aku.
Mas lubangku gatel banget, aku butuh kontol mu.
Selalu dikirimin pap kayak gitu siapa yang gak gila coba?!
Jadi waktu ada kesempatan, Chanyeol langsung bawa Chen ke tempat sepi. Waktu itu anak-anak lain lagi sibuk ngurusin ini itu, hari itu Bu Jennie juga sibuk ngurusin PKH kan, sementara anak-anaknya sendiri lagi fokus ujian.
Waktu itu cuma Chen yang waktunya agak longgaran dikit, di depan dua temennya Chen, Rose dan Kai, Chanyeol bilang ke Chen kalau dia butuh bantuan buat bantuin dia ngurusin ladangnya.
Chen langsung ngeh kalau ini modusnya Chanyeol, jadi dia bilang gini ke Rose sama Kai, ”Kalian gak apa-apa gue tinggal berdua aja?”
“Gak apa lah, kalau cuma nyiapin barang doang, berdua aja juga cukup,” kata Kai.
Rose mengangguk. “Lo bantuin Pak Chanyeol aja, gih. Ingat kita numpang di rumahnya.”
Chen tersenyum. “Kalau kalian oke, ya udah. Gue bantu-bantu Pak Chanyeol dulu di ladang.”
“Hati-hati lo, Chen. Lo, kan, takut ular.”
Kai cuma bercanda, tapi ular yang terbayang dikepala Chen justru ular hitam yang bersembunyi diselangkangan Chanyeol. Ular hitam yang bikin dia ketagihan disodomi sampai menjerit-jerit keenakan.
“Sialan lo, Kai!”
Chen pergi naik motor dengan dibonceng oleh Chanyeol. Pas berangkat posisi duduk Chen biasa aja, setelah di jalan raya, di mana orang-orang udah gak ngelihatin mereka. Chen memajukan bokongnya agar menempel dengan pantat Chanyeol, Chen pun juga udah gak malu-malu lagi buat merengkuh pinggang Chanyeol dan memeluknya dari belakang dengan menempelkan dagunya dibahu Chanyeol.
Chanyeol yang melihat kelakuan Chen cuma bisa senyum-senyum, dalam hati merasa beruntung banget bisa menaklukkan daun muda secakep Chen diusianya sekarang.
Sesampainya di ladang, di tengah tanaman jagung yang telah tumbuh setinggi bahu orang dewasa, ketika telah memastikan bahwa di tempat itu tak ada siapa-siapa lagi selain mereka berdua.
Purnomo langsung menarik pergelangan tangan Chen yang jalan di depannya, membawanya ke dalam dekapannya, lalu meraup bibir tipis itu dengan bibirnya. Dalam ciuman mereka, Chen tersenyum puas. Ini yang dia nanti-nantikan sejak lama. Dengan semangat, Chen membalas ciuman Chanyeol sambil mengalungkan kedua tangannya dileher laki-laki tua itu.
Chanyeol memasukkan lidahnya ke dalam mulut Chen, mengobrak-abrik isi mulut Chen. Kedua tangannya pun tak tinggal diam, kedua Chanyeol dengan aktif meremas-remas pantat Chen yang semok. Menusuk-nusuk kan jari-jarinya ke dalam anus Chen yang masih terbungkus celana.
Lama-kelamaan tangan Chen semakin nakal karena menelusup masuk ke dalam celana Chen dan meremasnya dari dalam, menutup lubang anal Chen yang mulai basah dengan kesepuluh jarinya yang kasar, memberikan sensasi geli pada Chen yang kini sedang berusaha membalas ciuman Chanyeol yang brutal dan membuatnya kewalahan.
Perut Chen diisi kupu-kupu, rasanya geli, nikmat, dan candu. Apalagi ketika sensasi dingin terkena angin kala Chanyeol melorotkan celananya hingga membuat bokong Chen yang mulus dan sintal terekspos.
Chanyeol melepaskan pagutan mulut mereka sambil masih mengelus-elus bokong Chen. Keduanya saling bertatapan penuh nafsu.
“Dek Chen, Mas udah sange banget nih. Langsung Mas tusuk aja, ya, lubangmu?”
Chen mengigit bibir bawahnya menahan nafsu. “Tusuk aja aku, Mas.”
****
Author notes.
7 Desember 2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro