Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

KKN dan Jatuh Cinta (1/3)

WARNING ⚠️🔞 Cerita fiksi ini memuat adegan tak senonoh seperti sex sesama jenis, rape, incest, violence, stockholm syndrome, bahasa kasar, dan adegan-adegan tak ramah dan menjijikkan lainnya. Mohon lebih bijak dalam memilih bacaan. Thanks!

****

Chen pergi KKN ke desa Sekar Mulia bareng lima belas mahasiswa lainnya selama dua bulan. Selama di desa tersebut, mereka akan tinggal di rumah sang lurah, nama lurahnya Pak Chanyeol. Orangnya kelihatan ramah dan baik, meski udah kepala 5 dan hampir setiap hari pergi ke ladang, tapi fisiknya masih kelihatan bugar banget bahkan punya otot lengan dan perut yang sampai bikin anak-anak cowok dirombongan Chen termasuk Chen-nya sendiri speechless.

Awalnya semua kelihatan biasa aja, sampai Chen mulai sadar kalau setiap Pak Chanyeol ngomong, dia selalu terpana sama cara ngomongnya dan gerak-geriknya. Rasanya kayak dulu pas Chen pertama kali naksir sama cowok.

Gak sampai di situ aja, setelah hampir seminggu tinggal satu atap sama Pak Chanyeol, Chen juga sadar kalau setiap Pak Chanyeol ngobrol cuma berduaan doang sama Chen, Chanyeol suka cari-cari kesempatan buat pegang-pegang dia. Entah cuma pegang pundak, tangan, atau bahkan paha. Pernah juga pas Chen lagi kencing di kamar mandi rumah mereka dan Chanyeol tiba-tiba datang ikutan kencing di samping Chen, Chanyeol ngelirik-lirik penis Chen sambil ngajak ngobrol ke arah dua satu plus.

Alih-alih risih, Chen malah kesenangan, soalnya ternyata yang menaruh hati di sini bukan cuma dia seorang. Jadi pas Chanyeol ngajak ngobrol dia sambil kencing terus tangannya mulai grepe-grepe penisnya, Chen diam saja sambil pura-pura gak tahu.

“Gimana tadi KKN-nya? Capek gak? Kalau capek, gini-gini saya bisa ngurut,” kata Chanyeol sambil mesam-mesem pada Chen. Tangannya sendiri masih dipenis Chen, awalnya dia urut pelan-pelan gitu, tapi lama-kelamaan jadi diremas.

Chen-nya yang udah sadar jelas-jelas lagi dirayu malah tersipu malu sambil jawab, “Saya gak pernah kerja kasar, sih, jadi badan lumayan pegal-pegal, Pak.”

Chanyeol makin mendekatkan badannya ke Chen. Sebelum itu, tangannya yang satu lagi sempet meraih gagang pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.

“Waduh, kalau gak cepet-cepet diurut, bisa bahaya itu. Masih muda harus ekstra jaga kesehatan.” Chanyeol memojokkan Chen di dinding kamar mandi. Sekarang wajah keduanya begitu dekat, belum lagi Chen yang ngerasain keenakan gara-gara penisnya diurut tangan Chanyeol yang kasar.

Pipi sampai daun telinga Chen memerah ketika Chanyeol mulai meraba-raba pantatnya.

“Jadi gimana, mau saya urut gak?”

Chen mengigit bibir bawahnya menimbang bimbing. Kalau dia terima, Chen sama aja udah bikin rumah tangga orang lain hancur, belum lagi Chanyeol udah punya dua anak, satu udah SMA satunya lagi masih SD. Tapi kalau dia tolak, mungkin aja Chen bakalan nyesel seumur hidup, apalagi dia cuma dua bulan di sini. Belum lagi sekarang Chen sendiri udah gak tahan pengen disentuh dan dimanja. Kalau dilihat-lihat, Chanyeol orangnya pinter main.

Lagi-lagi Chanyeol ngeremas belahan pantat Chen yang berisi dan kencang sampai Chen gak tahan buat gak ngedesah, terus ketika mulutnya Chen terbuka, tanpa izin Chanyeol langsung cium bibirnya sekilas tapi mantap banget. Chen sampai kaget sendiri.

Dia membekap mulutnya yang tadi dicium Chanyeol. Chanyeol senyum-senyum sendiri ngelihatin Chen dari dekat.

Entah kenapa jantung Chen rasanya deg-degan ketika berada di situasi terjepit seperti ini dengan Chanyeol.

“Pak Chanyeol, saya boleh minta dicium sekali lagi gak?” minta Chen.

Wajah Chanyeol langsung sumringah. “Jangan panggil pak dong, kalau lagi berduaan begini, panggil saja saya Mas Chanyeol.” Chanyeol lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Chen yang sudah haus belaian.

Chen semangat banget obok-obok isi mulutnya Chanyeol dan mengigit bibirnya kecil-kecil sampai dia kalungin tangannya di leher Chanyeol.

Belum lagi kumis dan jenggot tipis Chanyeol yang berwarna silver itu menggesek-gesek wajah Chen sampai bikin kegelian. Tapi justru itu yang bikin Chen ketagihan ciuman sama Chanyeol. Rasanya ada sesuatu yang aneh yang bikin nagih dan Chen ingin terus merasakan sensasi itu.

Setelah perang lidah selama beberapa menit lamanya sampai bibir pegal, Chanyeol mengakhiri cumbuannya. Chen mendongakkan kepalanya untuk memberi akses pada Chanyeol yang kini mulai menciumi leher Chen, menjilatinya dan menggigitnya kecil-kecil.

“Ahh Mas Chanyeol ahh ah.” Badan Chen panas, libidonya benar-benar naik.

“Dek Chen suka lehernya dijilatin Mas Chanyeol kayak gini?” Chanyeol memeluk pinggang Chen dari depan sementara Chen sendiri kini membusungkan dadanya keenakan.

Chen mengangguk, sementara pandangannya sudah semakin berkabut.

Ketika jilatan Chanyeol pada leher Chen berhenti, Chen lantas menarik dagu Chanyeol dan mencium bibirnya sekali lagi. Wajah mereka begitu dekat. Saat itu, baik Chen mau pun Chanyeol, keduanya saling jatuh cinta.

“Mas Chanyeol,” kata Chen lemah.

“Iya, kenapa Dek Chen? Mau minta dicium sama Mas lagi?”

Chen tersenyum simpul. “Bukan. Tapi itu loh, burungnya Mas Chanyeol dari tadi nempel di selangkanganku. Bikin aku geli.”

Ini yang jadi keresahan Chen dari tadi. Dia gak bisa melihat penis Chanyeol terang-terangan, tapi penis itu malah menempel pada kulitnya, yang kalau dia tebak, ukurannya juga pasti lumayan.

Chanyeol malah sengaja menggesek-gesek penisnya sambil senyam-senyum jenaka; menggoda daun muda di depannya.

“Massss, ahh.” Chen udah gak tahan. Dia bahkan meremas bahu Chanyeol untuk mengalihkan sensasi itu.

“Burungnya Dek Chen senang gak sama burungnya Mas Chanyeol?” Chanyeol memegang penisnya dan menempelkannya pada penis Chen.

Saat itu Chen melirik ke bawah, ternyata emang penisnya Chanyeol 2x lipat lebih besar dari miliknya, juga warnanya yang kehitaman dan ditumbuhi bulu-bulu hitam di sekitar buah zakarnya yang semakin menambah naik libido Chen untuk minta disodok.

Dengan pandangan berkabut, Chen berkata, “Mas Chanyeol mau gak burungnya Mas aku bikin seneng?” Chen nyerah, dia udah gak tahan pengen disodok. “Mas ahh, aku ah aku udah gak tahan pengen cepet-cepet kamu masukin ah.”

Penis Chanyeol semakin menegang tegak ketika Chen semakin menggodanya dengan kata-kata kotor dan desahan seksinya.

Dengan semangat tempur, Chanyeol ngomong, “Mau dong, Dek. Burungnya Mas mau banget dibikin seneng —”

Brak! Brak! Brak!

Tiba-tiba pintu toilet digedor dari luar.

“Siapa, ya, di dalam? Dari tadi gak keluar-keluar, aku kebelet, nih.”

Itu suara anak bungsunya Chanyeol.

Sambil menahan kesal, Chanyeol berteriak, “Ini bapak yang di dalam, kamu tunggu sebentar, ya.”

“Bapak ngapain aja, sih, di dalam? Lama banget.”

Chen memakai celananya kembali dengan benar. Diikuti Chanyeol. Chen membasuh wajahnya dengan air dingin agar wajahnya tak terlihat terlalu merah.

Ketika Chanyeol membuka pintu kamar mandi, Chiquita — anak bungsunya Chanyeol — melihat ayah dan kakak mahasiswa yang keluar dari dalam kamar mandi secara bersamaan dengan tatapan bingung.

“Lah, dari tadi Bapak sama-sama Kakak ini di dalam—”

“Udah, udah. Katanya kamu lagi kebelet, sana masuk,” omel Chanyeol.

Seketika Chiquita lupa dengan apa yang ingin dikatakannya tadi dan langsung masuk ke kamar mandi.

Chen membenarkan anak rambutnya yang berantakan. Terus pas Chanyeol tiba-tiba nyium bibir Chen, Chen kaget banget dong dan refleks ngedorong dada Chanyeol.

“Mas, jangan di sini,” bisiknya.

“Lagi gak ada siapa-siapa,” kata Chanyeol, mau nyosor lagi.

“Siapa bilang? Buktinya tadi tiba-tiba ada anakmu? Kalau istrimu sama temen-temenku tiba-tiba muncul dan pergoki kita, gimana?” Chen melirik ke sana ke mari dengan waspada.

“Terus yang tadi gak dilanjutin?” Jujur deh, Chanyeol sekarang tersiksa banget gara-gara penisnya yang udah on fire tiba-tiba dipaksa tidur, padahal tinggal sedikit lagi masuk.

“Burungku sendiri juga sakit karena gak jadi ketemu sama burungnya, Mas. Tapi gak sekarang dan di sini juga kali.” Lalu Chen pergi meninggalkan Chanyeol yang lagi merajuk.

***

Setidaknya dua Minggu setelah kejadian panas di kamar mandi itu, baik Chen sama Chanyeol masih sering diam-diam bermesraan kayak tiba-tiba nyenggol badan, tiba-tiba bercanda yang akrab banget, tiba-tiba jalan bareng, tapi cuma sampe di situ, kayak kebanyakan ABG lagi kasmaran. Soalnya kalau mau lebih pun juga susah karena di sekitar mereka selalu ada orang lain yang ganggu.

Sampai malam Minggu, biasanya setiap malam Minggu orang-orang di desa Sekar Mulia akan berkumpul di satu tempat yang namanya udah keluar di arisan Minggu sebelumnya, tujuannya untuk tahu pengajian Minggu berikutnya akan diadakan di rumah siapa.

Nah, Minggu ini pengajiannya ada di rumah Bu Lisa, kalau dari rumahnya Pak Chanyeol, jaraknya lumayan jauh karena rumahnya Bu Lisa itu ada di ujung desa.

Anak-anak KKN lainnya waktu itu ikut pergi ke pengajian juga, soalnya malam Minggu biasanya juga ikutan karena di ajak Bu Jennie kan, istrinya Pak Chanyeol, apalagi anak-anak diiming-imingi kalau suguhannya ada bakso, besek, dan macam-macam, sekalian bantu-bantu dan dapat pengalaman rewang di desa.

Chen sendiri biasanya semangat buat ikut, tapi Chanyeol udah nge-SMS dia duluan kalau dia bakalan nyelinap pergi dari mereka biar bisa berduaan sama Chen, apalagi tempat pengajiannya jauh terus acaranya dimulai dari jam tujuh sampai jam setengah sebelas malam. Jadi, malam itu Chen pura-pura lemes gara-gara sakit perut, jadi dia gak bisa pergi deh.

“Mau gue temenin gak?” kata Baekhyun.

Chen yang lagi rebahan di sofa menggeleng. “Gak usah, lo pergi aja bareng anak-anak, gue palingan juga cuma tidur, kok.”

“Gue ngerasa gak enak sama lo.”

“Apa sih, kek gue mau ditinggal ke Jakarta aja. Orang cuma sakit perut juga.”

Lalu Bu Jennie datang dengan minyak kayu putih ukuran jumbo dan diberikan pada Chen. “Nak Chen, olesi perutnya pakai minyak ini biar agak mendingan. Gak bau kok, baunya enak malahan.”

Chen menerima minyak kayu putih itu dengan enggan. “Makasih, Bu. Duh, maaf ya, jadi ngerepotin gini saya.”

Baekhyun melirik minyak kayu putih yang diberikan pada Chen. “Ini di rumah saya juga selalu stok, enak baunya terus anget.”

Chen jadi ngerasa gak enak sama mereka karena udah bohong. Tapi setelah sekitar setengah jam mereka semua pergi dan tiba-tiba Chanyeol masuk ke dalam rumah dengan wajah sumringah. Chen yang lagi bete sambil main HP seketika dibuat deg-degan, padahal sebelumnya dia lagi asyik baca AU gay di Twitter (ceritanya tentang Itoshi Rin yang dibikin enak sama Isagi Yoichi).

Rasa bersalah yang sebelumnya sempat dia rasakan pada anak-istri Chanyeol dan teman-temannya mendadak sirna, tergantikan dengan perasaan senang karena bisa berduaan dengan orang yang lagi dia sukai.

“Mas Chanyeol ♡”

Chanyeol udah kunci pintunya setelah masuk biar gak ada drama tiba-tiba digrebek warga pas lagi enak-enaknya ngegenjot Chen.

Ketika ngebayangin kalau mereka berdua bakalan mesra-mesraan, libido Chanyeol tiba-tiba naik sampai bulu kuduknya merinding. Kalau ngebayangin daun tua kayak dia bakalan ngegagahin daun muda seperti Chen, rasanya Chanyeol kayak udah menangin lotre.

Dengan langkah lebar-lebar, Chanyeol menghampiri Chen yang ada di sofa. Dia lalu duduk di samping Chen dan langsung mencium pemuda itu beringas. Kayak kucing yang udah gak makan sebulan. Bahkan Chen pun sampai kewalahan dengan nafsu birahi Chanyeol yang melebihi kaum muda ini.

Dengan cepat Chen beradaptasi, dia mengalungkan tangannya dileher Chanyeol dan menerima semua cumbuan Chanyeol dengan mata terpejam. Mengikuti ritme permainan lidah Chanyeol yang andal, lebih andal dari pacar-pacar Chen dulu.

Chen mendesah pasrah, dia benar-benar gak tahan buat gak ngedesah ketika Chanyeol sedang memperlakukannya dengan istimewa seperti ini, dan itu bikin Chanyeol makin semangat menjamah setiap jengkal tubuh segar Chen.

“Shh ah Mas Chanyeol jangan di sini ahh ah.”

Chen mendesah-desah dengan tubuh gemetaran ketika Chanyeol berusaha melebarkan kakinya, tapi Chen malah menutupi selangkangannya dengan dua tangan.

“Jangan di sini, Mas.” Chen masih sadar kalau mereka masih di depan TV di atas sofa. “Aku takut kalau ada yang ngintipin kita dari jendela ahh ah.”

Chanyeol mencium leher Chen yang putih mulus sampai basah oleh liurnya dan berbunyi clap clap clap.

“Kalau di kamarnya Mas gimana?” kata Chanyeol sambil menahan birahinya.

“Emang gak apa-apa kalau kita ngelakuinnya di kamar, Mas? Itu, kan, kamarmu sama istrimu?”

“Gak apa-apa lah.” Ciuman Chanyeol turun ke dada Chen, dia menarik kerah baju kemeja Chen agar turun dan melepaskan kancingnya satu per satu dengan mulut.

Chen mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, udah benar-benar gak tahan pengen meledak sambil disodomi Chanyeol.

“Ahh kalau gitu aku mau ahh!” Chen kaget banget pas Chanyeol langsung ngegendong dia tanpa basa-basi dan ngebawa dia masuk ke kamarnya.

*****

Author notes.

🙂🙂🙂

7 Desember 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro