Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Agi Eka [Membangun Branding]

Big Sun Writers Club
━────── •●• ──────━

Pemateri: Agi Eka
Tema: Percaya Diri Membangun Branding sebagai Pegiat Literasi
⸝⸝⸝

Saya bergiat di dunia literasi sejak tahun 2012. Tepatnya, sejak bergabung di UKM Kepenulisan Islami Al-Qolam UPI.

Saya yang awalnya hanya tahu bahwa literasi itu tentang buku dan membaca saja, kemudian diperkenalkan dengan industri kreatif penerbitan, bertemu dengan berbagai penulis, mengikuti berbagai pameran, menjadi narasumber berbagai diskusi kepenulisan, sampai pernah menjadi bagian dari tim IT pengembangan website Literasi yang dibawahi oleh Disdik Jawa Barat.

Sejak itu, pandangan saya tentang buku, menulis, dan penerbit itu langsung berubah. Terutama, ketika telah mengetahui seluk-beluknya dari luar dan dalam.

Menariknya, sih, dulu saya pernah belajar copywriting dengan me-repost berbagai informasi acara dan lomba kepenulisan di feed Instagram saya.

Sampai ada jadwal bahwa pagi itu quotes, siang itu postingan pribadi, dan malamnya info acara tertentu yang saya dapat dari sana-sini.

Alhasil, akun saya benar-benar masuk radar orang-orang yang pengin tahu seputar dunia literasi. Sampai ada yang bilang, "Kalau mau tahu update seputar acara perbukuan di Bandung, tanya aja ke Agi." 🤭😆

Barang kali, di sanalah awal mula saya dikenal oleh para pegiat literasi di Bandung juga sebagai salah satu "pusat informasi" acara literasi di kota kembang ini.

Namun, selain dikenal dengan banyak orang, apa lagi yang bisa saya dapat?

Well, salah satunya adalah peluang ke berbagai macam hal baru.
Saya pernah diundang menjadi peserta dalam berbagai seminar dan workshop sebagai perwakilan komunitas literasi.

Pernah mendapat tawaran kerja sama, sebagai penyelenggara acara literasi, pemateri, sampai dengan editor dan ghostwriter di bidang penerbitan.

Bahkan, di sekolah tempat bekerja sekarang, saya pun langsung ditunjuk sebagai editor soal UTS tatkala mengetahui betapa saya menyukai dan menggeluti bidang ini.

Pun hari ini, saya bisa diundang di sini pun barang kali karena teman-teman panitia telah mengetahui saya dari akun Instagram saya yang dikenal sebagai pegiat literasi.

Artinya, branding sebagai pegiat literasi memang membawa banyak peluang untuk diri kita pribadi. Baik secara langsung ataupun tak langsung.
Ada satu lagi pengalaman salah seorang siswa di SMA 1 Cianjur.

Saya pertama kali mengenalnya ketika ia menjadi peserta di salah satu webinar yang saya adakan.

Dari sana, saya mengetahui ternyata dia senang membaca, suka ikut berbagai kegiatan literasi, dan aktif di berbagai komunitas.

Hari ini? Dia bisa menerbitkan banyak buku, memenangkan berbagai lomba, mengikuti jambore literasi nasional, bertemu bupati, mengharumkan nama sekolah, daerah, dan tentu keluarganya juga.

Namanya @sellynuraprillia, kalau teman-teman mau tahu. Dan saya yakin, teman-teman bisa seperti beliau. Bahkan, lebih dari itu. :")

Kesimpulannya, sih, literasi adalah bidang yang paling global dan bisa mencakup ke berbagai hal.

Yang namanya aktivitas membaca dan menulis, di bidang apa pun pasti akan terpakai dan itu bisa menjadi "nilai plus" ketika teman-teman menjalani hidup dan bekerja nantinya.

Dengan mendalami literasi lebih dini, insya Allah akan menambah kepekaan dan empati kita terhadap sesuatu.

Dan dengan membangun branding sebagai pegiat literasi, insya Allah akan membawa kita menuju peluang dan gerbang-gerbang kesempatan baru. 😇

━────── •●• ──────━
SESI TANYA JAWAB.

Nama: Hanifah.
Pertanyaan: Masalah branding ini paling sulit menurutku. Gimana caranya melakukan branding yang baik agar meningkatkan engagement dengan orang-orang?

⸝⸝⸝ Halo, Teh Hanifah

Branding yang baik itu menurut saya adalah "konsisten".

Konsisten membuat konten
Konsisten membahas sesuatu
Konsisten dengan isu

Jadi, misalnya gini. Aku mau bangun branding sebagai "editor". Maka, hal yang aku lakuin:

1) Sesekali bisa story lagi kerja, ngedit naskah.
2) Bisa foto beberapa buku tentang editing.
3) Bikin konten tentang editorial naskah, bisa di IG, YouTube, podcast, dsb.
4) Ketika bukunya terbit, enggak lupa untuk bantu dipromoin juga.
5) Bikin kelas editorial.
6) Pas ada isu RUU CiLaKa kemarin, gimana dampaknya untuk editor? Aku bisa ngambil sudut pandang dari sana.

Dan seterusnya.

Secara teknis, biar engagement-nya naik, kita bisa saling follow dengan para pegiat literasi lainnya. Main hastag tertentu, kayak #literasi #editor #pembaca #reader #penulis #writer dan semacamnya

Lalu, ketika mengangkat isu tertentu, kita juga bisa tag beberapa teman dan ajak mereka diskusi di kolom komentar. Jangan lupa, kita juga sering-sering mampir ke akun orang lain dan ikut komentar di sana supaya mereka juga komen balik ke akun kita.

Prinsipnya sama kayak "Jangan minta follback ke seseorang kalau kita pun gak follow ke mereka."

Selama kita aktif berinteraksi dengan mereka dan mereka menganggap akun kita worthed untuk di-follow, pasti mereka juga bakal meramaikan akun kita dan meningkatkan engagement.

Dulu aku juga pernah ngobrolin ini di podcast. Nanti bisa dengerin di sini.

https://open.spotify.com/episode/6FLBv7Y6NSZuAxvFDsUNKj

Intinya, sih, "Memantaskan diri". Bikin "nikah lebih" dan "nilai beda" yang buat akun kita worthed dan menyenangkan untuk diikuti. Kalau kata pepatah, "Sharing is Caring."

Nanti kayaknya aku buat pembahasan khusus di podcast soal ini, ya. Karena masalah branding emang rada panjang buat dibahas dalam diskusi singkat selama satu jam ✌️😂

Saran aku, coba baca buku "Lo Ngerti Siapa Gue" karya Sophia Mega. Di sana juga ada pembahasan tentang branding step by step.

Coba DM IG @sophiamega. Semoga stoknya masih ada, soalnya penerbitnya udah mau gulung tikar sekarang.

Nama: Ari
Pertanyaan: Saya kadang kurang konsisten kalau masalah branding. Salah satu penyebabnya karena bingung apa yang harus kusampaikan di sosmed (maksudnya kehabisan konten).

Bagaimana cara Kakak untuk konsisten branding?

⸝⸝⸝ Hai, Kak Ari :)

Pertama, jawab dulu pertanyaan: "Kita ingin dikenal sebagai apa?"

Ada teori dalam Stand Up Comedy tentang persona. Simpelnya, kalau bisa mendeskripsikan dirimu dalam tiga kata, kira-kira apa?

Misalnya, penulis novel romance yang bikin pembaca baperan.

Oke, dari sana berarti kita punya tiga kata kunci.

1) Penulis novel
2) Romance
3) Bikin baper

Ketika di-breakdown ke bentuk konten, kita bisa eksplorasi seputar tiga hal itu.

1) Penulis novel.
- Lagi ngerjain proyek apa sekarang?
- Gimana bagi waktu antara menulis dan aktivitas lainnya?
- Share quotes tentang novel yang lagi ditulis.
Dsb.

2) Romance
- Bisa spill dikit adegan-adegan romance.
- Bisa bahas topik tertentu tentang cinta.
- Interaksi dengan follower. Misalnya bikin status, "Menurut kamu cinta itu apa, sih?" Dst.

3) Bikin baper
- Bisa pake kutipan2 dialog novelmu (atau buku yang lagi dibaca).
- Sharing kegiatan yang lagi dilakuin sekarang, selipin nuansa kebaperan.

Misalnya, lagi makan bakso. Terus ngobrol seputar gimana rasa baksonya, terus ada cap halalnya, dsb.

Di akhir bilang, "Bakso aja udah halal. Kamu kapan, ya?"

Jadi, ide untuk konten itu banyak, kok. Coba eksplorasi dulu "Brand DNA" dirimu dan nanti breakdown beberapa strategi branding-nya dari sana, ya. :)

Nama: Reona
Selamat malam Kak Agi, semoga sehat selalu. Salam kenal, aku Reona ingin bertanya.

Pertanyaan: Sebagai penggiat literasi, pernah gak Kak Agi dibicarakan buruk oleh orang lain atau mendengar omongan buruk tentang orang lain? Kalau pernah, gimana tanggapan Kak Agi? Lalu, bagaimana jatuh bangun Kak Agi dalam membangun branding?

⸝⸝⸝ Malam juga, Teh Reona. Mungkin ada aja, ya, omongan begitu mah. Cuma kadang kita gak denger atau mungkin gak sampe ke kita informasinya.

Tapi kalau tentang orang lain, da yang namanya gibah mah selalu ada, ya. Yang terakhir rame di bookstagram paling seputar pembaca dan penerbit yang bookshamming terhadap penimbun buku.

Tanggapan aku sendiri kalau di posisi sebagai yang diomongin, yah bergantung omongannya, ya.

Kalau misal mereka ngejelekin aku, tapi aku gak ngerasa kayak gitu, artinya mending fokus berkarya dan konsisten ngelanjutin kreasiku aja.

Tapi kalau misal yang mereka katakan benar, seandainya bisa ngobrol langsung paling aku ngomong minta maaf dan semoga ke depannya bisa jadi lebih baik lagi juga, gitu.

Sering introspeksi aja intinya mah. Karena gak ada manusia yang sempurna, yang penting kita berusaha meminimalisir kekhilafan kita supaya gak tergelincir dan jatuhnya jadi menyakitkan gitu.

Orang bisa membangun branding bertahun-tahun, tapi habis dalam sekejap hanya karena 1-2 kejadian. Itu juga yang terjadi kepada bookstagrammer asal Batam yang kemarin ngelakuin penipuan sampe puluhan juta, kan.

Pengalaman aku sendiri dalam membangun branding kayaknya pernah diceritain di sini, deh.

https://open.spotify.com/episode/084QvdPshBuxyg6X4qRLWm

Suka dukanya mungkin lebih ke mencari "jati diri", sih. Yang awalnya pengin jadi cerpenis, tapi yang dibaca novel, yang ditulis dulu itu puisi terus, lalu terkenalnya berkat resensi (sebagai bookstagrammer dan booktuber), aktivitasnya sebagai pegiat literasi dan aktif di berbagai komunitas, tapi pekerjaannya sekarang malah editor dan ghostwriter.

Intinya, menemukan renjana di dunia literasi juga butuh proses. Nikmati aja proses itu sampai kita menemukan tempat yang nyaman dan branding yang tepat untuk diri kita, ya. :)

Nama: Riski
Pertanyaan: Setiap konten itu kan punya trafik-nya ya Kak Agi, dari situ kita tahu postingan mana yang banyak mendatangkan orang ke akun kita.☺

Nah seperti kata Kak Agi bahwa literasi itu luas, pembagian informasi apa sih Kak yang di tunggu-tunggu selama ini oleh orang yang mengikuti Kak Agi?

Tips nulis, info tulisan Kakak, jadwal kegiatan literasi, bookstagram, dll?

⸝⸝⸝ Betul banget, Riski. Tiap konten punya banyak interaksi dan ketertarikannya masing-masing.

Buatku pribadi, konten yang paling rame ini kalau udah ngobrolin jodoh, curhat, bikin baper follower, atau membahas isu tertentu.

Tiap orang bisa beda-beda, ya, kasusnya segimana follower mereka. Apalagi kalau cewek tuh. Kadang cuma foto selfie dengan tulisan "huft" aja bisa rame like dan komennya yang nanyain "Kenapaa?" Atau "Sini curhat sama akuuu". 🙈

Di sisi itu, kadang kau suka minder sendiri. Mikirin caption panjang-panjang, tapi yang like cuma 20. ._.

Tapi gapapa, namanya juga berproses. Dan caption sebetulnya jadi salah satu "daya jual" akunku sebagai penulis yang belajar copywriting. Hehe

Jadi, nikmati aja prosesnya, ya, dan temukan "pasarmu" sendiri 😇

Nama: Inez
Selamat Malam Kak Agi, saya Inez.

Pertanyaan: Saya mau bertanya, bagaimana cara Kak Agi untuk terus menjaga standar personal branding literasi Kakak di tengah-tengah selera pasar yang berubah-berubah?

⸝⸝⸝ Hai, Inez. Seperti yang disinggung sebelumnya, dari awal aku punya standar bahwa tulisanku harus kayak gimana dan orang harus dapat apa ketika membaca tulisanku.

Salah satu pendekatan yang aku pake dalam hal copywriting, yakni aku memandang segala sesuatu dari sudut pandang pegiat literasi, khususnya penulis dan editor.

Ketika me-review buku, kira-kira buku ini cocok untuk tipe penulis yang seperti apa?

Saat ada isu tertentu, apa dampaknya ke penulis dan editor?

Dan kalau aku bikin konten YouTube pun, salah satunya pasti aku melihat sisi redaksional, potensi naskah, bahkan sampai informasi lain kayak trivia yang membuat orang lain tahu sesuatu.

Salah satu contohnya mungkin dalam video ini yang memenangkan juara 1 Lomba Resensi Novel Tere Liye yang membawaku terbang ke negeri sakura 🌸

https://youtu.be/3FY389dpGUg

Balik lagi ke teori persona tadi, ya. Dan semuanya bisa dirangkum dalam bio dan feed Instagram kalian.

Kurang lebih begitu, ya 🙇‍♂️

┉┅━━━━━━━━━━┅┉

Hmm ... penutup dari aku, mungkin harus kita pahami bahwa branding dan selling adalah dua kegiatan yang berbeda.

Enggak semua kegiatan branding harus berujung selling. Maka dari itu, konsepnya memang lebih luas dari sekadar jualan.

Branding adalah "persona" kita. Warna kita dalam menjalani hidup ini. Identitas kita yang membedakan dengan orang lain.

Ada banyak mie yang dijual, tapi orang bisa membedakan apa bedanya indomie, mie sedap, sarimi, sampai supermie.

Makanya, kalau kata Pandji Pragiwaksono, "Sedikit lebih beda itu lebih baik daripada sedikit lebih baik."

Cari "Brand DNA"-mu apa. Cari jawaban dari pertanyaan, "Kalau kamu meninggal nanti, kamu ingin dikenal sebagai siapa?"

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis maka ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)

Mungkin kita enggak bisa merasakan langsung dampak dari branding kita sebagai pegiat literasi hari ini. Namun percayalah, esok lusa ketika kita bertemu kembali, teman-teman akan merasakan sendiri betapa berharganya kemampuan menulis yang kita miliki bisa membawa kita ke berbagai penjuru negeri ini.

Hatur nuhun dan semoga bermanfaat, ya. Kalau ada yang ingin bersilaturahmi, bisa follow Instagram "Agi Eka" dan subscribe kanal YouTube "Agi Eka".

Boleh request konten tertentu untuk aku buat juga jadi serial / konten di media sosialku. Semoga sharing malam ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

🌻🌻🌻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro