Hidup suram Kalana
Kalana Nayanika, tidak tahu bagaimana rasanya mempunyai hidup yang tenang. Hari-harinya penuh dengan keributan antara nenek dan pamannya. Suara seruan sahut menyahut seperti makanan sehari-hari Kala saat berada di rumah.
Sedari umur delapan tahun ketika kedua orangtuanya pergi entah kemana hidup Kala mulai tidak berwarna. Di tambah sang paman yang selalu menyalahkan dirinya sebab menjadi beban yang di tinggalkan. Dan nenek yang seakan tidak ikhlas mengurusnya.
Lama kelamaan Kala merasa kehilangan jati dirinya sendiri. Rendah diri dan insecure jika berhadapan dengan orang lain. Kala merasa hidupnya tidak penting, karena kedua orang tuanya pergi membuangnya. Kala mulai kehilangan tujuan hidup.
Melihat pamannya yang terus berteriak kesal sehabis pulang bekerja adalah hal yang Kalana benci. "Nambah-nambah pengeluaran aja Lo! Pergi cari Mak Bapak Lo sana! Jadi beban banget!"
Sang paman terus berseru pada Kala yang kala itu tengah menyetrika seragam kerja milik pamannya. Di samping dirinya terdapat sang nenek yang tengah menggonta-ganti Chanel televisi menggunakan remote.
"Berisik kau Ilyas! Nih bocah udah di buang sama Abang kau yang brngsk itu! Ngga puas nyusain hidup emak emang dia!" perkataan dari neneknya pun menambah rasa sakit yang Kala rasakan.
Ucapan menyakiti batin itu terus menerus Kala dengar dari kecil hingga beranjak dewasa kini. Tanpa Kala balas dan mengeluh balik atas perkataan mereka. Dia sudah terlampau lelah dan pasrah dengan takdir yang dimiliki. Tidak mau banyak menuntut, sudah di tampung hingga tumbuh dewasa saja Kala bersyukur.
Walau bayarannya, metalnya di hancurkan beribu kali oleh perkataan pedas kedua orang yang lebih tua darinya. "Nek, Kala mau pergi dulu!"
"Jangan lama-lama perginya! Banyak kerjaan di rumah!"
Kala mengangguk singkat, kemudian memakai sendal tipisnya yang sudah di ikat beberapa kali agar tidak putus. Pergi berjalan menelusuri jalan perumahan dan memutuskan untuk ke minimarket.
Tidak tau apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Hal tersebut sudah berulang kali di pertimbangkan olehnya. Apakah akan memilih jalan terakhir yang menyakitkan ini. Atau bertahan walau sama-sama terasa menyakitkan pula.
Selepas dari minimarket, Kala berjalan perlahan tanpa arah di pinggiran jalan. Dengan menenteng sebuah minuman mineral yang tampak berbeda warnanya dengan biasannya. Tatapannya kosong bak tanpa kehidupan di dalamnya.
Langkahnya di bawa lunglai mengikuti arah jalan yang di tuju bagai tidak ada tujuan pasti. Keputusan yang akan dirinya ambil adalah pilihan terakhirnya kali ini. Hal itu sudah Kala pikirkan dengan mata dan pasti. Kali ini, Kala akan mengakhiri hidup suramnya yang menyakitkan.
Ketika langkahnya dia bawa menuju taman malam itu, Kala duduk sendiri di pojok gelap dengan satu botol air mineral yang berwarna. Sambil terus memandangi botol tersebut dengan pandangan yang mendalam.
Dengan gerakan perlahan Kala membuka tutup botol, dan mengarahkannya pada mulutnya bersiap meminum air mineral yang berwarna dan berbau menyengat tersebut. Detik itu terasa lambat, bahkan sampai tidak terasa waktu berjalan ketika dirimu sedang menyapa kematian mu sendiri.
Namun, tangan seseorang menyambar botol tersebut dengan gerakan brutal. Hingga detik itu juga, isi dari botol tersebut sudah di minum oleh seseorang yang bahkan Kala tak kenali. Terkejut dengan aksi tiba-tiba itu, Kala segera mengambil balik botol miliknya.
Seseorang yang baru saja minum pada botolnya terkejut dengan aksi Kala barusan, namun lebih terkejut lagi saat tenggorokannya terasa seperti tersengat aliran listrik. Kala menepuk keras tengkuk orang asing yang merupakan pemuda seumurannya.
"Hei, Lo ngga papa?"
Pemuda itu membalas sambil memegang erat lehernya yang terasa panas. "Itu air apa bjir?!"
Setelah itu, sang pemuda langsung tergeletak pingsan tepat di samping Kala yang kebingungan.
***
Ini adalah seri pertama untuk cerita BND :)
Diawali dengan si ketua Myung Jaehyun. Semoga kalian enjoy yaaaa.
Kalo rame aku bakal lanjut, karena ini short story kyanya cuma sampai sepuluh chapter dengan perchapter nya 500an kata.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro