☘Menabur Benih☘
Setelah berdoa berpuluh sampai ratusan purnama, akhirnya Nora bisa membalut badannya dengan gaun pengantin putih tulang dengan semburat biru muda dan mengucapkan janji sehidup semati bersama Adrien. Putusnya pertunangannya dengan Adrien, sempat membuat wanita itu berpikir ia akan berakhir dengan cinta pertamanya.
Namun, mata hatinya melihat sesuatu yang lain hingga suara batinnya mengatakan bukan Hosea yang akan menjadi suaminya. Nalar Nora memang berontak karena ia tak menemukan cacat dari sosok Hosea. Tapi, hatinya merasa hampa tanpa ada Adrien di sisinya.
Sakramen pernikahan diakhiri lagu dari paduan suara yang diiringi orkestra yang megah. Dengan senyum yang mengembang di wajah, tangan Adrien menggandeng Nora di sepanjang lorong tengah gereja. Hingga di depan gereja, pihak Wedding Organizer memberitahukan bahwa akan ada pelemparan buket bunga yang akan diperebutkan oleh para gadis jomlo.
Tentu saja Amara dan Bora bersemangat dan sudah menempatkan diri bersama para gadis lain. Sementara itu, Nora berbalik dan bersiap untuk melempar buket.
"Siap yak?!" Nora menyempatkan sebentar berbalik untuk melihat gerombol gadis yang saling sikut agar mendapat buket mawar dari Lyla's Flower.
"Ayo, Kak!" Seruan Amara yang tak sabar menyeruak.
Nora terkekeh, kemudian memposisikan diri menghadap gereja. Ia lalu menghitung dan saat hitungan ketiga, wanita itu melempar buket itu kuat-kuat.
Karangan bunga itu melayang di udara. Amara dan Bora meloncat bersamaan. Dua gadis itu seolah terbang di udara. Tangan mereka ke atas berusaha menjangkau buket itu. Tapi sayangnya, ujung jari tengah Amara hanya menyentuh kelopak mawar putih hingga kelopak itu gugur, dan mendarat di kepala Bora.
Begitu mendarat di lantai halaman gereja, semua kepala mendongak dan mengikuti buket yang melayang. Tapi, Amara dan Bora tidak menyerah. Dua gadis itu berlari mengejar buket yang mulai melengkung ke bawah karena tertarik gravitasi.
Suara riuh sorak sorai menyemangati keduanya justru menyulut semangat dua gadis itu. Namun, hanya berjarak dua langkah buket itu justru mendarat di dekat seorang lelaki dan reflek ditangkap olehnya.
Amara dan Bora berhenti serentak. Peluh yang bercucuran tak mampu menghapus riasan anti air kedua gadis itu. Mata mereka mengerjap saat mendapati buket itu mendarat di tangan Hosea.
"Ini." Hosea mengulurkan buket itu kepada kedua gadis.
Keduanya memicing tajam. Apa artinya buket bunga pengantin wanita kalau sudah mendarat?
"Nggak usah! Makan tuh buket!" jawab Amara sengit yang ditanggapi dengan gerakan bahu Hosea.
Sementara itu, Hosea menatap buket bunga mawar dengan tag Lyla's Flower. Seketika hatinya nyeri. Bunga itu dirangkai oleh Lyla dan dipegang oleh Nora saat pernikahannya.
Sungguh tidak beruntungnya nasib percintaan Hosea. Lelaki itu hanya bisa mendengkus untuk menghilangkan ngilu di batinnya.
"Hosea, Papi seneng kamu dapat buket itu!" Jericho di sebelahnya menepuk punggung sang putra. "Tandanya kamu bakal nyusul Adrien."
Debas Hosea terdengar kasar karena gusar. "Ya, yang ada lempar buket itu berlaku buat cewek-cewek itu, Pi!"
"Ya, kali aja. Ngarep boleh 'kan?" Jericho terkekeh. "Eh, Hose. Dua cewek tadi mana yang kamu pilih?"
Hosea menoleh dengan kernyitan alis. Papinya kini sudah memberikan sikutan dengan alis naik turun untuk menggoda putranya.
***
Setelah resepsi yang diadakan secara 'sederhana' dengan konsep garden party, akhirnya Nora lebih dulu masuk ke dalam kamar. Kamar itu berbentuk seperti rumah hobbit dimana di atapnya ditumbuhi rumput yang telah dibuat oleh perusahaan ayah Hosea—Smart Construction.
Begitu memasuki kamar yang sangat imut, Nora tak berhenti terpukau dengan desain yang diciptakan Hosea. Siapa sangka, Nora akan menikah di resort yang dirancang oleh cinta pertama yang menolaknya itu.
Sambil pikirannya mengenang masa lalu, Nora mempercepat gerakan tangannya untuk melepas tatanan rambutnya yang minim hairspray. Nora sengaja memanjangkan rambutnya dari beberapa bulan lalu agar bisa dibuat sanggul sederhana dari helaian rambutnya saat menikah.
Nora melepas hiasan bunga di low bun–nya lalu mengurai jepitan yang cukup banyak karena memang wanita itu tidak ingin disemprot hairspray hingga kaku. Begitu rambutnya terurai ia menyisirnya cepat dan bergegas melepas gaunnya untuk mandi.
Air yang mengguyur badan polos Nora mampu menyegarkan badan yang lelah. Malam ini adalah malam pengantinnya dengan Adrien. Walau sudah pernah melakukannya, entah kenapa jantungnya berdetak dengan kencang. Sungguh, hanya membayangkan pengalamannya yang terdahulu saja, badan wanita sudah terasa panas.
Nora memang sengaja masuk ke kamar lebih cepat karena ia ingin segera mandi untuk mempersiapkan malam pertama mereka sebagai suami istri. Ia ingin menghadiahi Adrien yang sudah sangat menahan diri untuk tidak menjamahnya.
Setelah membasuh badan dan rambut, Nora menyudahi kegiatan mandinya. Ia sempatkan lebih dahulu mengeringkan mahkotanya dan berkumur dengan mouthwash rekomendasi Lana setelah menyikat gigi. Bahkan wanita itu menyempatkan melakukan flossing agar sisa makanan tak menempel di gigi.
Nora mendesah saat menatap bayangan dirinya sesudah mengenakan lingerie hitam hadiah dari Amara. Warna transparan itu tidak bisa menyembunyikan perutnya yang berisi dan berlapis lemak. Nora berpikir, alih-alih seksi, tubuhnya seperti bola yang diselimuti kain brokat. Dirinya merasa seperti langit dan bumi dengan Adrien. Sementara sang suami berperut six packs, perut wanita itu bagaikan membawa tas pinggang yang penuh sesak.
Ketukan pintu kamar mandi menggema, diikuti suara Adrien. "Cherrie, kamu lama banget di kamar mandi."
Nora menggigit sudut bibirnya. Dia malu mau keluar dengan pakaian minim itu. Wanita itu khawatir Adrien akan kecewa saat melihat lemak-lemak yang setia tertimbun di bawah kulitnya.
"Ma Cherrie, buka! Kamu baik-baik aja kan di dalam?" Suara Adrien terdengar cemas. Gedoran pintu semakin kencang terdengar.
Nora memutar kunci dan menekan handel pintu. Ketika bunyi klik terdengar, Adrien mendorong daun pintu itu. Seketika dia mengerjap menatap istrinya. Tenggorokannya terasa tercekat saat netranya dimanjakan oleh tubuh Nora yang selalu membuatnya gemas.
"Ke … kenapa lihatnya gitu?" Nora memutar badan dengan wajah yang memerah.
Adrien menggigit bibir. Hawa hangat di kamar mandi bekas guyuran pancuran air hangat, membuat darahnya mulai mendidih. Apalagi rona di pipi Nora itu seperti tomat ceri yang ingin ia gigit.
"Jelek ya?" Wanita itu mulai tidak percaya diri.
"Nggak! Kamu menggemaskan banget! Berasa lihat kasur king size empuk," gurau Adrien.
"Darling, aku segitu gedenya?" Nora mencebik.
Adrien mendekat, tetapi langkah Nora justru mundur. Ia merasa telah mengecewakan suaminya. Seharusnya waktu persiapan enam bulan ini ia gunakan untuk olahraga sehingga setidaknya badannya lebih berbentuk dan tidak diselimuti lemak sebesar kasur ukuran king. Betul kata Siska, penyesalan selalu ada di akhir, kalau di depan yang ada pendaftaran.
"Cherrie …."
Nora semakin memutar badan karena malu bila membandingkan dengan tubuh Adrien yang berotot liat.
Sementara itu, melihat Nora yang membalut tubuh dengan lingerie hitam itu, darah mendidih Adrien mengalir mengikuti arahan gravitasi hingga membangunkan bagian tubuh yang terlelap. Karena tidak sabar, lelaki itu menarik tubuh berisi istrinya hingga berbalik menghadapnya dan mengangkat wanita itu seperti menggendong karung beras 25 kg di bahu.
Nora terpekik dan memukul punggung Adrien. Kakinya bergerak naik turun saat lelaki itu membuatnya melayang.
"Diem napa, Cherrie! Umak kalau berisik ntar aku dikira BDSM." Adrien memukul pantat sintal Nora saking gemasnya.
Sesampainya di tepi ranjang, Adrien menjatuhkan badan Nora ke ranjang hingga raga sang istri terpental naik turun. Ia meringis sambil memijat bahu kanan yang digunakan untuk menggendong tubuh sang istri.
"Cherrie, kamu berat banget! Makan apa aja?" goda Adrien yang membuat bibir Nora maju lima centi.
"Sana, cari yang seksi! Emang badanku kaya kasur kingsize." Mata Nora memerah karena kesal sekaligus menyesal.
Tawa Adrien menggelegar. Mulut Nora yang mencap mencep itu seperti magnet yang menggerakkan badannya merangkak di atas ranjang.
Nora beringsut mundur karena moodnya sudah terjun bebas. Namun, Adrien tak membiarkan. Ia menarik tangan kanan wanita itu hingga akhirnya tubuh itu terkungkung di bawahnya.
Adrien menyentil dahi sang istri, karena ketidakpercayaan diri Nora. Wanita itu meringis dan menggosok dahinya. "Selalu insecure! Habis itu mewek! Kamu harus jadi perempuan strong, Cherrie!!"
Adrien lalu menyibak poni Nora hingga wajah agak bulat itu terpampang di depannya. "Dengar, Cherrie, aku tadi terpesona sama tubuhmu yang berlemak. Tubuhmu enyak dipeluk. Empuk dan anget persis brioche menul-menul (montok dan berisi) keluar dari oven. Rasanya aku pengin nguyel-nguyel kamu dan guling-guling di ranjang buat bikin adonan Nolen junior."
Nora memalingkan wajahnya dari Adrien. Pipinya memerah karena rayuan receh sang suami. Sementara itu Adrien kini menarik dagu Nora hingga wajah itu bisa ia pindai.
"Cantik! Sejak kecil selalu cantik," puji Adrien dengan pandangan mendamba. Ia meletakkan ujung telunjuknya di ujung dahi di garis median tubuh sang istri dan menariknya mengikuti lekukan profil Nora. "Kulitnya putih nggak ditumbuhi jerawat. Hidungnya mancung dan yang bikin gemes, bibirnya mungil."
Lelaki itu mendaratkan bibir di kening Nora, yang menjadi tanda bahwa ia akan mendidihkan darah Nora dahulu hingga pada akhirnya wanita itu siap menerimanya.
Embusan AC yang menyala di suhu terendah itu tak mampu mendinginkan suasana panas kedua insan yang telah dibakar oleh rasa cinta dan naluri purba. Mereka saling memagut, melilit, layaknya ular yang memberikan bisa. Bisa yang mampu membuat Nora melantunkan desah kenikmatan yang merdu hingga lenguhan panjang tatkala di tubuhnya terjadi ledakan hormon cinta yang membuatnya melayang, tenang, dan bahagia.
Nora kini hanya berpasrah dengan degupan jantung yang keras tanpa khawatir berbuat dosa. Dia menerima semua perlakuan Adrien yang memanjakan tubuhnya itu sebagai bentuk baktinya pada suami. Namun, alih-alih melayani, Nora justru lebih dipuaskan.
Nora memandang sayu suaminya setelah terlontar berkali-kali ke surga dunia seiring dengan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Nora akhirnya paham, betapa lelaki itu mencintai setiap bagian tubuhnya dengan apa adanya dan memperlakukannya seperti gelas kristal yang sangat berharga.
Ah, kenapa Nora terlena? Kenapa ia berpaling ketika ia menggenggam berlian. Padahal sejak awal mula, mereka menghibur dalam kesesakan.
Ya, Nora tak menyesal mencintai lelaki yang kini telah mendaki bukit tertinggi hingga akhirnya gulungan ombak menyapu pantai inti tubuhnya.
Napas Nora terengah disambut dengan senyuman puas sang lelaki yang bisa memberikan kenikmatan halal pada istrinya sebagai bentuk rasa cinta yang membuncah dari setiap sudut hati Adrien.
Terima kasih, Tuhan. Indah sekali kenikmatan yang Kau berikan. Nora mengecup pelipis Adrien yang berpeluh saat lelaki itu juga menikmati pelepasan benihnya di lahan subur Nora.
Terima kasih, Tuhan. Semoga Kau pilihkan benih terbaik yang akan bersemai di rahim istriku.
💕Dee_ane💕
Gaes, extra part cukup satu yes. Ntar kalo jadi buku, selalu jadinya tebel😭 Makasih udah mampir baca, vote, n komen.
Muka lelah Adrien habis beribadah🤧
Kenikmatan halal lebih enyak! No free sex ya, gaes. Jangan ditiru tuh Adrien!
Cinta tak selalu harus memiliki. Bisa jadi aku terus terpendam di hati. 💔
Nantikan loncingnya cerita Hosea Meidiawan ya😍
Oh, ya ada cerita baru nih. Pastikan kalian baca pas on going yak.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro