Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

☘8. Kecemburuan Adrien☘

Nora mendengkus mendengar suara Adrien. "Ih, isi daya apaan sih?" Nora mengerucutkan bibir. Kesal dengan jawaban Adrien. "Modus banget. Mesum!"

Jari telunjuk Nora menekan tombol panah ke bawah dan menunggu lift yang masih berada di lantai 10 turun menjemputnya.

Adrien tertawa ngakak. "Ih, pikirannya. Biasanya kan kamu suka pisang bolen bikinanku buat nambah semangat. Katamu itu seperti charger di kala lapar dan nggak semangat."

Gelak renyah lelaki itu masih menguar yang membuat bibir Nora semakin maju. Pipinya sontak memerah karena justru memikirkan hal yang aneh.

"Ish, ish, pikirannya itu loh. Ternyata imajinasi kekasihku liar juga, " goda Adrien.

Pintu lift terbuka. Nora segera melangkahkan kaki memasuki lift kosong. "Darling! Ngeselin banget sih!" Suara Nora menggema. Ia segera menekan tombol UG begitu masuk dan detik berikutnya pintu bergeser menutup bilik itu.

"Iya, iya. Nanti sore aku ke sana, bawain pisang bolen kesukaanmu."

Nora menatap bayangan dirinya yang tersenyum simpul di pintu logam lift yang membawanya ke lantai bawah. Adrien memang paling paham dirinya. Di saat lelah setelah bekerja, pastry buatan Adrien yang akan menambah tenaga dan semangatnya.

Sayangnya, perhatian Adrien itu tidak diimbangi dengan kejelasan hubungan mereka. Nora merasa hubungan mereka tidak ada peningkatan.

"Ma Cherie, kenapa diam?" Suara Adrien terdengar cemas.

"Darling, apakah kamu masih belum siap kalau kita menikah?" tanya Nora lirih.

"Kamu tahu kan kenapa aku begini? Tunggu ... tunggu ya, Ra."

Nora menelan ludah kasar. Ia mengembuskan napas untuk mengusir gundah. Sepertinya Nora harus bersabar untuk melepas masa lajangnya walau mamanya sudah berkali-kali memberi kode keras.

***

Sebelum menemui Adrien, Nora memastikan tampilannya sudah sempurna. Tubuh berisinya kini sudah dibalut celana pendek selutut dan kaus yang sedikit longgar. Ia sudah mengeringkan rambut serta menyisirnya. Wajahnya dipoles dengan bedak tipis dan liptint.

Walau Nora sudah berusia kepala 3 tapi penampakannya seperti anak kuliah. Pipi yang chubby itu menonjolkan wajah awet muda sang dokter mata.

Nora segera keluar dari kamar untuk menemui Adrien yang terlihat sibuk membaca sesuatu di gawainya. Lelaki itu mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung sebatas siku dengan motif garis berwarna merah, dipadukan dengan jeans biru dongker dan sneaker putih. Tapi, menurut Nora, sesederhana apa pun tampilan Adrien, tetap saja terlihat "wah" karena ditunjang oleh body atletis dan wajah campuran Asia-Eropa.

Senyum terukir di wajah bulat Nora saat menyapa Adrien. Lelaki itu meletakkan gawainya di samping cangkir teh yang sudah disuguhkan lebih dulu.

"Mana pisang bolenku?" Seperti anak kecil tangan Nora menengadah meminta janji Adrien.

Mata Adrien menyipit. Alisnya mengernyit, mengambil tas plastik dan memeluk bungkusan seolah urung memberikan oleh-oleh buatannya pada Nora. "Kenapa yang ditanya pisang bolen? Bukan Adrien Bollen?"

Nora duduk di samping Adrien, lalu memberikan kecupan singkat di pipi.

Adrien terkesiap. Ia paling senang bila dicium pipinya oleh Nora. Saat lengah, Nora menarik tas yang di dalamnya berisi kotak pisang bolen.

"Dapat!!" Nora memberikan cengiran, senang bisa mengelabui Adrien.

Dengan mata berbinar, gadis itu mengeluarkan kotak dengan tulisan nama cafe patisserie yang dimiliki Adrien di kawasan Universitas Brawijaya.

D' Napoleon Cafe

Dengan segera Nora membuka kemasan dan detik berikutnya senyuman lebar menghiasi parasnya.

"Ini baru benar pengisi dayaku. Makasih, Darling!"

Nora memeluk Adrien yang membuat hati Adrien menghangat. Sejak awal, Nora selalu menjadi tukang cicip olahan roti dan kuenya. Batinnya selalu berbunga saat melihat Nora mengangguk puas merasakan roti perancisnya.

Nora mengambil satu potong roti pisang itu dan memasukkan ke mulut yang sudah terbuka lebar. Kini pipi gembul itu sudah menggelembung saat mengunyah pisang bolen buatan Adrien.

"Kenapa suka pisang bolen? Bukan "pisang"-nya Adrien Bollen?"

Pertanyaan Adrien itu disambut pelototan Nora. Sejak menjadi pacar Adrien, ia sudah terbiasanya menerjemahkan maksud kata-kata Adrien.

Nora menggulirkan pandang ke kanan dan ke kiri, takut bila ada orang lain yang mendengar percakapan absurd Adrien.

"Darling, please, kalau ngomong jangan ambigu."

"Haish, otakmu yang perlu disapu." Adrien mengulum senyum. Tangannya menjulur mengambil bongkahan roti dan merobek kulitnya. "Ini kan pisang? Kenapa harus pakai bungkus? Kan enak tanpa bungkus."

Adrien kini ikut melahap roti buatannya.

"Ah, kenapa otakku meraja lela. Aku merasa kamu protes karena aku selalu mengingatkan pakai kondom."

Adrien terkekeh.

"Boleh nggak pake bungkus, asal sudah dicap halal. Kek kardus ini."

"Maaf." Hanya itu jawaban Adrien.

"Sudahlah. Aku ngerti kok, Darling. Tapi, Papa Mama yang khawatir karena seolah kamu nggak sungguh-sungguh. Entar kalau aku disamber orang gimana?" kata Nora asal. Dia masih sibuk melahap pisang bolen yang diberi topping keju parut ekstra.

Telinga Adrien memanas saat mendengar celetukan Nora.

"Cherie! Kamu kok gitu sih?" Nada tinggi Adrien membuat Nora hampir tersedak.

"Ya elah, Darling. Aku bercanda." Nora menurunkan tangan yang menggenggam roti.

Wajah Adrien semakin kusut. Ia menggigit sudut bibir kiri sambil melirik Nora. Bisa-bisanya Nora bercanda hal seperti itu? Sungguh tidak lucu!

"Darling, jangan marah dong. Masak gitu aja marah?" Nora mengelus punggung Adrien dengan punggung tangan kirinya karena jarinya kotor terkena remahan roti.

"Aku nggak suka!"

Nora mengangguk. Ia mengerti Adrien paling anti bila ada cowok lain yang mendekatinya. Adrien pasti akan marah dan tak segan menghadapi lelaki yang terlihat menaruh minat pada Nora.

"Cherrie, ehm, kamu sudah buka WA grup angkatan SMA sore ini?" tanya Adrien mengganti topik bahasan.

Nora menggeleng dengan mulut yang masih sibuk mengunyah roti. "Emang ngomongin apa? Sejak pulang aku belum buka hp lagi."

"Lagi ada bahasan kecelakaan Hosea. Kamu bahkan ditag, nanyain apa anak itu dibawa ke rumah sakit Lovelette."

Gerakan mengunyah Nora terhenti. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Ia menelan sisa makanan yang setengah lumat dengan susah payah.

Harusnya Nora sudah mengantisipasi hal itu. Dunia SMA nya dan Adrien serta Hosea itu sama. Tentu saja berita kecelakaan Hosea akan didengar juga oleh Adrien cepat atau lambat.

"Kamu tahu?" tanya Adrien dengan satu alis terangkat.

Nora membasahi bibirnya dengan lidah sebelum menjawab. "Iya. Tahu."

Seketika Adrien menatap Nora dengan kerutan di pangkal hidungnya. "Kok nggak bilang?"

"Lah buat apa? Rahasia pasien harus dijaga kan?"

Adrien mendengkus. "Profesional sekali ya? Atau jangan-jangan kamu tadi ngomong gitu setelah ketemu lagi sama Hosea?"

"Darling, kita kok jadi ngomongin Hose sih?" Seketika nafsu Nora untuk memakan pisang bolen lenyap tak berbekas.

"Setidaknya kamu bisa cerita kan kalau Hose kecelakaan?" Adrien berusaha menekan suara tinggi yang tersulut api cemburu. "Tunggu ... rahasia pasien? Jangan-jangan Hosea pasien kamu?"

Nora melipat bibir, menyadari kesalahannya bicara. Melihat diamnya Nora, Adrien menuntut jawab.

"Nora Gantari, jawab!" sergah Adrien. Bila Adrien sudah memanggil nama lengkapnya, itu artinya ada sesuatu yang tak pas di hati pemuda itu.

Nora hanya bisa mengangguk.

"Kenapa nggak bilang? Kenapa aku harus tahu dari grup, bukan dari mulut kamu? Apa kamu menyembunyikan sesuatu, Cherrie?" tanya Adrien bertubi.

"Ya ampun, Darling. Nggak. Menyembunyikan apa? Aku cuma merawat kasus dia aja. Kamu tahu kan Om Jeri yang bangun klinik Papa? Dia itu ternyata papinya Hosea." Nora bicara ngalor ngidul berusaha menjelaskan.

"Nggak ada hubungannya. Kamu tahu aku selalu cerita apapun tentang apa yang aku alami dan rasakan. Dari dulu sampai sekarang cuma satu yang aku minta. Jujur!" Adrien bangkit lalu berjalan meninggalkan Nora yang masih duduk dengan wajah melongo.

Adrien ke.ruang tengah untuk berpamitan dengan orang tua Nora. Setelah berpamitan, Adrien berlalu begitu saja dari Nora. Kalau sudah begini, pasti gadis itu yang akan merayu dan membujuk Adrien.

Ya, mungkin harusnya Nora cerita saja seperti biasa. Kenapa seolah ada yang Nora sembunyikan?

Nora hanya menyemburkan udara ke atas hingga poninya berkibar. Matanya masih memperhatikan mobil Adrien yang menjauh dan akhirnya menghilang setelah berbelok di ujung gang.

"Darling, kalau kamu seprotective itu kenapa nggak pengin ikatan kita diberkati Tuhan? Kenapa aku jadi yang kerasa berselingkuh sekarang? Aku tuh udah punya kamu. Kesucianku udah kamu ambil. Nggak ada lagi namanya pindah ke lain hati," gumam Nora dengan nanar menatap gang yang remang-remang.

Nora hanya bisa mengembuskan napas panjang. Kenapa ia harus bertemu Hosea di saat ia merasa hubungannya tidak ada peningkatan?

💕Dee_ane💕

Hari kemenangan tlah tiba. Dee mengucapkan selamat idul fitri, minal aidzin wal faidin, mohon maaf lahir dan batin bila dalam berinteraksi dan menyuguhkan karya masih banyak kekurangannya.
Sehat-sehat ya Deers😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro