☘37. Smart is Sexy☘
"Maksudnya kamu mau nerima aku jadi pacarmu, Nora?" tanya Hosea dengan mata membulat lebar.
Nora tersenyum sambil memberikan anggukan. Seketika wajah Hosea menjadi semringah, secerah lampu pantri yang baru saja diganti.
Lelaki itu lalu bangkit dan mencuci tangannya, kemudian mengampiri Nora yang sedang membuang sampah. Hosea memeluk wanita itu dari belakang, dan menyurukkan kepalanya di bahu Nora.
"Makasih, Ra. Kesalahan kita di masa lalu biarlah menjadi pelajaran berharga. Ke depannya, aku akan selalu menjagamu." Bisikan pelan itu seolah mencairkan hati Nora yang selama ini membatu karena takut menerima uluran tangan Hosea. Namun, Nora tidak menjawab sepatah kata pun. Ia diam, menikmati rengkuhan Hosea dari balik punggungnya.
***
Sejak Adrien meninggalkan Nora di kafe Bon Apatite, laki-laki itu seolah menghilang. Bahkan saat melalui d'Napoleon, kafe pastry itu telah berganti nama. Menurut karyawan lama yang masih bekerja di situ, kafe itu dijual oleh Adrien.
"Adrien menjual kafenya?" tanya Hosea saat Nora menceritakan bahwa ia mampir ke kafe itu saat lewat dan mendapati kafe berganti nama. Mereka kini duduk berdua di pantri klinik usai pelayanan malam itu.
"Iya. Menu yang dijual pun sekarang makanan Korea. Macem Kimchi Jjigae, Bibimbap, Kimbap. Nggak ada lagi makanan khas Perancis." Nora berkisah dengan nada cemas yang tidak bisa ia sembunyikan.
Hosea mendesah panjang. Ada rasa cemburu menyusup batin. Mungkin seperti ini perasaan Adrien dulu hingga yang muncul ke permukaan adalah kemarahan.
"Nora, bisa nggak, nggak bahas Adrien?" Hosea memberikan cengiran kepada Nora.
Nora mengulum senyum, lantas menarik hidung mancung Hosea. "Ish, umak nggemesin banget sih kalau cemburu."
Hosea mengerucutkan bibir sambil melerai japitan tangan Nora di hidungnya. "Sakit, Nora. Jangan begini." Suara Hosea terdengar sengau.
Nora terkekeh sambil menyipitkan matanya. "Bisa-bisa latar belakangku jadi masalah nanti, Hose. Baru ngomongin Adrien, mukamu udah kusut."
"Nggak gitu juga kali, Ra. Habis caramu cerita barusan kelihatan peduli banget sama Adrien." Hosea memerengut layaknya anak kecil.
"Hosea ...." Nora mengeratkan rahang seraya mencubit kedua pipi Hosea yang bertingkah kekanak-kanakan. "Adrien itu teman baikku dari aku kecil."
Ya, teman baik. Saking baiknya sampai-sampai mereka bermain aduk mengaduk adonan. Sungguh, bila mengingat hal itu, batin Hosea selalu tercubit-cubit.
"Hosea, kamu cemburu banget sama Adrien?" tanya Nora kemudian dengan ekspresi serius.
"Nggak dimungkiri ... iya. Aku cemburu," jawab Hosea sendu.
"Masih mau menerima aku dengan latar belakangku yang sealnya kebuka?" tanya Nora lagi.
Hosea berdecak. Selalu saja Nora mengungkit hal yang ingin dilupakan lelaki itu. "Dari awal aku bilang mau menerima kamu apa adanya kan, Ra? Kenapa dibahas lagi?"
"Aku ... merasa bersalah sama kamu, Hose. Karena aku merasa, kamu pantas mendapat yang lebih baik dari aku."
Hosea menggeleng, dan meraih tangan tangan Nora. "Kamulah yang terbaik buatku, Ra. Tak ada gading yang nggak retak. Aku juga nggak sempurna kan?"
Nora menatap tangan kekar Hosea yang menangkup tangannya. Dalam hati, ia berjanji tidak akan lagi menyakiti laki-laki yang menyayanginya.
***
Malam ini, saat Nora pulang, Livia datang ke rumah untuk memberikan undangan pesta ulang tahunnya. Melihat Livia datang dan bercakap dengan mamanya, Nora pun mendekat dan menyalami wanita berumur yang masih terlihat cantik itu.
"Piye kabare, Ra? Kamu tambah kurus sepertinya." Livia mengelus rambut Nora yang sedang mengecup punggung tangannya.
"Diet, Tante," jawab Nora asal.
"Sama kaya Adrien. Dia juga makin kurus. Kerja terus, nggak ada waktu istirahat." Livia mendesah kencang.
Nora yang awalnya ingin segera istirahat itu, akhirnya mengurungkan niatnya. "Adrien bikin usaha apa, Tante? Sibuk banget kayanya."
"Bukan bikin baru. Dia belajar dari awal tentang perhotelan. Ya, karena papanya yang terus mendesak. Bahkan sebenarnya Adrien meneruskan bisnis papanya karena mau mempertahankan kamu," ujar Livia yang sengaja membeberkan apa yang dialami putranya.
Alis Nora mengernyit. Dia menegakkan tubuhnya duduk di samping Livia. Matanya menatap fokus gerak gerik bibir merah Livia.
"Maksudnya apa, Tante?" tanya Nora dengan desakan rasa ingin tahu yang tinggi.
"Adrien itu sejak awal kan disuruh nerusin usaha hotel papanya. Tapi dia punya passion sendiri. Bahkan dia mendirikan d'Napolleon dari modal kakek nenek Perancis. Rupanya apa yang dilakuin Adrien ini jadi alasan Om Antoinne buat nggak ngerestuin hubungan kalian. Adrien tetap kukuh sambil berusaha membujuk papanya, tapi nggak tahunya Adrien malah ngalah dan milih jadi GM hotel d' Amore di Surabaya." Livia menjeda cerita dengan menyesap kopi susu buatan Ambar.
Sementara itu, Nora masih membisu dan mengarahkan perhatian pada cerita Livia.
Suara dentingan pantat cangkir yang beradu dengan permukaan kaca meja, tak bisa mendistraksi fokus Nora.
"Tante nggak tahu kenapa akhirnya kalian putus. Setahu Tante saat menemui Adrien, dia akan berjuang mendapatkanmu walau harus menjual kafenya. Tante kan berusaha mencegah Adrien menjual kafenya. Tapi tetep aja dia menjual kafenya dan juga malah kehilangan kamu." Livia melipat bibir lalu membasahi bibir berpoles gincu merah dengan ujung lidahnya.
"Menurut Amara, saat Adrien mengabarkan kalian putus kepada papanya, Adrien minta dikirim ke hotel cabang Jogja. Sudah sebulan ini ia di sana, dan saat kemarin Tante menjenguknya, badan Adrien menyusut drastis. Kata karyawan hotel, sepulang dia bekerja, Adrien akan menghabiskan waktu di dapur pastry untuk membuat pisang bollen. Bahkan di Jogja pisang bollen yang dikasih merek Nollen itu jadi kue yang digemari."
Livia menarik kardus balok yang berisi sepuluh potong pisang bolen. "Ini oleh-oleh kemarin Tante dari Jogja."
Mata Nora bergetar, menatap makanan kesukaannya. Tangannya kini terulur dan menarik tisu lalu mengambil sepotong pisang bolen dengan isian cokelat.
Nora menghirup aroma khas butter pisang bolen khas buatan Adrien. Lelaki itu memakai produk-produk berkualitas dengan ciri khas memakai keju lokal homemade yang berasal dari Boyolali, sebuah Kota Susu di Jawa Tengah.
Saat pisang bolen itu masuk ke dalam mulut dan rasanya lumer di lidah, hati Nora tercabik. Ia bisa merasakan rasa sakit hati dari setiap adonan tepung yang diuleni Adrien. Nora menggigit kue itu dan merasakan perlahan-lahan.
"Adrien sayang banget sama kamu. Katanya dengan membuat pisang bolen, dia bisa mengingat ekspresimu makan dengan lahap." Livia
menarik tisu dan menyeka pelan matanya yang berkaca-kaca. Sebagai ibu hatinya ikut terluka karena putranya berduka.
"Tapi lebih baik begitu, Ra. Daripada kalian saling memaksakan. Adrien posesif sementara hatimu udah berpaling."
Tenggorokan Nora terasa kering. Ia menepuk dadanya keras agar kue itu bisa tergelontor ke lambungnya. Namun, yang terjadi berikutnya adalah isakan pilu Nora.
"Nora bersalah, Tante. Maafkan Nora! Maafkan Nora nggak bisa jagain Adrien dan bikin dia sedih!" Nora masih menggenggam pisang bolennya. Dia menunduk dan tergugu.
Sementara itu, Livia memeluk Nora dan memberikan kecupan. "Nggak, Nora. Kamu udah jagain Adrien selama ini sehingga dia nggak jadi anak yang terjerumus dalam kenakalan remaja. Makasih sudah jagain Adrien buat Tante." Kedua wanita beda generasi itu pun saling berpelukan.
Ambar yang sedari tadi hanya jadi pengamat, akhirnya turun tangan memeluk keduanya. Ia juga prihatin dengan kisah cinta anaknya. Apakah Nora benar mencintai Hosea, atau sebenarnya Nora sangat menyayangi Adrien? Sebagai ibu, Ambar hanya mendukung pilihan Nora.
***
Di sisi lain, Hosea sudah didesak oleh Jericho untuk segera melamar Nora. Ia menyetujui desakan Jericho karena lelaki itu juga merasa sudah waktunya untuk menikah.
Hari itu, Hosea harus ke Batu lebih dahulu untuk supervisi. Proyek resort milik Livian Group sudah dalam tahap 40% pengerjaan. Tetap saja Hosea harus mengecek semua pekerjaan karena pihak manajemen group Livian sangat perfectionist.
Ya, tentu saja Amara Bollen yang menjadi manajer proyek tersebut tidak ingin ada satu cela pun dalam pengerjaan. Saking idealisnya, sering kali anak buah Smart Construction harus menelepon Hosea untuk menghadapi Amara.
Saat Hosea tiba, Amara sudah ada di lokasi menunjuk ini dan itu. Melihat kemunculan Hosea, salah satu mandor proyek langsung bisa mengembuskan napas lega.
"Hallo, Ra!" sapa Hosea dengan senyum manis.
Amara mendecih dengan cibiran di bibir. "Tolong beritahu pegawaimu untuk menanam rumput dengan benar. Masa rumput ditanam gitu aja dan nggak disiram lagi? Matilah! Ibarat cinta, kalau sudah tumbuh tapi nggak dirawat ya pasti mati!" Amara sudah memberikan protes panjang lebar.
"Iya, Ra. Nanti aku kasih tahu pegawaiku buat nyiram rumputnya." Seperti biasa Hosea mengikuti kemauan kliennya.
Mata Amara menyipit tak suka. Selalu saja Hosea menanggapi sikap cerewetnya dengan senyuman yang sejak awal selalu membuat jantungnya berdetak kencang.
"Mau ke direksi kit? Aku sudah pasang AC di sana," ajak Hosea.
Awalnya Amara enggan, namun karena cuaca siang hari itu begitu menyengat, akhirnya ia mengikuti arahan Hosea.
Di direksi kit yang dipenuhi pajangan desain resort di dindingnya, Amara duduk di salah satu sudut ruangan. Sementara itu Hosea mengambil teh botol dingin yang akan menyegarkan percakapan mereka.
"Ini teh hijau." Hosea menyodorkan teh botol dengan sedotan putih di dalamnya. "Katanya bisa nyegerin gerah bodi dan hati."
Amara melirik Hosea saat mengarahkan teh botol padanya. Ia mengambil botol hijau itu dan menyelipkan sedotan di bibir merahnya sambil menghisap cairan dingin yang bisa menyegarkan badannya.
"Gimana kabarmu, Ra?" tanya Hosea basa-basi. Selalu saja pertanyaan itu yang dikemukakan Hosea.
"Seperti yang Mas lihat. Sehat, bahagia, dan masih cantik saja," kata Amara dengan percaya diri.
Hosea tergelak. Tak dimungkiri Amara terlihat cantik, hanya saja hati Hosea sudah ditawan Nora.
"Oh, ya, gimana kabar kakakmu?" Entah kenapa Hosea ingin tahu kabar Adrien.
Amara menurunkan teh botol yang kini tinggal separuh isinya. Sambil menyeka bibir dengan tisu yang ia ambil dari kotak tisu di atas meja, ia melirik Hosea.
"Untuk apa tanya Kak Adrien? Dia sudah bahagia dengan cewek yang dijodohin sama dia. Tahu Bora anak perempuan Universe Group?" Tanpa menunggu jawaban Hosea, Amara menyerocos begitu saja. "Nah, Kak Adrien akan menikah dengan cewek itu."
Hosea hanya mengangguk saja. "Cantik dong Bora? Dia dokter ya?"
"Iya. Dokter Militer AU." Amara terkikik. "Kak Adrien sempet kewalahan karena wataknya yang keras dan disiplin."
"Mereka mau nikah? Aku baca di internet sempet viral kabar perjodohan mereka. Bora kan cewek nyentrik. Bukannya jadi penerus usaha keluarga tapi malah jadi dokter di angkatan udara." Hosea membukakan kotak yang berisi camilan kering dan menyodorkan kepada Amara.
"Makanya itu. Aku kasihan sama Kak Adrien." Amara mendesah panjang sambil merogoh kacang bawang dari toples plastik kuning.
"Kamu juga mau nikah sama anak BTV Group kan, Ra?" tanya Hosea sambil mengunyah kacang bawangnya.
Seketika wajah Amara menjadi kusut. Matanya memerah dan berkaca. "Nggak. Demi aku supaya bebas dari perjodohan, Kak Adrien yang akhirnya dijodohin sama Bora itu. Keluarga kami bener-bener kaya zaman Siti Nurbaya ya?"
Gerak rahang Hosea mengunyah kacang terhenti. Dia mengamati wajah sendu Amara. Ternyata Adrien dijodohkan dengan Bora itu karena ingin membebaskan Amara agar tidak dijodohkan?
Sungguh, di balik sikap Adrien yang menjengkelkan ternyata dia menanggung banyak beban di keluarganya. Mendapati laki-laki sombong dan arogan itu tiba-tiba melunak dan melepas Nora, Hosea yakin bahwa keputusan Adrien tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, Hosea tidak terlalu ambil pusing. Keputusan Adrien melepas Nora dimanfaatkan dengan mengambil perempuan itu menjadi pacarnya.
***
Setelah supervisi proyek siang itu, Hosea bergegas ke toko perhiasan Full Moon Gold and Jewelry. Malam ini ia ingin melamar Nora dengan sebuah cincin yang tidak kalah cantik dari cincin tunangan Adrien untuk Nora.
Hosea sudah mengatur lamarannya di sebuah resto yang ada di daerah Blimbing. Resto itu memakai konsep rumah kampung di pedesaan. Nuansa pinggir sungai, kebun bunga dan suasana khas tradisional Jawa melekat di resto Taman Indie. Menurut Hosea, konsep resto itu sangat sesuai dengan konsep lamaran yang akan ia lancarkan, di mana ia ingin meminang Nora untuk membangun biduk rumah tangga mereka.
Malam Minggu ini, akhirnya Hosea dan Nora sudah duduk di salah satu sudut resto yang dipesan oleh Hosea. Suasana remang dengan penerangan lampu teplok gantung di setiap meja, menambah kesan romantis makan malam mereka.
Malam ini mereka memesan sayur lodeh, bakwan jagung, ikan bakar asam manis, udang bakar Jimbaran, sega bungkus Ndeso, dan wedang angsle. Menu yang terhidang, mereka santap dengan tangan karena lebih nikmat.
Begitu makanan tandas, dan selesai Hosea mencuci tangan, lelaki itu akhirnya melamar Nora.
"Ra, kita emang baru sebulan ini pacaran. Tapi, aku nggak mau lama-lama. Aku pengin kamu jadi istriku dan mami dari anak-anakku."
Gerakan tangan Nora yang menyantap wedang angsle itu terhenti. Ia mendongak menatap Hosea yang kini menyodorkan sebuah kotak cincin berbentuk hati. Lelaki itu membuka kotak beludru itu dan menghadapkan pada Nora.
Nora mengerjap. Tenggorokannya seketika tercekat karena tak menyangka makan malam Minggu ini adalah makan malam lamaran.
"Hose, aku ...," cicit Nora saking terkejutnya.
"Ra, aku nggak mau kehilangan kamu. Aku pengin hubungan kita diberkati Tuhan." Hosea menggigit sudut bibirnya. "Jujur, aku takut kelepasan karena entah kenapa kamu punya sex appeal yang tinggi. Pantas aja Adrien nggak bisa tahan diri kalau deket sama kamu."
Nora mengerutkan alis. "Ish, aku biasa aja kali, Hose. Malah badanku kan cenderung tambun."
"Smart is sexy. Cara kamu ngomong, cara kamu peduli, cara kamu perhatian dengan pasienmu, itu seksi banget," terang Hosea dengan mantap.
Nora mendengkus saat tawanya hendak tersembur. Adrien juga pernah mengatakan kecerdasan Nora yang membuat lelaki itu tertarik dan ingin menguasainya. Sayangnya, saat berhadapan dengan Adrien yang merayunya, kecerdasan Nora seolah menguap hingga ia hanya mengikuti insting purbanya saja.
"Hosea, kamu tahu kan sealku udah kebuka. Kamu yakin?" tanya Nora yang masih merasa insecure dengan kondisinya.
Hosea mendesah. Ia meraih tangan Nora. "Apa kamu masih ragu denganku, Ra? Atau mungkin kamu masih dibayangi rasa bersalah pada Adrien?"
💕Dee_ane💕
Pilih siapa ... si Seksi Hosea yang suka mendaki gunung?
Atau Si Ganteng bermuka oriental Adrien yang suka mendaki gunungnya Nora?
Nora mumet wes? Dua-duanya ngganteng sih.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro