
Op. 8: Reject!
Lima bulan kemudian.
Kyuhyun menepati perkataannya untuk sering bertemu Hyun Ae. Bahkan dalam satu minggu, dia bisa dua kali pulang-pergi Tokyo-Seoul.
Namun, semua itu hanya berlangsung hingga bulan ketiga dirinya di Tokyo. Memasuki bulan keempat, Kyuhyun tidak lagi menemui Hyun Ae di Seoul dikarenakan jadwal kuliahnya yang mulai padat.
Kyuhyun mengambil jurusan Manajemen Bisnis atas perintah ayahnya.
Tidak pulangnya Kyuhyun ke Seoul, dimanfaatkan oleh Siwon untuk mendekati Hyun Ae. Hampir setiap hari Siwon datang ke rumah Hyun Ae dan disambut baik oleh Jung Soo.
Mereka berdua bahkan kerap kali jalan bersama mengunjungi beberapa tempat di Seoul.
Awalnya Hyun Ae merasa kesepian karena Kyuhyun tak kunjung menemuinya. Namun, berkat kehadiran—sementara—Siwon, Hyun Ae dapat sedikit melupakan Kyuhyun walaupun gadis kecil itu beberapa kali berniat untuk kabur ke Tokyo menemui Kyuhyun.
Brak!
Terdengar suara meja yang dipukul seseorang.
“Apa-apaan ini, Hyun Ae?!” Jung Soo menatap nyalang putri bungsunya.
Hyun Ae menunduk takut. Ia mencengkeram ujung seragamnya. Air matanya siap tumpah.
Oppa ... tolong aku!
“Hyun Ae?!”
Hyun Ae bergeming. Dirinya terlalu takut menghadapi kemarahan sang ayah sendirian. Biasanya, jika Hyun Ae dimarahi oleh Jung Soo, Kyuhyun akan datang menolongnya. Namun kali ini ... tidak, bahkan sejak Kyuhyun pindah ke Tokyo, Hyun Ae—harus—selalu menghadapi tatapan intimidasi itu seorang diri.
“Bagaimana mungkin seluruh nilai mata pelajaranmu merosot drastis, hah?!” Jung Soo menyandarkan punggungnya ke kursi kerja yang didudukinya. “Kau benar-benar mempermalukan nama keluarga Cho.”
Hancur sudah benteng pertahanan yang dibangun Hyun Ae. Air matanya meluncur bebas melalui sudut matanya, membasahi kedua pipinya.
“Aku tidak memerintahkanmu untuk menangis, Hyun Ae!”
“Huwaaaaaaaa....”
Ini semua salah Abeoji! Abeoji memisahkan aku dengan Kyu Oppa! Aku jadi tidak fokus belajar. Kalau ada Oppa pasti—
“Jangan menyalahkanku, Hyun Ae.” Nada dingin itu menyapa indra pendengaran Hyun Ae.
Hyun Ae bergeming, walaupun dia masih terisak.
“Tatap lawan bicara, Hyun Ae!”
Dengan gerakan patah-patah serta ketakutan yang menyelimuti Hyun Ae, gadis itu mendongak dan menatap kedua mata Jung Soo.
“Kalau kau tidak bisa memperbaiki seluruh nilaimu—” Jung Soo menatap Hyun Ae tajam, “—aku akan memindahkanmu ke Inggris.”
Manik hazel Hyun Ae membulat sempurna. Apa? Inggris? Itu akan semakin jauh dengan Kyu Oppa! Tidak! Aku tidak mau! Hyun Ae menggeleng kuat.
“Aku tidak mau sekolah di Inggris, Abeoji. Aku mau di sini.” Hyun Ae merengek. “Abeoji, jebal.”
Jung Soo tidak menjawab. Dia berdiri dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Dalam waktu seminggu, perbaiki nilai-nilaimu. Aku tahu, minggu ini kau akan menghadapi ujian tengah semester.”
“Sa-satu minggu? Ta-tapi ... aku tidak sepintar Oppa.”
“Itu urusanmu. Sekarang, keluar dari ruang kerjaku.”
Hyun Ae membungkuk sebentar, lalu berjalan gontai keluar ruangan itu. Ditutupnya perlahan pintu ruang kerja sang ayah. Ia melangkahkan kakinya ke kamar. Bukan ke kamarnya, melainkan ke kamar Kyuhyun.
Beberapa maid yang melihat Hyun Ae hanya bisa menatap prihatin Nona Muda mereka.
Kriiiiit!
Pintu terbuka sedikit. Semakin lama semakin terbuka lebar. Kaki jenjang Hyun Ae melangkah masuk ke kamar Kyuhyun. Tangannya menekan tombol ON untuk menyalakan lampu kamar.
Matanya mengamati ruangan itu. Tidak ada yang berubah, batin Hyun Ae. Bahkan, aroma parfum Oppa saja masih bisa tercium olehku.
Hyun Ae menelungkupkan dirinya di atas ranjang king size milik Kyuhyun. “Oppa ... hiks ... aku merindukan Oppa.” Air mata Hyun Ae jatuh lagi. Liquid bening itu berjatuhan dan menghantam selimut berwarna merah di bawah Hyun Ae.
Hyun Ae terus menangis. Berkali-kali menyerukan nama Kyuhyun, tanpa menyadari jika Jung Soo mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Jung Soo mengembuskan napasnya. Sesungguhnya, ia tidak tega melihat putrinya hampir setiap hari menangis karena merindukan putranya. Namun, semuanya ia lakukan demi kebaikan Kyuhyun dan Hyun Ae. Agar perasaan terlarang di hati mereka sirna.
Tapi, pemikiran Jung Soo salah! Justru perasaan itu semakin kuat tertanam di hati Kyuhyun dan Hyun Ae.
Jung Soo melirik Paman Han yang berdiri di sampingnya. “Aku akan pergi ke Indonesia selama tiga bulan. Beritahu seluruh maid dan butler untuk mengurus semua kebutuhan Hyun Ae.”
“Baik, Tuan.”
***
Jam digital di kamar Kyuhyun menunjukan pukul tujuh malam. Yang mana seharusnya Hyun Ae makan malam. Namun, gadis mungil itu masih tertidur pulas di ranjang kakaknya. Para maid tidak berani mengusik Hyun Ae karena mereka paham jika Hyun Ae ingin dibiarkan sendiri di kamar kakaknya.
Dua puluh menit kemudian, Hyun Ae baru terjaga dari tidurnya. Keadaannya cukup mengenaskan. Kedua mata yang membengkak lantaran habis menangis. Seragamnya yang kusut. Pokoknya, keadaannya jauh dari kalimat ‘baik-baik saja’.
“Ngh ... ternyata cuma mimpi.” Hyun Ae murung. Dia duduk di tepi ranjang dan menatap lantai dengan tatapan sedih.
Pasalnya, ia bermimpi jika Kyuhyun tengah menatapnya dan mengelus surai cokelatnya. Pemuda itu beberapa kali mengucapkan kalimat penyemangat untuk Hyun Ae. Namun, sekali lagi sangat disayangkan—
—itu semua hanya mimpi. Bunga tidur untuk Hyun Ae yang begitu merindukan lelaki posesif itu.
Hyun Ae mengucek kedua matanya dan turun dari ranjang, berjalan ke kamarnya dengan bertelanjang kaki.
Dengan keadaan yang masih setengah sadar, Hyun Ae membuka pintu kamarnya setelah sebelumnya kepala Hyun Ae terbentur pintu dan membuat seluruh nyawanya yang tadi masih berceceran kembali ke tubuhnya.
Setelah menyelesaikan sesi bersih-bersih diri selama 30 menit, Hyun Ae menapaki anak tangga untuk turun ke lantai dasar. Sebelumnya, Paman Han memberitahu Hyun Ae jika sang ayah sudah pergi ke Indonesia selama tiga bulan.
Hyun Ae berjalan ke meja makan. Namun, langkahnya terhenti di dua meter jaraknya dengan meja makan kala melihat seorang pemuda tengah duduk tenang di salah satu kursi di ruang makan.
“Hai, lama tidak bertemu,” ucap pemuda itu saat Hyun Ae berjalan perlahan ke arahnya.
“Oppa?”
“Ya?”
“Kapan datang,” jeda dua detik, “Siwon Oppa?”
“Hm ... lima belas menit yang lalu. Dan Paman Han memintaku untuk menunggumu di sini. Sekalian makan malam bersama,” jawab Siwon.
Hyun Ae diam.
Padahal, dirinya berharap Kyuhyun lah yang duduk di sana.
Padahal, dirinya berharap Kyuhyun yang datang.
“Duduk di sebelahku, Sweety Ae,” pinta Siwon.
Mau tak mau, Hyun Ae duduk di kursi di samping Siwon. Mereka langsung menyantap menu makan malam yang sudah disiapkan oleh koki andalan Keluarga Cho.
Setelah makan malam selesai, Siwon mengajak Hyun Ae untuk pergi sebentar ke sebuah taman di pusat Kota Seoul.
Dan di sinilah mereka saat ini.
Duduk di bangku taman di bawah cahaya lampu dan di temani oleh bintang-bintang yang bertaburan di langit malam.
Suasana mereka berdua tampak kaku dan canggung. Siwon yang memikirkan Hyun Ae, sedangkan Hyun Ae memikirkan Kyuhyun. Tapi—
—apa Kyuhyun juga memikirkan Hyun Ae? Sama seperti Hyun Ae yang memikirkan Kyuhyun setiap hari?
“Sweety Ae.”
Akhirnya setelah hampir sepuluh menit Siwon dan Hyun Ae dilanda keheningan, pemuda bersurai hitam itu membuka suara.
“Ya?” Hyun Ae menoleh ke Siwon yang memang duduk di sampingnya.
“Dua bulan terakhir ini ... kita sering bersama, ‘kan?” Siwon menatap manik Hyun Ae lamat-lamat.
Hyun Ae yang bingung dengan arah pembicaraan Siwon pun mengangguk polos. “Ya.”
“Kau tahu, tidak?”
“Tidak.”
Jleb!
Siwon sweatdrop. Suasana romantis yang susah payah ia bangun—karena Siwon bukan tipe lelaki romantis—berubah drastis menjadi awkward karena satu kata polos yang meluncur dari bibir Hyun Ae.
Sabar, Siwon. Sabar, Siwon menyugesti diri sendiri. Ia lalu tersenyum tipis.
“Hahaha.” Siwon tertawa garing. “Tentu saja kau tidak tahu. Karena aku belum memberitahumu.”
“Maka dari itu aku jawab ‘tidak’.”
Siwon menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan melalui mulut. Gak adiknya. Gak kakaknya. Kok sama-sama ngeselin, ya? Untung Oppa sayang sama kamu, Ae.
“Jadi, begini—”
“Lalu begitu, ‘kan, Oppa?” Hyun Ae memiringkan kepalanya, melakukan pose polos kelewat imut.
Ih! Kzl, deh! Untung sayang. Untung cinta!
Ok. Cukup! Kau sudah OOC, Siwon.
Ini kapan ngomong seriusnya coba? Siwon berusaha bertahan dari cobaan ini.
“Siwon Oppa?”
Siwon tersenyum kaku. Dalam hati, Siwon berkata,
Malam ini ku akan menyatakan cinta.
Menyatakan cintaaa~~
Aku tak mau menunggu terlalu lama.
Terlalu lamaaa~~
“Ae, lihatlah ke langit!” Siwon memandang langit.
Hyun Ae mengikuti arah pandang Siwon. “Langitnya kenapa?”
“Tsuki ga kirei desu.” Siwon melirik Hyun Ae yang terdiam. Ia bersusah payah mempelajari ungkapan dari bahasa Jepang, berharap Hyun Ae menangkap maksud perkataannya.
Enam detik kemudian, Hyun Ae mengangguk. Membuat hati Siwon berbunga-bunga.
Aku diterima?! Eh?! Serius?! Perasaanku diterima Hyun Ae?!
“Ya. Bulannya sangat indah. Bulan malam ini bulat. Aku suka!” Kedua sudut bibir Hyun Ae tertarik ke atas, membentuk senyuman lebar.
APA?!
Siwon membulatkan matanya. “A-Ae?”
Hyun Ae menoleh. “Ya, Oppa?”
“Aku menyukaimu.”
“Eh?” Hyun Ae bergeming, tak tahu harus merespon apa.
“Aku menyukaimu. Dari dulu. Sejak pertama kali aku melihatmu saat aku berkunjung ke rumahmu. Kau ingat? Saat Kyuhyun pulang sore bersamaku?”
Hyun Ae berusaha menggali kembali ingatannya.
Ah, gadis itu ingat!
Dua tahun yang lalu, saat dirinya masih kelas 2 SMP, Kyuhyun pulang dengan seorang pemuda bersurai hitam. Saat Hyun Ae bertanya pada Kyuhyun, kakaknya itu menjawab jika pemuda berambut hitam yang pulang bersamanya adalah Choi Siwon, senior sekaligus kapten Tim Basket Blue World saat itu.
“Aku melihatmu saat itu. Dan mulai dari sana, aku berusaha mendekatimu karena aku sudah menyukaimu. Tapi sayang, Kyuhyun melarangku untuk menemuimu. Dia selalu menyembunyikanmu dariku,” lanjutnya.
“Mi-mianhae ... aku tidak bisa—” Gadis itu menggantung ucapannya.
“Tidak bisa menolakku, ‘kan?” tebak Siwon dengan percaya diri.
“—tidak bisa menerimamu, Oppa.”
Kretek!
Duaar!
Bagai disambar petir di malam hari. Siwon terdiam seribu bahasa. Lidahnya seakan kelu walau sekadar mengucapkan satu huruf.
Hyun Ae menunduk. “A-aku tidak menyukai Siwon Oppa.” Dia mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas pangkuannya. “Ka-karena aku hanya mencintai Kyu Oppa seorang.”
Pernyataan Hyun Ae semakin membuat Siwon terdiam. Pikirannya kalut. Dia tidak bisa berpikir jernih.
A-Aku tidak salah dengar, ‘kan? Mencintai? Mencintai Kyuhyun seorang? Apa maksudnya?
“Ma-maaf, Oppa!” Hyun Ae berdiri kemudian menunduk. Ia mencengkeram dress yang dipakainya.
Siwon ikut berdiri. “A-Ahaha ... ti-tidak usah berlebihan seperti itu, Sweety Ae.”
Hyun Ae mendongak. “Ta-tapi ... pasti hati Oppa sakit.”
Memang iya, sih, ucap Siwon dalam hati.
“Sudahlah. Sekarang kita pulang, ya? Aku akan mengantarmu.”
Hyun Ae mengangguk. Maaf.
--------------------킅--------------------
BANG SIWON DITOLAK!! :"V
CHAP. INI KYUHYUN GAK MUNCUL, YA. KENAPA? AKU BOSEN LIAT KYUHYUN :3 *HUJAN GUNTING*
HAYOOOOO ... TADI SIAPA YANG AUTO NYANYI LAGUNYA VIERRA? :V
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro