Op. 7: Graduation
Tak terasa sebentar lagi kelas 3 akan menghadapi ujian kelulusan. Semua guru silih berganti memberikan materi dan pembelajaran yang maksimal untuk kelas 3.
Semua murid kelas 3 sangat sibuk mempersiapkan segalanya, termasuk Kyuhyun. Ah, tapi mungkin bagi Kyuhyun, hal semacam ujian tidak perlu ditakuti atau dipandang horor. Tanpa belajar sekali pun, sudah pasti akan mendapatkan nilai memuaskan.
Sejak kejadian di pesta barbeque beberapa bulan lalu, hubungan Kyuhyun dan Hyun Ae semakin dekat. Bahkan jauh lebih dekat dari sebelumnya.
“Oppa, kenapa kau mengumumkan rencana pertunangan di depan teman-temanmu? Dan kenapa Oppa menyembunyikannya dariku?”
“Hm. Hanya ingin membuat Ae-chan cemburu.”
“Yak! Pabo Oppa! Aku tidak cemburu. Caramu tidak berhasil. Hmph!”
“Haha. Kau tidak pandai berbohong, Ae-chan.”
Seperti saat ini, Hyun Ae tengah belajar di atas pangkuan Kyuhyun. Jangan tanya kenapa posisi belajar Hyun Ae seperti itu! Tentu saja—
—karena Kyuhyun yang meminta.
“Oppa ... bagaimana cara mengerjakan nomor 8?” Hyun Ae menoleh sedikit.
Entah mengapa, kali ini, otak Hyun Ae mendadak macet saat mengerjakan soal Fisika. Biasanya, dia selalu lancar mengerjakan soal-soal lucknut itu tanpa hambatan yang berarti. Tapi, kali ini?
“Hm.” Kyuhyun menempelkan dagunya di pundak Hyun Ae. “Tumben sekali kau menanyakan soal Fisika?” Kyuhyun melirik ke arah Hyun Ae, mencoba menggoda adiknya.
“Hmph!” Hyun Ae menggembungkan pipinya kesal. “Kalau Oppa tidak mau membantuku, ya sudah!” Hyun Ae kembali memfokuskan diri pada soal-soal Fisika yang ada di bukunya.
Kyuhyun tersenyum miring. “Ae-chan marah?”
Cuph!
Satu kecupan di pipi kanan Hyun Ae. Sontak, hal itu membuat wajah Hyun Ae merah padam.
“Ish! Aku benci Oppa!” Hyun Ae membawa peralatan belajarnya dan turun dari pangkuan Kyuhyun.
Tap!
Kyuhyun menahan pergelangan tangan Hyun Ae sebelum gadis itu berjalan lebih jauh lagi. Gadis itu diam. Dia menggerutu dalam hati.
“Ae-chan benar-benar yakin membenci Oppa, hm?”
Hyun Ae bergeming.
Sreet!
Dalam sekali hentakan, tubuh mungil Hyun Ae berada dalam dekapan Kyuhyun. Yaa ... meskipun sempat terhuyung dan nyaris terjatuh ke lantai.
Kyuhyun mengangkat dagu Hyun Ae agar manik hazel Hyun Ae menatap manik cokelatnya. “Sepertinya ... kau perlu dihukum, hm?”
Hyun Ae kicep. “Jangan hukum aku, Oppa.” Matanya mulai berkaca-kaca.
“Hanya sebentar.” Kyuhyun mendekatkan wajahnya pada Hyun Ae. Perlahan tapi pasti, bibirnya bertemu dengan bibir Hyun Ae.
Kyuhyun memejamkan matanya, menikmati setiap detik yang dilakukannya. Hyun Ae awalnya diam, tetapi lama-kelamaan dia memejamkan kelopak matanya.
Dua menit berlalu. Kyuhyun melepaskan pagutan mereka. Wajah Hyun Ae merah padam dengan napas terengah-engah, membuat Kyuhyun beberapa kali mengumpat dalam hati melihatnya.
Ibu jari pemuda itu menyeka sisa-sisa aktivitas mereka di bibir Hyun Ae. “Hukumannya hanya sebentar, ‘kan?” Kyuhyun melepaskan dekapannya dan berdiri.
“Oppa, apa yang kita lakukan selama beberapa bulan ini ... bukankah semua itu salah?” tanya Hyun Ae dengan lirih.
Kyuhyun diam. Sejujurnya, dia tahu. Dia paham, jika semua yang mereka berdua lakukan itu salah! Tetapi, mau bagaimana lagi? Perasaannya pada Hyun Ae begitu besar dan tak dapat dibendung lagi.
Puk!
Kyuhyun menepuk pelan puncak kepala Hyun Ae. “Jangan memikirkan banyak hal.”
Kyuhyun keluar dari kamar Hyun Ae. Meninggalkan Hyun Ae yang terdiam seraya menahan tangis.
***
Hari kelulusan pun tiba.
Hari yang begitu ditunggu oleh seluruh siswa-siswi kelas 3.
Namun ... hari yang begitu menyesakkan bagi kelas 1 dan 2 yang memiliki incaran maupun kekasih kelas 3. Itu artinya, mereka tidak bisa lagi melihat pujaan hati setiap hari.
Upacara kelulusan di adakan di auditorium SMA Blue World. Seluruh murid beserta para guru juga jajaran staf sekolah dan para wali murid hadir di sana untuk menyaksikan pelepasan siswa-siswi kelas 3.
Para murid mengenakan seragam sekolah mereka lengkap dengan jas almamater.
Sambutan demi sambutan terus diberikan. Mulai dari kepala sekolah, masing-masing wali kelas. Hingga tiba saatnya sambutan dari wakil siswa kelas 3.
Cho Kyuhyun.
Kyuhyun naik ke panggung dan berdiri dengan gagah di depan podium. Untuk beberapa saat, ia mengecek mic yang akan ia gunakan.
Dia menghela napas lalu mengembuskannya. Matanya menatap lurus seluruh hadirin yang ada di sana.
“Hadirin yang kami hormati. Melalui kesempatan ini ada tiga hal yang ingin saya sampaikan. Yaitu saya ingin berterima kasih. Saya ingin meminta maaf, dan saya ingin minta doa.
Saya ingin berterima kasih. Terima kasih kepada, terutama dan utama, kepada kepala sekolah. Anda telah mengizinkan kami bersekolah di sini.
Saya juga ingin berterima kasih. Kami semua yang hendak lulus ini mengucapkan terima kasih kepada para guru yang telah membantu kami. Dari awalnya yang tidak bisa dijadikan bisa. Yang sudah bisa ditambah lagi pengetahuannya. Padahal tidak sedikit di antar kami yang sering membuat ssaem sekalian jengkel. Baik dengan kesalahan kecil maupun hal-hal lain dari kelalaian kami.
Saya juga ucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan di SMA Blue World ini yang sudah membantu kami. Sabar menghadapi kami ketika diminta mengumpulkan ini dan itu, tetapi kami sering tidak memperhatikan.
Terima kasih kepada seluruh warga sekolah yang telah membantu kami semua, mengantarkan kami semua hingga menyelesaikan jenjang pendidikan di sekolah tercinta ini.
Terima kasih. Hanya ucapan terima kasih dari kami untuk semua yang membantu kami. Kami tidak bisa membalas jasa para sensei yang telah sangat berjasa bagi kami. Apalagi balasan berupa materi, tentu kami tidak bisa memberikannya. Tapi, kami selalu berusaha membuat jasa sensei tidak sia-sia.
Juga kepada bapak-ibu wali murid, orang tua, kakek-nenek, saudara dan semua pihak yang telah membantu kami, mendorong kami, dan memberikan semangat untuk kami agar bisa lulus dengan baik ini.
Senjutnya kami ingin mengucapkan permintaan maaf. Maaf kepada orang tua dan wali kami. Maaf kepada bapak ibu guru kami. Maaf kepada adik-adik.
Kami mohon maaf kepada orang tua dan orang yang telah membimbing kami. Tidak sedikit dari kami yang pernah menipu. Bilangnya ada kegiatan di sekolah ternyata tidak. Atau, kami yang sering membuat bapak-ibu dan wali kami menjadi khawatir karena kami tidak segera pulang seusai jam sekolah. Tolong maafkan kami....
Kami mohon maaf kepada guru-guru kami. Kami sering tidak segera mengerjakan tugas dari bapak-ibu, kami sering melupakan tugas yang diberikan kepada kami, kami juga sering membuat bapak-ibu guru di sini menjadi marah. Oleh kelalaian kami. Oleh kenakalan kami.
Kami masih belum bisa menjadi siswa yang diharapkan oleh bapak-ibu guru. Kami belum bisa mengembangkan diri sebaik mungkin. Kami masih belum bisa memberikan apa-apa kepada sekolah ini.
Kami juga meminta maaf kepada adik-adik kami. Adik-adik yang tidak mendapatkan bimbingan yang baik dari kami yang seharusnya menjadi kakak. Kami mohon maaf kepada adik-adik jika mungkin ada beberapa dari kami yang menganggu, menjaili, atau sekadar becanda yang dianggap berlebihan dan menyakitkan hati kalian. Maafkan kami atas itu....
Melalui kesempatan ini, kami juga meminta doa. Tolong doakan kami agar bisa memanfaatkan ilmu yang kami terima di sini. Ilmu yang diberikan oleh bapak-ibu guru sejak pertama kali kami masuk ke sekolah tercinta ini.
Tanpa keikhlasan dan doa dari bapak-ibu guru, kami takut ilmu kami tidak bermanfaat. Tidak memberikan nilai lebih dan tidak menjadikan kami lebih baik dengan ilmu yang kami miliki.
Tolong doakan kami, bisa mendapatkan sekolah lanjutan yang sesuai dengan kami. Sehingga ilmu kami bermanfaat. Bagi kami yang mungkin masih belum bisa melanjutkan, semoga kami bisa segera melanjutkan dan tetap bisa memanfaatkan ilmu yang kami terima di sini dalam kehidupan kami.
Ilmu yang dapat membawa kami menjadi manusia yang baik, dan berguna. Berguna bagi kami pribadi, keluarga kami, lingkungan kami, dan ujungnya berguna bagi agama bangsa dan negeri.
Untuk mengakhiri pidato sambutan perpisahan ini, kami berpesan kepada adik-adik. Tetaplah semangat belajar, hingga dapat menyelesaikan dan meraih apa yang kalian kejar.
Tirulah hal baik dari kami, tingkatkan kalau perlu. Buang jauh-jauh keburukan yang pernah kami perbuat. Jangan ditiru. Serta, hormati guru sayangi teman karena itulah murid yang budiman. Murid yang budiman kelak akan hidup nyaman.
Cukup sekian pidato dari saya mewakili teman-teman siswa kelas sembilan. Jika ada kesalahan sikap maupun ucap kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya.”
Suara riuh tepuk tangan menggema di auditorium. Kyuhyun membungkuk sekilas kemudian turun dari panggung dan duduk kembali di kursinya.
Sebenarnya, Kyuhyun sempat melihat Hyun Ae menatap dirinya dengan tatapan sedih.
Iya, Hyun Ae memang menatap Kyuhyun! Dia merasa tidak bisa melihat sang kakak setiap hari lagi karena Kyuhyun akan melanjutkan pendidikan di Universitas Tokyo. Jauh sekali, bukan?
Setelah sesi sambutan usai, berlanjut dengan dibacakan satu per satu nama-nama wisudawan serta wisudawati yang lulus untuk naik ke panggung.
Tiga jam telah berlalu.
Seluruh murid kelas 1 dan 2 berbondong-bondong meminta foto bersama kakak kelas mereka yang sudah lulus.
Tidak perlu ditanya siapa peraih nilai ujian tertinggi. Jawabannya sudah pasti Cho Kyuhyun. Disusul oleh Han Kyung dan terakhir Seo Ra.
Ketiga murid peraih nilai ujian kelulusan tertinggi itu mengedarkan pandangannya mencari sosok Hyun Ae yang tiba-tiba menghilang.
Mereka bertiga terhalang oleh fans Kyuhyun dan Han Kyung yang meminta berfoto bersama serta meminta dua kancing teratas dua pemuda pintar itu.
Seo Ra memutar bola matanya malas. Ditariknya tangan Kyuhyun dan Han Kyung dari kerumuman gadis-gadis bringas itu.
“Ayo, cari Hyun Ae!” Ah, sepertinya gadis ini sudah lupa apa yang terakhir kali terjadi padanya saat membentak dan memerintah Kyuhyun.
Untungnya, mood Kyuhyun hari ini sedang baik. Dia memerlihatkan ponselnya pada Seo Ra dan Han Kyung. “Paman Han menelponku jika Hyun Ae sudah pulang karena kepalanya terasa sakit. Aku akan pulang duluan.”
“Bagaimana dengan pesta kelulusannya?” tanya Seo Ra.
Kyuhyun menoleh. “Undur saja. Hyun Ae lebih penting dari pesta itu.” Tanpa menunggu jawaban dari Seo Ra, Kyuhyun segera melesat pulang setelah dia memanggil salah satu supirnya selain Paman Han untuk menjemputnya.
Seo Ra tersenyum senang. “Syukurlah hubungan mereka semakin membaik.”
Han Kyung menoleh ke arah Seo Ra seraya membenarkan letak kacamatanya yang tidak bergeser sama sekali. “Lalu, bagaimana dengan pertunanganmu dan Kyuhyun?”
Seo Ra melirik Han Kyung. “Tentu saja,” jeda dua detik, “batal.”
“Heh?!”
***
—Flashback—
“Saya minta maaf, Abeonim ... saya dan Kyuhyun tidak bisa melanjutkan rencana pertunangan ini. Saya sudah membicarakannya dengan kedua orang tua,” ucap Seo Ra saat menghadiri acara makan malam yang diadakan oleh Jung Soo di kediaman keluarga Cho.
“Kenapa?” Hanya satu kata yang terucap dari bibir Jung Soo.
Seo Ra sedikit menunduk. Sejujurnya, ia sedikit merasa takut berada di sekitar Jung Soo. Hawa mengintimidasi pria paruh baya itu lebih besar daripada Kyuhyun.
“Karena aku dan Seo Ra sama-sama memiliki seseorang yang kami cintai, Abeoji.” Seolah mengerti akan keadaan, Kyuhyun menggantikan Seo Ra menjawab pertanyaan Jung Soo.
Jung Soo mendelik. “Aku tidak sedang bertanya padamu, Cho Kyuhyun.”
“Yang dikatakan Kyuhyun benar adanya, Abeonim. Saya dan Kyuhyun memiliki seseorang yang kami cintai.” Seo Ra mendongak, memberanikan diri menatap mata—mantan—calon ayah mertuanya.
“Tapi, bagaimana dengan kerjasama perusa—”
“Maaf memotong perkataan Anda, Abeonim. Saya sudah membicarakan masalah ini dengan Eomma dan Appa. Yoon Group dan Cho Group akan tetap menjalin kerjasama meskipun tanpa ikatan pernikahan di antara saya dan Kyuhyun.”
Jung Soo mengembuskan napasnya. “Baiklah, jika itu kemauan kalian. Selama kedua perusahaan keluarga masih terus bekerjasama, tidak masalah.”
Kyuhyun sempat membulatkan matanya, tak percaya. Semudah itukah sang ayah menerima keputusan dirinya dan Seo Ra? Kemana perginya kemutlakan seorang Cho Jung Soo?
Tanpa mereka bertiga sadari, Hyun Ae menguping pembicaraan mereka di balik dinding yang menyekat ruang makan dengan ruang tengah.
—Flashback End—
***
Kediaman Cho.
Kyuhyun dengan langkah setengah berlari menuju ke kamar Hyun Ae. Di atas ranjang, Hyun Ae berbaring dengan keringat dingin bercucuran.
“Ae-chan!” Kyuhyun duduk di tepi ranjang dan menyentuh kening Hyun Ae yang tertempel plester kompres demam. Diletakkannya telapak tangannya ke pipi Hyun Ae.
Suhu tubuhnya sudah membaik, batin Kyuhyun lega.
Kyuhyun dengan telaten menghapus keringat di seluruh tubuh Hyun Ae.
Catat!
Di seluruh tubuh, tanpa terkecuali.
Pastinya, setelah Kyuhyun mengunci rapat pintu kamar Hyun Ae. Jangan berpikiran yang aneh-aneh! Karena Kyuhyun benar-benar membersihkan tubuh Hyun Ae tanpa melakukan adegan-adegan tak layak seperti sebelumnya.
“O-Oppa.” Hyun Ae perlahan membuka kelopak matanya yang terasa sedikit berat. Pandangannya masih kabur.
“Ya, Ae-chan. Oppa di sini,” sahut Kyuhyun seraya menggenggam erat kedua tangan Hyun Ae.
Hyun Ae memiringkan kepalanya dan menatap langsung manik indah milik Kyuhyun. Tatapannya begitu sendu. “Do-don’t go, Oppa. Hiks ... don’t go.”
Hyun Ae menangis.
Dan tangisan Cho Hyun Ae merupakan kelemahan terbesar Cho Kyuhyun.
“Sssst.” Kyuhyun menghapus air mata yang mengalir membasahi pipi Hyun Ae. “Don't cry, sweetheart. I never leave you.”
“Bohong!” Tangis Hyun Ae semakin pecah.
“Aku tidak berbohong, adikku yang manis.” Kyuhyun mempertemukan kedua kening mereka. “Oppa tidak akan meninggalkanmu.”
“Kalau begitu ... hiks ... Oppa jangan ... hiks ... kuliah ... hiks ... di Tokyo!”
Deg!
Kyuhyun bergeming. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Kyuhyun tidak bisa membatalkan kuliahnya di Tokyo karena itu merupakan persyaratan yang diajukan oleh sang ayah akibat Kyuhyun memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan pewaris tunggal keluarga Yoon, Seo Ra.
“Kau harus kuliah di Tokyo, Kyuhyun. Karena kau sudah membatalkan pertunanganmu dengan Seo Ra. Tidak ada penolakan. Ini perintah!”
“Tapi, Abeoji ... bagaimana dengan Hyun Ae?”
“Biarkan saja. Di sini banyak maid dan butler yang akan menemani Hyun Ae.”
“Tapi—”
“Jangan kau pikir aku tidak tahu kelakuan bejadmu kepada Hyun Ae! Kau benar-benar mencemarkan keluarga Cho!”
“.......”
“Turuti perintahku atau namamu akan aku coret dari daftar keluarga Cho dan kau tidak kuizinkan untuk menemuinya.”
Kyuhyun tersenyum hambar. “Mianhae, Ae-chan. Oppa tidak bisa membatalkannya.”
“Wae?!” Hyun Ae memukul dada Kyuhyun.
“Dengar, Ae-chan. Sekali pun aku kuliah di Tokyo ... kita akan sering bertemu.”
“Sungguh?” tanya Hyun Ae sesekali sesenggukan.
“Sungguh.”
Cuph!
Kyuhyun mengecup lembut kening Hyun Ae.
Grep!
Tangan mungil Hyun Ae memeluk erat tubuh Kyuhyun. “O-Oppa ... saranghae!”
“Aku juga mencintaimu, Hyun Ae.”
Dan pada akhirnya, malam itu menjadi malam terakhir Kyuhyun tidur bersama Hyun Ae...
...sebelum dirinya pindah ke Tokyo keesokan harinya.
--------------------킅--------------------
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro