Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

two: You're In Love!

original: 31 Mei 2020

minor revision: 12 Nov 2021

***

Sudah seminggu berlalu semenjak Lyra memergoki Draco mencoba memasuki sebuah pintu yang tiba-tiba muncul.

"Guys, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kalian tahu tentang pintu yang bisa muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba?" tanya Lyra.

"Hm? Maksudmu Kamar Kebutuhan?" jawab Ron yang baru saja menelan sarapannya.

Lyra melebarkan matanya, bagaimana ia bisa lupa dengan kamar itu. Ia ingat tahun kemarin ia berlatih secara diam-diam bersama anggota Dumbledore Army lainnya.

"Ada apa tiba-tiba menanyakan hal itu?" tanya Harry.

"Tidak, tidak ada apa-apa," jawab Lyra.

"Kau yakin?" tanya Hermione dengan mata menyipit.

"Yeah, sungguh. Tidak ada...apa-apa," balas Lyra pelan.

Ia menatap sekilas ke arah meja Slytherin, melihat Draco yang hanya menusuk-nusuk pancakenya yang masih utuh. Well, belakangan ini Lyra memang sering memperhatikan Draco, entah mengapa. Tiba-tiba Draco memergoki Lyra menatap ke arahnya, lalu menyeringai kecil. Dengan segera, Lyra mengalihkan pandangannya ke arah pancake miliknya dengan jantung yang lagi-lagi berdegup kencang.

"Apa yang kau lihat, Lyr?" tanya Harry, menyadari bahwa Lyra tadi memandang ke arah meja Slytherin.

"Tidak. Bukan apa-apa. Oh, omong-omong bagaimana latihan Quidditch tim Gryffindor kemarin?" tanya Lyra mencoba mengalihkan perhatian.

Sepertinya, itu berhasil, dibuktikan dengan Ron dan Harry yang membahas hal tersebut dengan semangat. Lyra sebenarnya merasa aneh, mengapa dirinya menolak mengakui bahwa dia melihati Draco? Mengapa dia mengalihkan perhatiannya dari Draco saat ia balas menatapnya?

Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?

***

Lyra makan malam bersama ketiga sahabatnya –seperti biasanya tentu saja– sambil menatap ke arah meja Slytherin, mencari seorang pemuda berambut pirang platinum. Ia sudah mengedarkan pandangannya ke seluruh Aula Besar, tapi tak ada satupun tanda dari pemuda itu. Lyra lagi-lagi merasakan hal yang aneh, sesuatu yang disebut emosi itu sangat mengganggu dirinya. Lyra menghabiskan makanannya dengan cepat, lalu pamit dari teman-temannya.

Lyra pergi ke Menara Astronomi untuk menenangkan dirinya, senyuman palsu terpatri di wajahnya selama perjalanan, membuat otot pipinya lelah karena tersenyum pada setiap lukisan, ataupun siswa lainnya. Sesampainya di sana, Lyra kembali ke wajah tanpa emosinya.

Di sana, ia melihat orang yang ia cari-cari dari tadi, Draco Malfoy. Wajahnya terlihat lelah, seolah ia sedang menanggung beban yang sangat berat.

"Hello, Draco," sapa Lyra.

Draco sedikit tersentak, sebelum akhirnya berbalik dan menyapa Lyra.

"Oh, apa yang kau lakukan disini?" tanya Draco pelan.

"Bukannya aku yang harusnya bertanya seperti itu? Kenapa kau tidak ada di Aula Besar?" tanya Lyra sembari berjalan menuju ke sebelah Draco.

"Aku tidak lapar," balasnya sambil menatap kosong ke arah langit.

Lyra menghela napas pelan, lalu ikut menatap ke arah langit berbintang yang terlihat sangat indah malam itu. Keheningan melanda mereka sejenak, sebelum Draco kembali memulai percakapan.

"Kau tahu, aku sebenarnya tak mengerti kenapa kau ditempatkan di Gryffindor, padahal sifatmu sangat berbeda dengan makhluk-makhluk yang hanya bermodal keberanian itu," ucap Draco lalu menatap Lyra.

"Sebenarnya, aku ditempatkan di Slytherin. Aku memaksa Topi Seleksi agar menempatkanku di Gryffindor supaya orang tuaku tidak kecewa," balas Lyra pelan.

"Oh, pantas saja. Seharusnya kau terima saja pilihan Topi Seleksi, jadi aku bisa bersamamu..." ucap Draco yang memelankan kata-kata terakhirnya.

Lyra memandang Draco dengan tatapan kosong. Ia cukup bingung mengapa Draco memelankan suaranya saat ia berkata bahwa ia ingin bersamanya.

"Aku juga ingin di Slytherin. Sayangnya orang tuaku adalah orang yang sangat membenci Slytherin," ucap Lyra yang kemudian menatap langsung ke arah Draco.

Wajah Draco terlihat sedikit merona, lalu ia memalingkan wajahnya dari Lyra. Well, sebenarnya Lyra juga sedang merona tipis tanpa ia sadari.

"Lupakan saja yang terakhir aku katakan," ucapnya dengan nada sendu, seolah kehilangan harapan.

"Apa kau... sedih tak bisa se-asrama denganku? Kita masih bisa berteman kau tahu?" ucap Lyra sambil tersenyum kecil–yang bahkan ia sendiri tak sadar ia melakukannya–pada Draco.

"Bukan, bukan itu," balas Draco lirih.

Lyra kemudian menunggu lanjutan dari perkataan Draco, tapi ia tak melanjutkannya. Jadi, Lyra memutuskan untuk kembali memulai percakapan.

"Oh, omong-omong apa yang kau lakukan di Kamar Kebutuhan kemarin?" tanya Lyra penasaran.

Tubuh Draco langsung menegang, ia tak langsung menjawab. Setelah beberapa saat diterpa keheningan, akhirnya ia menjawab juga.

"Bukan apa-apa, hanya hal yang tak penting,"ucap Draco dingin.

"Oh," jawab Lyra, meski sebenarnya ia tak percaya, lalu kembali menatap langit.

Namun, entah mengapa, dada Lyra kembali terasa sakit saat mendengar nada dingin yang menusuk itu. Hal yang bernama emosi telah mempengaruhi kewarasan Lyra, dan dia benci itu. Pada akhirnya semua hanya akan membawanya pada kehilangan.

Mereka berdua menatap langit berbintang dalam keheningan, kalut dalam pikiran masing-masing. Setengah jam telah berlalu dalam keheningan sebelum suara Draco memecah keheningan itu dengan sebuah pertanyaan singkat.

"Lyra, kau ke Hogsmeade minggu ini?" tanya Draco.

"Ya. Apa kau mau pergi denganku?" tanya Lyra, yang entah mengapa bertanya dengan nada penuh harap.

Draco menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Aku tidak ke Hogsmeade minggu ini."

Lyra merasa, entahlah, mood-nya turun begitu mendengar jawaban Draco. Padahal ia masih bisa pergi dengan sahabat-sahabatnya, tapi kenapa ia merasa seburuk ini?

"Oh. Omong-omong, kau terlihat tertekan belakangan ini. Kau bahkan tak menyentuh sarapanmu dan makan malammu. Kau bisa cerita padaku kalau kau ada masalah," tawar Lyra pada Draco, mencoba melupakan rasa sakit saat Draco bilang ia tidak ke Hogsmeade.

"Tak ada. Aku tak ada masalah. Omong-omong, ini sudah hampir jam malam, kita harus kembali," ucap Draco lalu tanpa sadar menggandeng tangan Lyra, membuat si empunya tangan merasakan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Saat sudah keluar dari Menara Astronomi, Draco berjengit pelan melihat ia menggandeng tangan Lyra.

"Oh, aku tak bermaksud," ucap Draco, terdengar bersalah juga sendu di saat bersamaan.

"Tak apa kok, oh, aku kembali dulu ke asrama! Sampai jumpa lagi kapanpun kita bisa bertemu, Draco," ucap Lyra sambil tersenyum manis, ia sadar kalau mereka sudah di luar menara astronomi, yang artinya, ia harus pura-pura bisa merasakan emosi lagi.

Ia tak sadar, bahwa sebenarnya ia sudah mulai merasakan emosi sejak bersama Draco.

Draco hanya melambaikan tangannya, kemudian Lyra segera pergi menuju asramanya dengan setengah berlari, karena jam malam akan tiba dalam 5 menit lagi saat terakhir kali ia mengecek jam.

***

"Floberworm"

Lukisan Fat Lady segera bergeser mendengar kata kunci yang diucapkan Lyra. Ia segera masuk ke dalam dan mendapati ruang rekreasi sudah sepi, hanya tersisa beberapa murid saja, cukup aneh sebenarnya, karena biasanya ruang rekreasi masih cukup ramai di jam segini. Lyra segera menuju kamarnya, dan mendapati Hermione yang menatapnya dengan tatapan lega.

"Oh syukurlah kamu kembali Lyra, kupikir kau menghilang," ucap Hermione menghela napas lega.

"Untung saja kau segera kembali, Lyra. Dia terlihat seperti orang gila karena sibuk mencarimu," ucap Parvati sambil menyelesaikan esainya.

Lyra hanya tersenyum kecil pada Hermione, sahabat perempuan satu-satunya yang ia miliki. Well, meskipun senyumannya palsu, tapi Hermione benar-benar sahabatnya. Ia mulai yakin, kalau perasaan yang ia rasakan selama bersama teman-temannya bernama perasaan senang.

"Oh, kau baik sekali sudah mau mengkhawatirkanku, Hermione. Aku hanya sedikit mencari udara segar tadi," ucap Lyra, mencoba menenangkan Hermione.

Hermione hanya mendengus pelan, tapi ia tersenyum pada Lyra.

"Oh, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu, Hermione," kata Lyra, mengingat hal aneh yang ia rasakan tadi.

"Ada apa? Tanyakan saja," balas Hermione menatap Lyra santai.

"Ermm.. jadi tadi aku bertemu seseorang di Menara Astronomi. Well, sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak tahun pertama, tapi baru benar-benar mengobrol dengannya seminggu lalu, dan hal aneh ini sudah terjadi sejak minggu lalu," jelas Lyra, yang dibalas dengan anggukan singkat Hermione, menunggu kelanjutan kalimat Lyra.

"Setiap aku bertemu dengannya, jantungku selalu berdegup kencang, dan aku merasa sesak di bagian dada setiap kali dia menggunakan nada yang dingin kepadaku, lalu ketika ia menolak ajakanku ke Hogsmeade, mood-ku langsung menurun drastis. Apa kau tahu apa yang terjadi padaku?" tanya Lyra dengan wajah serius.

Parvati tiba-tiba tertawa begitu kerasnya sampai-sampai mengeluarkan air mata, sedangkan Hermione hanya tersenyum, bukan senyum biasa, tapi senyum yang sangat lebar pada Lyra.

"Apa ada yang lucu?" tanya Lyra pada kedua teman sekamarnya itu.

"Oh astaga..Siapa laki-laki beruntung yang mendapatkan Primadona Hogwarts ini?" tanya Parvati di sela-sela tawanya.

Lyra hanya mengernyitkan dahinya saat mendengar jawaban Parvati, lalu balik menatap Hermione, meminta jawaban.

"Itu artinya, kamu jatuh cinta pada siapapun pria itu, Lyra. Boleh aku tahu siapa dia?" jawab Hermione dengan senyuman lebarnya.

"Oh, kau tak akan suka saat aku mengatakannya. Mungkin akan aku beritahu nanti. Omong-omong, terima kasih atas tawaan dan jawabannya, Parvati, Hermione," balas Lyra sambil mendengus pelan lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, mengabaikan Hermione yang mulai tertawa dan Parvati yang tak berhenti tertawa.

Lyra sungguh tak percaya emosi yang ia rasakan dengan jelas ini adalah cinta. Well, memang hal aneh ini sudah dia rasakan sejak tahun ketiganya, hanya saja tidak separah ini. Awalnya hanya sebuah dentuman kecil, tapi sekarang jantungnya selalu berdegup keras saat berada di dekat Draco.

' Cinta ya? Tidak buruk juga,' pikir Lyra sebelum akhirnya jatuh tertidur.

To be Continue>>>
Hello! Balik lagi sama Shiro! Sesuai janji hari ini Shiro post chapter 2 dari Mask. Oh ya, sekali lagi, maaf banget kalau misalnya ada typo di sini ><

See you in the next chapter!!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro