Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

twenty seven: The Rolemodel's Act

original: 18 Nov 2021

minor revision: 22 Des 2021

***

"Finite Obite Tenebris Maxima!"

Percikan ungu gelap keluar dari tongkat Lyra, mengarah ke rune itu. Rune itu bercahaya terang dan menggeliat-liat liar, hampir seperti makhluk hidup. Tenaga di tubuh Lyra seakan habis seketika, ia dapat merasakan kekuatan sihirnya tiba-tiba berkurang drastis. Mantra sekuat itu pastinya membutuhkan banyak kekuatan sihir.

Ia meng-Accio salah satu Invigoration Draught dari pojok ruangan dan meminum satu vial agar dirinya bisa merapalkan mantra Protego untuk melindungi mereka berdua. Tepat setelah itu, Draco mengarahkan tongkatnya ke arah rune yang masih menggeliat liar itu.

"Fiendfyre!"

"Protego!"

Keduanya mengucapkan mantra bersamaan. Begitu api berbentuk naga keluar dari tongkat Draco, ia langsung berlari menarik Lyra mundur bersamanya menuju ke pojokan ruangan. Perisai dari Protego memang melindungi mereka pada awalnya, tapi Draco tahu itu tidak akan bertahan terlalu lama jika mereka tak segera mundur.

Draco buru-buru menenggak salah satu vial Invigoration Draught dan merapal mantra Protego baru tepat setelah perisai Lyra rusak karena panasnya api dari Fiendfyre. Jantung keduanya berdegup kencang, sadar mereka bisa saja mati terbakar hidup-hidup jika mereka tak melarikan diri tepat waktu.

Tubuh keduanya merosot jatuh ke lantai, dengan Lyra yang dipeluk tangan kiri Draco, sementara tangan kanannya sibuk menjaga perisai mereka, takut perisai itu menghilang, membuat mereka kehilangan proteksi. Lyra juga mengacungkan tongkatnya dan membentuk perisai baru untuk menambah proteksi mereka.

"Apa kau baik-baik saja, Lyr?" tanya Draco sambil mengeratkan pelukannya pada Lyra.

"Hanya kelelahan," jawab Lyra dengan keringat dingin yang mengalir di wajah pucatnya.

Jantung keduanya berdegup semakin cepat ketika api dari Fiendfyre mengamuk semakin liar, seolah hendak membakar lemari itu sendiri. Serbuk-serbuk hitam tiba-tiba terlihat di tengah-tengah api, dan intensitas api itu mulai menurun, membuat keduanya bisa sedikit bernapas lega.

Setelah api menghilang, lemari itu benar-benar tak rusak sama sekali, utuh dan tak terbakar. Draco perlahan menurunkan tongkatnya dan menarik perlahan tangan Lyra untuk membantunya bangkit. Mereka berjalan kembali menuju The Vanishing Cabinet, dan rune itu benar-benar menghilang.

Keduanya saling berpandangan sebelum akhirnya mengangguk perlahan. Draco mengambil robekan perkamen dari sakunya, kemudian ia letakkan tepat di tengah-tengah lemari. Benar saja, robekan perkamen itu tiba-tiba menghilang.

The Vanishing Cabinet telah berhasil mereka perbaiki.

Namun tentu saja, mereka tak akan membiarkan Voldemort keluar masuk semudah itu. Lyra mengambil sebuah pena bulu dengan mata berukuran besar bertinta otomatis, yang dikhususkan untuk membuat rune.

"Rune tingkat pertama?" tanya Draco.

Lyra mengangguk, tapi ia masih sedikit kebingungan dimana ia harus meletakkan rune itu. Ia tentu tak ingin menarik banyak perhatian dengan meletakkannya di dinding kanan kiri lemari ataupun atap lemari. Ia tak ingin mengambil resiko meletakkannya di bagian dasar, hal terburuk yang terjadi malah dirinya yang akan terjerembab ke dalam lemari.

"Bagaimana kalau kau letakkan di belakang lemari, Lyr? Bagian belakang juga merupakan bagian dari lemari," saran Draco.

Lyra mengerjap perlahan, kemudian mengangguk. Ia berharap rune itu tetap berfungsi meski tak ia letakkan di dalam lemari. Tangan pucat Draco mengacungkan tongkat ke lemari itu dan memindahkannya dengan mudah setelah merapal Wingardium Leviosa untuk memutar posisinya.

Lyra memegang erat-erat pena bulunya, kemudian membuat rune itu dengan hati-hati. Garis demi garis dan bentuk demi bentuk ia torehkan dengan hati-hati, sesekali dibantu Draco jika ia hampir membuat bentuk yang salah -tentunya Draco membantu sambil melihat buku.

Setelah setengah jam berlalu, rune itu telah selesai digambar. Draco kembali bersiap dengan tongkatnya untuk merapalkan mantra yang akan mengaktifkan rune itu.

"Obice Tenebris!"

Rune itu langsung berubah warna menjadi warna ungu gelap, meski tak segelap rune yang mereka hapus sebelumnya. Draco kemudian meletakkan robekan perkamen lagi di tengah-tengah lemari itu.

"Kita berhasil, Dray!" teriak Lyra begitu melihat perkamen itu tak berpindah sedikitpun.

"Setidaknya dengan begini Death Eater tingkat rendah tak akan bisa masuk kemari," ucap Draco sambil menghembuskan napas lelah.

Lyra mengangguk, kemudian tersenyum tipis.

***

Draco mengecup pelan dahi Lyra, kemudian melambai padanya. Ia menyunggingkan seringai kecil begitu melihat wajah kekasihnya yang memerah. Draco sangat suka melihat Lyra yang menurutnya menggemaskan tiap kali ia mengecupnya.

Draco lalu berjalan keluar dari Ruang Kebutuhan dengan wajah dinginnya seperti biasa. Ia kemudian melangkahkan kakinya kembali ke dungeon. Hari itu adalah hari Minggu, kebanyakan murid Slytherin pergi ke Hogsmeade, menyebabkan dungeon terlihat sepi.

Draco sebenarnya merasa khawatir dengan Lyra yang kini juga ikut campur tangan dalam masalahnya, meski ia hanya membantu secara tidak langsung, Draco masih merasa khawatir sekaligus merasa bersalah karena telah melibatkan Lyra dalam hal itu. Mau bagaimanapun, Lyra seharusnya tak terlibat dalam masalahnya, tapi kekeraskepalaan kekasihnya itu pada akhirnya membuat Draco mengizinkannya membantunya.

Ia merasa senang, perlahan Lyra mulai kembali menjadi dirinya yang dulu, gadis cengeng yang dulu Draco temui di taman rahasianya, cinta pertamanya. Sedikit konyol memang, mengingat keduanya masih anak-anak, tapi memang begitulah kenyataannya. Meski Lyra tak cengeng seperti dulu, tetapi sikap keras kepalanya masih sama seperti dulu.

Suara obrolan terdengar dari pintu masuk dungeon, terlihat Pansy, Daphne, dan Tracey yang sedang bergosip ria, di belakang Pansy, ada Blaise dan Theo yang sudah memasang muka masam. Tanpa bertanya Draco sudah tahu apa yang terjadi, Blaise yang pergi bersama Pansy dan Theo yang pergi bersama Daphne, lalu keduanya bertemu secara tak sengaja dan bergosip ria ditambah dengan kemunculan Tracey.

Pansy kemudian mengalihkan pandangannya pada Draco, lalu tersenyum sangat manis padanya. Draco tak terlalu suka dengan tingkah Pansy, temannya itu sering kali bertingkah menyebalkan, terutama pada Lyra, belum lagi tingkahnya yang suka terlihat manja di hadapannya, tetapi tak bisa dipungkiri terkadang ia adalah teman yang baik, ya, terkadang. Draco memalingkan tatapannya kembali pada perapian di hadapannya.

"Oh, Drakey! Kau tak pergi ke Hogsmeade tadi?" tanyanya dengan suara manis yang menyebalkan di telinga Draco.

"Tidak. Kau tahu aku harus memperbaiki lemari itu," ucap Draco tanpa melihat ke arahnya.

"Oh, sorry, Drakey. Aku lupa tentang itu, semoga beruntung," ucapnya pelan sebelum kembali bergosip dengan Daphne dan Tracey.

Theo kemudian mendudukkan dirinya di salah satu kursi panjang yang terletak dekat perapian. Matanya mengarah pada Draco yang masih melamun menatap perapian.

"Hei, Malfoy. Tumben kau tak bersama Crabbe dan Goyle. Dimana mereka?" tanya Theo.

Mata kelabu Draco mengarah pada Theo sesaat, sebelum mengarahkan pandangannya kembali pada perapian di hadapannya. Ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak tahu, aku tak mengajak mereka. Akan lebih cepat jika aku mencari tahu sendiri, kau tentu tahu kapasitas otak mereka sama sekali tak membantu," ucap Draco.

Theo mengangguk pelan, ia tentu tahu kalau Crabbe dan Goyle hanya memiliki tubuh yang besar tanpa otak yang encer seperti Draco. Theo mengalihkan pandangannya kembali pada Draco yang masih saja menatap perapian.

"Omong-omong, selamat untukmu telah menjadi teladan untuk yang lainnya di Hogwarts," ucap Theo.

Draco hanya mengangguk singkat untuk membalas ucapan selamat Theo. Ia tentu tahu teladan yang dimaksud Theo adalah bagi para murid yang berniat menjadi Death Eater. Tapi ia sama sekali tak bangga dengan hal itu, tak sedikitpun, dan tak akan pernah.

To be Continue>>>
A/N:

Halo gais!!!
Aku update lagi dengan jadwal normal :D

By the way, mungkin kalian bertanya-tanya kenapa Lyra ga numpuk runenya aja pas masih non-aktif lemarinya. Nah, karena di ceritaku ini, anggap aja rune yang bertipe sama (misal, rune penghalang A tingkat 1 dengan rune penghalang A tingkat 2) ga boleh ditumpuk di satu permukaan yang sama.

Oh ya, di sini segala rune dan lain-lain cuma karanganku aja ya, karena aku juga ga terlalu ngeh kalau soal teori-teori di Harry Potter Universe.

Hope you like this chapter and see you in the next chapter~
Babai~ (。•̀ᴗ-)✧

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro